26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Bunda Nyaman, Jiwa Sehat

hamil

SELAMA ini ada anggapan bahwa setiap perempuan pasti tidak akan menolak jika dikaruniai anak. Kenyataannya, ada sebagian perempuan yang justru merasa sebaliknya. Timbul perasaan tidak menginginkan dan tidak mampu mengurus bayi. Itu umumnya terjadi karena perasaan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar psikologis. Yakni, rasa aman dan nyaman.

Menurut Dr Bangun T. Purwaka SpOG K, kekhawatiran itu sering disebut sebagai sindrom baby blues. Jika terus dibiarkan, perasaan tersebut bisa berujung pada gangguan jiwa (skizofrenia). Perasaan itu sering terjadi pada pasangan yang tinggal terpisah dari keluarga maupun perempuan yang single parent.

Dia menjelaskan, setelah proses bersalin, sikap si ibu yang mengalami baby blues bisa berubah. Yang seharusnya bahagia justru sebaliknya, merasa tidak sanggup mengurus buah hati. Terlebih saat tidak ada yang mendampinginya.

“Perempuan punya kebutuhan dasar pasca melahirkan. Yakni, rasa aman dan nyaman,” katanya. Itu didapat dari dukungan ibu. Misalnya, mengajari cara menyusui, memandikan, dan mengatur waktu makan bayi.

Jika kebutuhannya tidak terpenuhi, si ibu bisa stres dan frustrasi. Ujung-ujungnya, dia tidak mau menyusui, menggendong, bahkan merawat bayinya. Bangun menyebutkan, pada tahap yang parah seperti itu, angka kematian bayi semakin tinggi.

“Si ibu bisa melakukan tindakan di luar nalar seperti membunuh bayinya,” jelasnya. Itu dilakukan karena merasa tidak mampu mengurus bayi sendiri.

Bangun menyarankan, sedini mungkin orang tua baru dipersiapkan untuk mengurus buah hati. “Rajin berkomunikasi dengan orang tua atau komunitas ibu muda,” sarannya. Dengan begitu, meski tidak didampingi orang tua atau seorang single parent, dia bisa survive. (bir/c7/dos)

hamil

SELAMA ini ada anggapan bahwa setiap perempuan pasti tidak akan menolak jika dikaruniai anak. Kenyataannya, ada sebagian perempuan yang justru merasa sebaliknya. Timbul perasaan tidak menginginkan dan tidak mampu mengurus bayi. Itu umumnya terjadi karena perasaan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar psikologis. Yakni, rasa aman dan nyaman.

Menurut Dr Bangun T. Purwaka SpOG K, kekhawatiran itu sering disebut sebagai sindrom baby blues. Jika terus dibiarkan, perasaan tersebut bisa berujung pada gangguan jiwa (skizofrenia). Perasaan itu sering terjadi pada pasangan yang tinggal terpisah dari keluarga maupun perempuan yang single parent.

Dia menjelaskan, setelah proses bersalin, sikap si ibu yang mengalami baby blues bisa berubah. Yang seharusnya bahagia justru sebaliknya, merasa tidak sanggup mengurus buah hati. Terlebih saat tidak ada yang mendampinginya.

“Perempuan punya kebutuhan dasar pasca melahirkan. Yakni, rasa aman dan nyaman,” katanya. Itu didapat dari dukungan ibu. Misalnya, mengajari cara menyusui, memandikan, dan mengatur waktu makan bayi.

Jika kebutuhannya tidak terpenuhi, si ibu bisa stres dan frustrasi. Ujung-ujungnya, dia tidak mau menyusui, menggendong, bahkan merawat bayinya. Bangun menyebutkan, pada tahap yang parah seperti itu, angka kematian bayi semakin tinggi.

“Si ibu bisa melakukan tindakan di luar nalar seperti membunuh bayinya,” jelasnya. Itu dilakukan karena merasa tidak mampu mengurus bayi sendiri.

Bangun menyarankan, sedini mungkin orang tua baru dipersiapkan untuk mengurus buah hati. “Rajin berkomunikasi dengan orang tua atau komunitas ibu muda,” sarannya. Dengan begitu, meski tidak didampingi orang tua atau seorang single parent, dia bisa survive. (bir/c7/dos)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/