BATAM, SUMUTPOS.CO – Inflasi Kota Batam meningkat setiap bulannya. Untuk bulan Januari tercatat inflasi Kota Batam sebesar 0,73 persen.
Nilai ini lebih tinggi dari inflasi Desember lalu, yang nilainya sekitar 0,66 persen, sedangkan November lalu inflasi di Batam hanya sebesar 0,62 persen. Tingginya angka inflasi di Batam dipengaruhi faktor alam, terutama meletusnya gunung Sinabung yang menyebabkan penurunan produksi sayuran.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kepri Gusti Raezal Eka Putra mengatakan selain meletusnya gunung Sinabung curah hujan yang tinggi juga mengurangi produksi sayur-sayuran di daerah penghasil seperti Jawa, Sumatera Utara, dan wilayah Kabupaten Bintan.
“Gunung Sinabung yang terus beraktifitas mengakibatkan produksi sayuran menurun tajam, demikian halnya curah hujan di Jawa dan daerah lainnya,” kata Gusti, seperti dilansir Batam Pos (JPNN Grup), Jumat (7/2).
Selain itu, gelombang laut yang tinggi sampai dengan 5 meter di perairan Provinsi Kepri cukup mengganggu aktivitas pelayaran.
Menurut Gusti, pelayaran menjadi lebih lama hingga 2 hari dan memicu terjadinya kenaikan harga. “Yang mengalami kenaikan signifika itu seperti sayur-sayuran seperti cabe rawit, tomat buah, dan kacang panjang,” katanya.
Penyumbang inflasi untuk Batam dan daerah lainnya juga bersumber pada kelompok transpor, komunikasi, dan keuangan serta kelompok sandang menjelang libur panjang pada perayaan Imlek.
Permintaan transportasi yang naik telah mendorong kenaikan harga tiket transportasi terutama pesawat udara. Sementara dari kelompok sandang, harga emas perhiasan juga naik.
Tetapi bulan berikutnya tekanan inflasi di Batam dan daerah lainnya seperti di Tanjungpinang diperkirakan akan menurun. Gangguan transportasi akibat faktor cuaca diperkirakan akan mereda.
Curah hujan akan sedikit turun dan gelombang laut juga tidak setinggi bulan sebelumnya. Dari sisi permintaan, akan terjadi koreksi karena tidak ada lagi hari raya atau peristiwa besar yang dapat memicu peningkatan permintaan. Dengan
Bulan Desember lalu karena kenaikan harga bumbu-bumbuan, ikan segar, dan sayuran terutama karena ketidaklancaran jalur distribusi laut akibat gelombang tinggi serta faktor musiman meningkatnya permintaan di akhir tahun.
Menurut Gusti untuk meminimalkan tekanan inflasi ke depan, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan konektivitas Provinsi Kepri dengan sentra produksi pangan di wilayah sekitar sehingga aktivitas pelayaran dapat dilakukan dengan armada yang lebih besar dan lebih efisien.
Di samping itu, upaya produksi pertanian terutama sayuran perlu ditingkatkan, sementara untuk memperlancar distribusi, perlu dilakukan upaya revitalisasi pasar induk. (ian)