25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dua Pengungsi Sinabung Lahirkan 3 Bayi

Bayi yang dilahirkan Desi, pengungsi Sinabung di RS Kesrem, dilihat oleh Kepala Rumkit.
Bayi yang dilahirkan Desi, pengungsi Sinabung di RS Kesrem, dilihat oleh Kepala Rumkit.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Dua pengungsi letusan gunung Sinabung di Desa Telagah, Kec. Sei Bingai melahirkan tiga bayi di Rumah Sakit (Rumkit) Kesrem atau rumah sakit TNI di Jl. Bandung, Kec. Binjai Selatan. Ernawati Br Tarigan dan Desi Br Tarigan adalah nama kedua ibu yang beruntung asal Desa Kuta Rakyat, Kab. Tanah Karo itu.

Kepala Rumkit Kesrem, Mayor dr Darma Malem mengaku, pengungsi melahirkan yang jadi pasien mereka, satu diantaranya sudah pulang.

“Iya, sebelumnya ada dua pengungsi yang melahirkan dan kita rawat di rumah sakit ini. Tapi satu diantaranya atau yang melahirkan bayi kembar seminggu lalu sudah pulang,” ucapnya.

Masih kata Mayor dr Darma, ibu serta anak kembar yang dilahirkan itu bisa pulang karena dinilai sudah sehat. “Anak kembar itu dua-duanya laki-laki. Dan anak itu sebagai anak ke dua sekaligus ke tiga,” ucapnya seraya tersenyum. Usai berbincang, Mayor dr Darma mengajak wartawan koran ini melihat kondisi Desi, seorang pengungsi gunung Sinabung yang masih dirawat.

Didampingi dr Indra yang menangani persalinan tersebut, kru koran ini akhirnya sampai di ruang Klas III tempat di mana Desi menjalani perawatan. Sesampai di ruangan itu, Desi dan anak lelaki yang baru dilahirkannya terlihat mulai sehat. Menurut dr Indra, kedua pengungsi tersebut melahirkan secara sesar.

“Untuk pasien yang melahirkan anak kembar, harus kita pilih caesar karena kondisi janinnya melintang dan sungsang,” jelasnya. “Kalau kita paksakan secara normal, tentu dapat membahayakan ibu atau bayi itu sendiri. Agar ibu dan anaknya selamat, harus kita lakukan operasi atau caesar. Kedua bayi kembar itu memiliki berat 2,6 kilogram dan 2,4 kilogram,” ungkap dr Indra.

Untuk pasien yang masih dirawat ini, sambung dr Indra, juga dilakukan Caesar karena kelahiran anak pertama juga dijalani dengan operasi. “Kondisi janin memang baik, karena kelahiran anak pertama juga melalui caesar, kita riskan memberikan perangsang. Untuk lebih menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, maka kita kembali melakukan caesar untuk anak ke dua ini,” jelasnya.

“Kalau bayi yang satu ini memiliki berat badan 2,9 kilogram, lahir tiga hari lalu. Kalau menyangkut kesehatan, besok sebenarnya (hari ini-red) sudah bisa pulang. Pun begitu, kita lihat lagi seperti apa kondisi pasien esok hari,” tuturnya.

Sebelum bergegas pergi, Mayor dr Darma menegaskan, kalau pihaknya tetap menerima pengungsi yang membutuhkan perawatan kesehatan. “Kita tidak memungut biaya terhadap pengungsi yang dirawat. Begitu pun, kami akan tetap meminta syarat seperti surat sebagai pengungsi, KK maupun KTP. Karena kami memiliki moto, keselamatan pasien adalah yang utama,” imbuhnya.

Sementara, Desi yang ditemui sangat bersyukur selama mereka berada di pengungsian, karena selalu diperhatikan oleh tim medis setempat. “Kalau untuk cek kesehatan dan pemeriksaan kandungan rutin dilakukan. Karena tim medis sudah disiapkan Pemkab Langkat di dekat pengungsian kami itu. Jadi kalau kami mau periksa, ya tinggal datang aja,” kata Desi sambil berbaring.

Selama mengandung, sambungnya, ia dan beberapa ibu hamil yang lain disarankan untuk senam atau olah raga. “Saya dan ibu hamil lainnya sering senam sama di pengungsian. Itu saran dari tim kesehatan untuk memudahkan proses persalinan,” ucapnya.

Lebih jauh dikatakan Desi, bahwa dirinya tetap was-was ketika mengandung dan berada di tenda pengungsian. “Memang orang kesehatan ada di dekat situ (pengungsi-red). Tapi kalau saya melahirkan dan ternyata ada kendala, mau ke rumah sakit terlalu jauh. Cuma itu yang saya takutkan,” kata Desi. Untungnya, lanjut Desi, pihak pengrus pengungsian cepat membawa saya ke rumah sakit ini dan melahirkan dengan selamat.

“Syukurlah bisa melahirkan di rumah sakit ini, kalau di pengungsian sana dan ternyata dioperasi seperti ini, apa tidak gawat juga,” katanya. Desi yang sudah memiliki dua orang anak ini pun berterima kasih kepada pihak Rumah Sakit Kesrem yang telah mau membantunya.

