28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Tarif Operasi Sesar Bikin Rugi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tarif operasi sesar menjadi salah satu tariff rendah dalam sistem pembayaran Indonesia Case Based Groups (INA-CBGs). Banyak rumah sakit (RS) mengalami kerugian karena  tidak bisa memanage pengeluaran pada tindakan medis satu itu.

Dua di antaranya adalah RS Annisa, Tangerang dan RS Al-Islam, Bandung. Kedua rumah sakit itu belum bisa mengefisiensikan tindakan medis pada operasi sesar mereka, sehingga menyebabkan kerugian puluhan juta.

Pada laporan klaim yang diajukan oleh RS Annisa, Tangerang untuk dua bulan lalu, operasi sesar menempati posisi pertama dalam list defisit mereka. Tak hanya operasi sesar, beberapa operasi lain seperti apendisitis dan amandel juga masih menyebabkan kerugian di keuangan mereka. “Hingga saat ini kami masih kesulitan menekan angka untuk penanganan medis yang memerlukan tindakan (operasi),” ujar Direktur RS Annisa Tangerang, Ediansyah di Jakarta, kemarin.

Edi mengaku bahkan telah mengumpulkan seluruh jajaran dokter dan petinggi rumah sakit untuk mendiskusikan masalah ini. Bebarapa pengeluaran seperti jasa pelayanan dan pengadaan obat pun telah dipangkas. Tapi sayangnya, klaim mereka masih di atas ketentuan tarif INA CBGs. Sehingga mereka harus kembali mengalami kerugian dalam tindakan operasi sesar.

Untungnya, defisit tersebut bisa tertutupi dengan pendapatan di bidang lain. “Untungnya bisa tertutupi. Jadi masih untung secara keseluruhan,” katanya.

Hal serupa juga dikemukakan oleh direktur RS Al-Islam Bandung, Sigit Gunarto. Ia mengatakan, pihaknya juga hingga dua bulan ini mengalami kerugian untuk penanganan operasi sesar ini. “Kami sangat berusaha agar jangan sampai cost sharing dengan pasien, akhirnya justru kami minus dalam klaim pelayanan tersebut,” tuturnya.

Perbedaan tindakan dalam operasi sesar ini ditengarai menjadi penyebab utama tidak bisa ditekannya efisiensi pengeluaran. Sigit menjelaskan, setiap pasien memiliki kasus sendiri-sendiri sehingga tindakan yang diberikan pun berbeda-beda dan eringkali tak sesuai dengan ketentuan dalam INA CBGs.

Menyikapi hal tersebut, pihak RS akhirnya harus memutar otak untuk mencari jalan keluar. RS Annisa Tangerang memutuskan untuk membuat tim clinical pathways untuk melakukan kontrol pada semua tindakan dokter dalam operasi sesar yang mereka lakukan. Cara ini dirasa cukup efektif menekan pengeluaran meski belum bisa membebaskan merekda dari kerugian. “Paling tidak perbedaan pengeluaran tiap dokter tidak berbeda jauh. Dan yang paling penting tidak jauh dari INA CBGs,” ungkap Edi.

Edi berharap, perubahan tariff INA CBGs yang kabarnya tengah dilakukan dapat difokuskan pada penarifan tindakan-tindakan operasi. Sebab, tarif tersebut sangat rendah dan cenderung merugikan. (mia)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tarif operasi sesar menjadi salah satu tariff rendah dalam sistem pembayaran Indonesia Case Based Groups (INA-CBGs). Banyak rumah sakit (RS) mengalami kerugian karena  tidak bisa memanage pengeluaran pada tindakan medis satu itu.

Dua di antaranya adalah RS Annisa, Tangerang dan RS Al-Islam, Bandung. Kedua rumah sakit itu belum bisa mengefisiensikan tindakan medis pada operasi sesar mereka, sehingga menyebabkan kerugian puluhan juta.

Pada laporan klaim yang diajukan oleh RS Annisa, Tangerang untuk dua bulan lalu, operasi sesar menempati posisi pertama dalam list defisit mereka. Tak hanya operasi sesar, beberapa operasi lain seperti apendisitis dan amandel juga masih menyebabkan kerugian di keuangan mereka. “Hingga saat ini kami masih kesulitan menekan angka untuk penanganan medis yang memerlukan tindakan (operasi),” ujar Direktur RS Annisa Tangerang, Ediansyah di Jakarta, kemarin.

Edi mengaku bahkan telah mengumpulkan seluruh jajaran dokter dan petinggi rumah sakit untuk mendiskusikan masalah ini. Bebarapa pengeluaran seperti jasa pelayanan dan pengadaan obat pun telah dipangkas. Tapi sayangnya, klaim mereka masih di atas ketentuan tarif INA CBGs. Sehingga mereka harus kembali mengalami kerugian dalam tindakan operasi sesar.

Untungnya, defisit tersebut bisa tertutupi dengan pendapatan di bidang lain. “Untungnya bisa tertutupi. Jadi masih untung secara keseluruhan,” katanya.

Hal serupa juga dikemukakan oleh direktur RS Al-Islam Bandung, Sigit Gunarto. Ia mengatakan, pihaknya juga hingga dua bulan ini mengalami kerugian untuk penanganan operasi sesar ini. “Kami sangat berusaha agar jangan sampai cost sharing dengan pasien, akhirnya justru kami minus dalam klaim pelayanan tersebut,” tuturnya.

Perbedaan tindakan dalam operasi sesar ini ditengarai menjadi penyebab utama tidak bisa ditekannya efisiensi pengeluaran. Sigit menjelaskan, setiap pasien memiliki kasus sendiri-sendiri sehingga tindakan yang diberikan pun berbeda-beda dan eringkali tak sesuai dengan ketentuan dalam INA CBGs.

Menyikapi hal tersebut, pihak RS akhirnya harus memutar otak untuk mencari jalan keluar. RS Annisa Tangerang memutuskan untuk membuat tim clinical pathways untuk melakukan kontrol pada semua tindakan dokter dalam operasi sesar yang mereka lakukan. Cara ini dirasa cukup efektif menekan pengeluaran meski belum bisa membebaskan merekda dari kerugian. “Paling tidak perbedaan pengeluaran tiap dokter tidak berbeda jauh. Dan yang paling penting tidak jauh dari INA CBGs,” ungkap Edi.

Edi berharap, perubahan tariff INA CBGs yang kabarnya tengah dilakukan dapat difokuskan pada penarifan tindakan-tindakan operasi. Sebab, tarif tersebut sangat rendah dan cenderung merugikan. (mia)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/