27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Datanglah Kalian Nak, Bapak Mau Minta Maaf…

Foto: Bayu/PM Robin Nababan, suami yang menggorok istri, saat diamankan di Polsek Sunggal. Robin mengaku menyesal dan ingin meminta maaf pada anak-anaknya.
Foto: Bayu/PM
Robin Nababan, suami yang menggorok istri, saat diamankan di Polsek Sunggal. Robin mengaku menyesal dan ingin meminta maaf pada anak-anaknya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penyesalan dan rasa bersalah masih ‘menghantui’ hari-hari Robin Nababan (40). Saat ini, suami yang karena cemburu tega menghabisi nyawa istrinya, Nova boru Sianturi (38) itu, hanya bisa menghabiskan hari-harinya di penjara dengan menangis.

Bahkan, saat kembali ditemui, Senin (24/3) siang, Robin juga tak kuasa membendung air matanya. Dalam kesempatan itu, pria yang ditangkap di Kandis, Riau itu mengaku punya keinginan terakhir. Yakni, meminta maaf pada keempat anaknya secara langsung. Terutama pada anak sulungnya, Lilis Eviana.

“Bapak mau minta maaf, datanglah kalian jenguk bapak nak. Bapak mau minta maaf secara langsung sama kalian semua, maafin bapak nak. Lilis boru panggoaranku, bapak minta maaf kali, dan mohon sama anak-anak jangan sakit hati sama bapak,” lirihnya seraya menitihkan air mata.

Dikisahkan Robin, dugaan perselingkuhan Nova sudah mulai ia rasakan 3 bulan sebelum kejadian. “3 bulan belakangan ini, istriku sudah mulai nggak perhatian samaku. Mulai nggak pernah lagi nyiapkan makan siang, biasanya nyiapkan,” kenangnya.

Bukan hanya itu, yang sangat menyakitkan hati Robin adalah saat ia minta dilayani di atas ranjang, tapi dengan lantang Nova menolak dan malah menyuruhnya onani saja di kamar mandi. “Suami mana yang gak kecewa dengar cakap istrinya kayak gitu. Sejak saat itulah, saya yakin dia punya selingkuhan,” jelasnya.

Tapi saat ditanyai apakah ia pernah melihat korban berduaan dengan pria lain? Robin mengaku tidak pernah dan hanya menduga-duga saja. “Memang aku mggak pernah melihatnya berduaan dengan laki-laki lain, tapi dari sikapnya itulah yang membuat aku curiga. Dan apalagi kalau kami berhubungan intim, dia itu kayak terpaksa melayani aku. Kita kan tau kayak mana berhubungan kalau suka sama suka, ini lain rasanya, kayak ada sesuatu,” tandasnya.

Emosi Robin makin tak terkendali, saat mendengar Nova mengaku selingkuh dengan adik iparnya, Syaiful Manik (35).

Tapi saat ditemui kru koran ini di Pajak Sunggal, Syaiful membantah ada menjalin hubungan gelap dengan Nova. “Aku senang kali abang udah jumpai aku, aku juga mau ngomong soal hal ini. Aku tegaskan bang, tidak ada dan tidak pernah aku berselingkuh dengan kakak itu (Nova),” jelas pria yang memakai baju kaos biru itu.

Lanjutnya, ia menganggap tudingan pelaku berlebihan. “Sifat cemburu dan curiga pelaku itu yang berlebihan. Memang selama ini aku sering kali dituduhnya mengganggu, meskipun aku hanya senyum pada istrinya. Padahal karena aku tau sifatnya yang cemburuan, aku gak pernah cakapan sama dia atau pun korban, karena takut jadi fitnah,” ungkapnya saat tengah duduk di atas meja kosong tempat jualannya.

Seminggu sebelum kejadian, ia ngaku sempat bertengkar dengan istrinya, Nurhayati. “Gara-gara dia (pelaku), aku sempat ribut sama istriku. Masak diteleponnya istriku, dibilangnya aku selingkuh sama istrinya. Untunglah istriku mengerti, walaupun kami sempat ribut,” beber ayah 2 anak ini seraya mengatakan, pasca ribut-ribut itu ia langsung menemui Robin dan menyelesaikan persoalan itu dengan jalan damai.

