26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Sehat Meninggal, Total Korban Tewas 17 Orang

Foto: AMINOER RASYID/SUMUT POS Aktifitas Gunung Sinabung kembali terlihat dari Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat,Kabupaten Karo, Sabtu (8/2). Hari itu, Gunung Sinabung terdata dua kali erupsi.
Foto: AMINOER RASYID/SUMUT POS
Aktifitas Gunung Sinabung kembali terlihat dari Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat,Kabupaten Karo, Sabtu (8/2). Hari itu, Gunung Sinabung terdata dua kali erupsi.

SUMUTPOS.CO – Korban tewas akibat terjangan awan panas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, bertambah lagi. Satu korban meninggal setelah menjalani perawatan selama 11 hari di Rumah Sakit Efarina Etaham, Kabanjahe.

Korban adalah Sehat Sembiring. Pria berusia 48 tahun itu mengalami luka bakar sekitar 45 persen. Meski kondisinya sempat membaik pada pekan lalu, dua hari terakhir kondisi korban memburuk.

“Korban telah dibawa ke rumah duka di Kabanjahe” kata Kapolres Tanah Karo AKBP Alberd Sianipar, Selasa (11/2).

Dengan meninggalnya Sehat Sembiring, total korban tewas akibat tersapu awan panas erupsi Gunung Sinabung pada 1 Febuari 2014 lalu menjadi 17 orang. Sebanyak 14 orang tewas di lokasi kejadian, sedangkan tiga lainnya meninggal setelah menjalani perawatan di rumah sakit.

Sebelum Sehat Sembiring, korban meninggal yang juga sempat menjalani perawatan di rumah sakit adalah Doni Sembiring. Pria 70 tahun itu meninggal pada Rabu 5 Febuari 2014.

“Luka bakarnya bisa diatasi tim dokter. Tapi penyakit lainnya membuat korban mengalami komplikasi dan meninggal. Keluarga berencana memakamkan besok,” kata M Ginting, pihak keluarga korban.

Menurut Ginting, Doni yang sudah satu bulan lebih berada di pengungsian berinisiatif kembali untuk melihat kondisi rumahnya. Sebelum Doni Sembiring, Surya Sembiring (24), meninggal pada Minggu (2/12) akibat mengalami luka bakar.

Juru bicara Pemerintah Kabupaten Karo Jhonson Tarigan menjelaskan Sehat Sembiring merupakan korban ke-17 yang meninggal dunia. “Seluruh korban yang ditemukan meninggal dunia,” kata Jhonson yang juga koordinator media center posko pengungsi, kemarin.

Jhonson memaparkan 14 orang meninggal dunia di lokasi, yakni di Desa Sukameriah. Sedangkan 3 korban lainnya, termasuk Sehat Sembiring, meninggal dunia setelah menjalani perawatan terhadap luka di tubuhnya di rumah sakit.

Selain Sehat Sembiring, korban lainnya yang juga meninggal dunia adalah Surya Sembiring (24), dan Doni Sembiring (70). Ketiganya warga warga Karo.

Korban lainnya masing-masing Alexander Sembiring (17), Daud Surbakti (17), Diva Nusantara, David Brahmana (17), Mahal Surbakti (25), Rizal Saputra (23), Teken Sembiring (47),  Santun Siregar (22), Fitriani Boru Napitupulu (19), Asran Lubis (21), Marudut Brisnu (25), Daniel Siagian, Tomas Lakae (27), dan Zulfian Dimuri (21).

Sebelumnya, pemerintah merencanakan untuk merelokasi masyarakat yang terancam dari erupsi Gunung Sinabung. Mereka adalah warga yang berada di Desa Sukameriah, Desa Bekerah dan Desa Simacem yang berada di radius 3 kilometer dari puncak gunung.

Total penduduk yang harus direlokasi sebanyak 1.255 jiwa. Model relokasi yang akan digunakan mengadopsi rehabilitasi dan rekontruksi masyarakat dan permukiman berbasis komunitas (Rekompak) seperti di Gunung Merapi.

Dalam rencana relokasi, warga akan diberikan batuan tanah seluas 100 m2 untuk perumahan dengan bangunan rumah tipe 36. Unit hunian tetap itu merupakan bangunan inti sederhana yang disesuaikan bentuk lokasi dengan dua kamar tidur, kamar tamu dan kamar mandi.

“Kontruksi bangunan memenuhi kriteria struktur tahan gempa, orientasi menghadap jalan untuk memudahkan evakuasi. Lahan pertanian masih boleh digunakan untuk berkebun tetapi tidak boleh jadi tempat tinggal,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Sejak level dinaikkan menjadi awas pada November 2013 lalu, Gunung Sinabung terus erupsi dan meluncurkan awan panas hingga 4,5 kilometer. Hingga kini status Gunung Sinabung masih dalam status Awas.