“Kalau ditanya perasaan sekarang ini, tentunya saya sangat senang sudah bisa melahirkan dengan selamat. Dan saya berterima kasih kepada pihak rumah sakit yang mau membantu saya,” ucapnya. “Selain itu, saya juga berterima kasih kepada Bupati Langkat yang terus memperhatikan kami selama berada di tenda pengungsian,” ujar Desi dan mengaku merasa terlayani menjadi pengungsi di Desa Telagah.(dn/deo)

Bayi yang dilahirkan Desi, pengungsi Sinabung di RS Kesrem, dilihat oleh Kepala Rumkit.
Bayi yang dilahirkan Desi, pengungsi Sinabung di RS Kesrem, dilihat oleh Kepala Rumkit.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Dua pengungsi letusan gunung Sinabung di Desa Telagah, Kec. Sei Bingai melahirkan tiga bayi di Rumah Sakit (Rumkit) Kesrem atau rumah sakit TNI di Jl. Bandung, Kec. Binjai Selatan. Ernawati Br Tarigan dan Desi Br Tarigan adalah nama kedua ibu yang beruntung asal Desa Kuta Rakyat, Kab. Tanah Karo itu.

Kepala Rumkit Kesrem, Mayor dr Darma Malem mengaku, pengungsi melahirkan yang jadi pasien mereka, satu diantaranya sudah pulang.

“Iya, sebelumnya ada dua pengungsi yang melahirkan dan kita rawat di rumah sakit ini. Tapi satu diantaranya atau yang melahirkan bayi kembar seminggu lalu sudah pulang,” ucapnya.

Masih kata Mayor dr Darma, ibu serta anak kembar yang dilahirkan itu bisa pulang karena dinilai sudah sehat. “Anak kembar itu dua-duanya laki-laki. Dan anak itu sebagai anak ke dua sekaligus ke tiga,” ucapnya seraya tersenyum. Usai berbincang, Mayor dr Darma mengajak wartawan koran ini melihat kondisi Desi, seorang pengungsi gunung Sinabung yang masih dirawat.

Didampingi dr Indra yang menangani persalinan tersebut, kru koran ini akhirnya sampai di ruang Klas III tempat di mana Desi menjalani perawatan. Sesampai di ruangan itu, Desi dan anak lelaki yang baru dilahirkannya terlihat mulai sehat. Menurut dr Indra, kedua pengungsi tersebut melahirkan secara sesar.

“Untuk pasien yang melahirkan anak kembar, harus kita pilih caesar karena kondisi janinnya melintang dan sungsang,” jelasnya. “Kalau kita paksakan secara normal, tentu dapat membahayakan ibu atau bayi itu sendiri. Agar ibu dan anaknya selamat, harus kita lakukan operasi atau caesar. Kedua bayi kembar itu memiliki berat 2,6 kilogram dan 2,4 kilogram,” ungkap dr Indra.

Untuk pasien yang masih dirawat ini, sambung dr Indra, juga dilakukan Caesar karena kelahiran anak pertama juga dijalani dengan operasi. “Kondisi janin memang baik, karena kelahiran anak pertama juga melalui caesar, kita riskan memberikan perangsang. Untuk lebih menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, maka kita kembali melakukan caesar untuk anak ke dua ini,” jelasnya.

“Kalau bayi yang satu ini memiliki berat badan 2,9 kilogram, lahir tiga hari lalu. Kalau menyangkut kesehatan, besok sebenarnya (hari ini-red) sudah bisa pulang. Pun begitu, kita lihat lagi seperti apa kondisi pasien esok hari,” tuturnya.

Sebelum bergegas pergi, Mayor dr Darma menegaskan, kalau pihaknya tetap menerima pengungsi yang membutuhkan perawatan kesehatan. “Kita tidak memungut biaya terhadap pengungsi yang dirawat. Begitu pun, kami akan tetap meminta syarat seperti surat sebagai pengungsi, KK maupun KTP. Karena kami memiliki moto, keselamatan pasien adalah yang utama,” imbuhnya.

Sementara, Desi yang ditemui sangat bersyukur selama mereka berada di pengungsian, karena selalu diperhatikan oleh tim medis setempat. “Kalau untuk cek kesehatan dan pemeriksaan kandungan rutin dilakukan. Karena tim medis sudah disiapkan Pemkab Langkat di dekat pengungsian kami itu. Jadi kalau kami mau periksa, ya tinggal datang aja,” kata Desi sambil berbaring.

Selama mengandung, sambungnya, ia dan beberapa ibu hamil yang lain disarankan untuk senam atau olah raga. “Saya dan ibu hamil lainnya sering senam sama di pengungsian. Itu saran dari tim kesehatan untuk memudahkan proses persalinan,” ucapnya.

Lebih jauh dikatakan Desi, bahwa dirinya tetap was-was ketika mengandung dan berada di tenda pengungsian. “Memang orang kesehatan ada di dekat situ (pengungsi-red). Tapi kalau saya melahirkan dan ternyata ada kendala, mau ke rumah sakit terlalu jauh. Cuma itu yang saya takutkan,” kata Desi. Untungnya, lanjut Desi, pihak pengrus pengungsian cepat membawa saya ke rumah sakit ini dan melahirkan dengan selamat.

“Syukurlah bisa melahirkan di rumah sakit ini, kalau di pengungsian sana dan ternyata dioperasi seperti ini, apa tidak gawat juga,” katanya. Desi yang sudah memiliki dua orang anak ini pun berterima kasih kepada pihak Rumah Sakit Kesrem yang telah mau membantunya.

“Kalau ditanya perasaan sekarang ini, tentunya saya sangat senang sudah bisa melahirkan dengan selamat. Dan saya berterima kasih kepada pihak rumah sakit yang mau membantu saya,” ucapnya. “Selain itu, saya juga berterima kasih kepada Bupati Langkat yang terus memperhatikan kami selama berada di tenda pengungsian,” ujar Desi dan mengaku merasa terlayani menjadi pengungsi di Desa Telagah.(dn/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/