KARO- Sempat diduga korban kecelakaan lalu lintas, nenek 62 tahun, Riamsi Boru Tumeang, warga lingkungan Listrik Bawah, Kelurahan Tambak Lau Mulgab I, Berastagi tewas dibunuh anak kosnya sendiri, Santi Boru Sagala (31), Minggu ( 22/5) dinihari .
Pembunuhan ini diduga bermotif sakit hati. Kasus yang mengegerkan suasana pagi di kawasan pemukiman yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari tugu Perjuangan kota Berastagi itu, berawal dari temuan masyarakat atas sesosok tubuh wanita tua tergeletak di sisi jalan menuju ke Medan, persis di tangga menurun seberang atas rumah korban, Minggu pagi sekira pukul 06.30 WIB .
Dugaan yang timbul, janda tua bernama, Riamsi, itu tewas karena ditabrak kenderaan bermotor, apalagi kepala korban sedikit berada di badan jalan. Namun cerita jadi berubah ketika penduduk lainnya yang jeli melihat bercak darah yang banyak berceceran mulai arah samping rumah nenek yang saban hari masih kuat bekerja sebagai buruh tani (aron, Red) tersebut.
Warga segera membuat laporan ke pihak kepolisian, petugas polisi dari Satlantas Polres Karo dan Polsekta Berastagi turun ke TKP. Langkah penyidikan mulai dilakukan, dari sekadar mengecek jalur ceceran darah, hingga memeriksa dua wanita yang tinggal serumah bersama Riamsi sebagai anak kos di rumah milik kerabat Riamsi itu.
Tiada pengakuan kala pertanyaan demi pertanyaan dilayangkan kepada Hotmauli Boru Simarmata dan Santi Boru Sagala. Dengan tenang, keduanya mengaku tidak tahu menahu atas kejadian ini. Bahkan mereka menyebut kalau korban semalamnya tidak pulang dari kepergiannya bekerja sejak pagi.
Namun rasa curiga pada jawaban keduanya tidak berhenti sampai di situ, walau bagi wanita yang baru tinggal sejak Februari lalu di rumah itu menolak menjawab lebih jauh. Sambil membiarkan Santi terdiam dalam jongkoknya, petugas lain langsung mengalihkan upaya pengungkapan kasus dengan membongkar pakaian pakaian di rumah itu.
Saat itu tanpa sengaja polisi menarik satu pakaian wanita berwarna cream yang masih dalam keadaan basah dengan sisa bercak darah. Pertanyaan lalu kembali muncul. Santi akhirnya buka mulut dan mengaku kalau ialah pelaku pembunuh Riamsi.
Di depan Kapolres Tanah Karo, AKBP Ig Agung Prasetyoko, SH MH, perempuan yang juga bekerja harian sebagai buruh tani itu mengatakan nekad melakukan aksinya karena emosi sesaat akibat fitnahan terhadapnya dari korban setiap hari.
“Saya difitnah setiap hari mencuri uangnya, padahal aku nggak ada ngambil uangnya, tiap hari itu saja yang diucapkannya (korban,red), oleh karena itu, semalam aku naik pitam dan nekad melakukan itu,” papar Santi dengan tenang.
Beberapa saat kemudian, Santi menunjukkan lokasi pembantaian tepatnya di samping rumah mereka dengan menggunakan batu conblock setelah terlebih dahulu mengajak korbannya keluar. Setelah Riamsi rubuh, Santi pun beberapa kali melakukan pemukulan, hingga ajal menjemput wanita yang selama ini sudah ia anggap ibu sekaligus nenek tersebut.
Yakin Riamsi telah meninggal, Santi lalu mencari akal, dalam heningnya suasana dinihari di kawasan itu, Santi membopong korbannya ke jalan yang berada sekitar 20 meter dari rumah, disanalah jasad kaku korban diletakkan dengan harapan orang berfikir kalau Riamsi tewas akibat kecelakaan.
Terkait keterlibatan teman Santi, Hotmauli dalam kasus pembunuhan ini masih secara intensif diselidiki polisi. Kapolres Tanah Karo, AKBP Ig Agung Prasetyoko, SH MH didampingi Kapolsekta Berastagi, Kompol P Sufiyatno mengatakan, kasus tersebut masih dalam tahap pengembangan.(wan)