Saat ini Pemda Karo masih mencari lahan di luar radius 5 kilometer yang aman. Bila lahan tersedia, pembangunan perumahan bagi warga bisa segera dilakukan. (bbs/val)

Foto: AMINOER RASYID/SUMUT POS Aktifitas Gunung Sinabung kembali terlihat dari Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat,Kabupaten Karo, Sabtu (8/2). Hari itu, Gunung Sinabung terdata dua kali erupsi.
Foto: AMINOER RASYID/SUMUT POS
Aktifitas Gunung Sinabung kembali terlihat dari Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat,Kabupaten Karo, Sabtu (8/2). Hari itu, Gunung Sinabung terdata dua kali erupsi.

SUMUTPOS.CO – Korban tewas akibat terjangan awan panas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, bertambah lagi. Satu korban meninggal setelah menjalani perawatan selama 11 hari di Rumah Sakit Efarina Etaham, Kabanjahe.

Korban adalah Sehat Sembiring. Pria berusia 48 tahun itu mengalami luka bakar sekitar 45 persen. Meski kondisinya sempat membaik pada pekan lalu, dua hari terakhir kondisi korban memburuk.

“Korban telah dibawa ke rumah duka di Kabanjahe” kata Kapolres Tanah Karo AKBP Alberd Sianipar, Selasa (11/2).

Dengan meninggalnya Sehat Sembiring, total korban tewas akibat tersapu awan panas erupsi Gunung Sinabung pada 1 Febuari 2014 lalu menjadi 17 orang. Sebanyak 14 orang tewas di lokasi kejadian, sedangkan tiga lainnya meninggal setelah menjalani perawatan di rumah sakit.

Sebelum Sehat Sembiring, korban meninggal yang juga sempat menjalani perawatan di rumah sakit adalah Doni Sembiring. Pria 70 tahun itu meninggal pada Rabu 5 Febuari 2014.

“Luka bakarnya bisa diatasi tim dokter. Tapi penyakit lainnya membuat korban mengalami komplikasi dan meninggal. Keluarga berencana memakamkan besok,” kata M Ginting, pihak keluarga korban.

Menurut Ginting, Doni yang sudah satu bulan lebih berada di pengungsian berinisiatif kembali untuk melihat kondisi rumahnya. Sebelum Doni Sembiring, Surya Sembiring (24), meninggal pada Minggu (2/12) akibat mengalami luka bakar.

Juru bicara Pemerintah Kabupaten Karo Jhonson Tarigan menjelaskan Sehat Sembiring merupakan korban ke-17 yang meninggal dunia. “Seluruh korban yang ditemukan meninggal dunia,” kata Jhonson yang juga koordinator media center posko pengungsi, kemarin.

Jhonson memaparkan 14 orang meninggal dunia di lokasi, yakni di Desa Sukameriah. Sedangkan 3 korban lainnya, termasuk Sehat Sembiring, meninggal dunia setelah menjalani perawatan terhadap luka di tubuhnya di rumah sakit.

Selain Sehat Sembiring, korban lainnya yang juga meninggal dunia adalah Surya Sembiring (24), dan Doni Sembiring (70). Ketiganya warga warga Karo.

Korban lainnya masing-masing Alexander Sembiring (17), Daud Surbakti (17), Diva Nusantara, David Brahmana (17), Mahal Surbakti (25), Rizal Saputra (23), Teken Sembiring (47),  Santun Siregar (22), Fitriani Boru Napitupulu (19), Asran Lubis (21), Marudut Brisnu (25), Daniel Siagian, Tomas Lakae (27), dan Zulfian Dimuri (21).

Sebelumnya, pemerintah merencanakan untuk merelokasi masyarakat yang terancam dari erupsi Gunung Sinabung. Mereka adalah warga yang berada di Desa Sukameriah, Desa Bekerah dan Desa Simacem yang berada di radius 3 kilometer dari puncak gunung.

Total penduduk yang harus direlokasi sebanyak 1.255 jiwa. Model relokasi yang akan digunakan mengadopsi rehabilitasi dan rekontruksi masyarakat dan permukiman berbasis komunitas (Rekompak) seperti di Gunung Merapi.

Dalam rencana relokasi, warga akan diberikan batuan tanah seluas 100 m2 untuk perumahan dengan bangunan rumah tipe 36. Unit hunian tetap itu merupakan bangunan inti sederhana yang disesuaikan bentuk lokasi dengan dua kamar tidur, kamar tamu dan kamar mandi.

“Kontruksi bangunan memenuhi kriteria struktur tahan gempa, orientasi menghadap jalan untuk memudahkan evakuasi. Lahan pertanian masih boleh digunakan untuk berkebun tetapi tidak boleh jadi tempat tinggal,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Sejak level dinaikkan menjadi awas pada November 2013 lalu, Gunung Sinabung terus erupsi dan meluncurkan awan panas hingga 4,5 kilometer. Hingga kini status Gunung Sinabung masih dalam status Awas.

Saat ini Pemda Karo masih mencari lahan di luar radius 5 kilometer yang aman. Bila lahan tersedia, pembangunan perumahan bagi warga bisa segera dilakukan. (bbs/val)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/