Masih kata Syaiful, sikap cemburuan pelaku selama ini terlalu berlebihan. Bahkan pelanggan pria atau pun sales-sales yang datang belanja ke lapak mereka selalu dicurigai.

“Biar tau abang ya, jangankan aku, pembeli atau sales saja yang laki-laki kalau lama ngobrol sama Nova, udah curiga itu, udah marah-marah la sama korban. Tapi aku maklumlah, mungkin karena keadaannya (cacat kaki kanan) kayak gitu jadi dia ketakutan ditinggal korban,” tuturnya.

Syaiful mengaku siap dipanggil dan diperiksa polisi terkait kasus itu. “Karena aku merasa benar bang, aku berani dibawa polisi untuk memberitahukan yang sebenarnya tentang tuduhan itu,” tandasnya.

Sebelumnya, Robin menghabisi nyawa istrinya di rumah mereka, Jl. TB Simatupang, Gang Langgar, Kec. Medan Sunggal, Selasa (12/3) lalu. Alasan kenekatan korban lantaran terbakar api cemburu setelah korban terus mendesaknya untuk bercerai. Dan saat itu pelaku yang kalap, menikamkan pisau ke arah badan korban beberapa kali hingga korban tewas bersimbah darah, kemudian pelaku melarikan diri. Hampir 2 minggu bersembunyi, akhirnya pelaku ditangkap di rumah keluarganya di kawasan Kandis, Riau. Dan pelaku pun kemudian dijebloskan ke sel Polsek Sunggal.

 

PSIKOLOG: PERMINTAAN CERAI MENGHINA SUAMI

Direktur Minauli Consulting, Dra. Irna Minauli, M.Si, menyebut permintaan cerai dari pihak istri, merupakan bentuk penentangan, penghinaan dan merendahkan martabat suami.

Hal tersebut diungkapkan Irna Minauli menanggapi kasus Robin Nababan yang nekat menghabisi nyawa istrinya, Nova boru Sianturi di kediaman mereka Jl. TB Simatupang Gg. Langgar Kel. Sunggal Kec. Medan Sunggal.

Psikolog ini memandang permintaan cerai juga sebagai bentuk penghianatan cinta. Sebab, pada dasarnya setiap orang hanya menginginkan sekali perkawinan sepanjang hidupnya.

“Permintaan cerai yang terus menerus, tentu saja dapat menghabiskan kesabaran dari sang suami. Sehingga ketika batas kesabarannya sudah terlampaui, maka dapat memicu perilaku agresif seperti pembunuhan,” ujarnya.

Kemudian, beber Irna, pembunuhan tersebut mungkin dilakukan pelaku agar sumber stres yang dialaminya hilang. “Pada saat puncak kemarahan meningkat, orang sering kehilangan akal sehatnya sehingga akan melakukan hal-hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Dalam kasus seperti itu, maka dinamika psikologis yang terjadi hanya dilandasi oleh dorongan sesaat tanpa pertimbangan akal sehat,” bebernya.

Saat disinggung, apa yang menyebabkan Robin menyesali perbuatannya usai membunuh istrinya tersebut, dosen psikolog USU ini mengatakan, itu terjadi disebabkan kesadaran Robin pulih. Maka itu, muncullah rasa bersalah karena Robin yang pada dasarnya dirinya masih mencintai istrinya. “Penyesalan tersebut kemudian memunculkan keinginan untuk membunuh dirinya sendiri,” ucapnya.

Disinggung bagaimana dampak psikologis pelaku kedepannya, Irna mengatakan pembunuhan itu akan menghantui pelaku. Dengan keberadaan anak-anaknya tersebut membuat beban psikologis Robin terbebani. “Bagi anak-anak sendiri, peristiwa tersebut tentunya dapat menimbulkan perasaan duka yang sangat mendalam. Karena mereka kehilangan ibu dan bapaknya sekaligus. Ibu yang meninggal dan bapak yang harus dipenjara. Maka, anank-anaknya tersebut merasa terombang-ambing hidup dan masa depannya karena kehilangan kasih sayang ortunya. Akan tetapi, anak-anaknya tersebut harus diajarkan untuk bisa menerima kenyataan tersebut dan memaafkan ayahnya,” ucapnya.

Saran Irna, anak-anak korban sebaiknya diajarkan untuk tidak menyalahkan diri mereka sendiri. “Karena, pada banyak kasus perselisihan orangtua, anak sering beranggapan bahwa merekalah sebagai penyebab konflik tersebut,” ungkapnya.

Kemudian, saat disinggung apakah kedepannya anak korban dan pelaku tersebut kemungkinan bisa berbuat nekat seperti menyakiti orang lain atau dirinya sendiri, Irna mengatakan, itu bisa saja terjadi. “Jika tidak ditangani dengan baik, maka hal tersebut bisa membuat mereka menjadi anak yang juga cend melakukan kekerasan,” pungkasnya. (bay/ind/deo/bd)

Foto: Bayu/PM Robin Nababan, suami yang menggorok istri, saat diamankan di Polsek Sunggal. Robin mengaku menyesal dan ingin meminta maaf pada anak-anaknya.
Foto: Bayu/PM
Robin Nababan, suami yang menggorok istri, saat diamankan di Polsek Sunggal. Robin mengaku menyesal dan ingin meminta maaf pada anak-anaknya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penyesalan dan rasa bersalah masih ‘menghantui’ hari-hari Robin Nababan (40). Saat ini, suami yang karena cemburu tega menghabisi nyawa istrinya, Nova boru Sianturi (38) itu, hanya bisa menghabiskan hari-harinya di penjara dengan menangis.

Bahkan, saat kembali ditemui, Senin (24/3) siang, Robin juga tak kuasa membendung air matanya. Dalam kesempatan itu, pria yang ditangkap di Kandis, Riau itu mengaku punya keinginan terakhir. Yakni, meminta maaf pada keempat anaknya secara langsung. Terutama pada anak sulungnya, Lilis Eviana.

“Bapak mau minta maaf, datanglah kalian jenguk bapak nak. Bapak mau minta maaf secara langsung sama kalian semua, maafin bapak nak. Lilis boru panggoaranku, bapak minta maaf kali, dan mohon sama anak-anak jangan sakit hati sama bapak,” lirihnya seraya menitihkan air mata.

Dikisahkan Robin, dugaan perselingkuhan Nova sudah mulai ia rasakan 3 bulan sebelum kejadian. “3 bulan belakangan ini, istriku sudah mulai nggak perhatian samaku. Mulai nggak pernah lagi nyiapkan makan siang, biasanya nyiapkan,” kenangnya.

Bukan hanya itu, yang sangat menyakitkan hati Robin adalah saat ia minta dilayani di atas ranjang, tapi dengan lantang Nova menolak dan malah menyuruhnya onani saja di kamar mandi. “Suami mana yang gak kecewa dengar cakap istrinya kayak gitu. Sejak saat itulah, saya yakin dia punya selingkuhan,” jelasnya.

Tapi saat ditanyai apakah ia pernah melihat korban berduaan dengan pria lain? Robin mengaku tidak pernah dan hanya menduga-duga saja. “Memang aku mggak pernah melihatnya berduaan dengan laki-laki lain, tapi dari sikapnya itulah yang membuat aku curiga. Dan apalagi kalau kami berhubungan intim, dia itu kayak terpaksa melayani aku. Kita kan tau kayak mana berhubungan kalau suka sama suka, ini lain rasanya, kayak ada sesuatu,” tandasnya.

Emosi Robin makin tak terkendali, saat mendengar Nova mengaku selingkuh dengan adik iparnya, Syaiful Manik (35).

Tapi saat ditemui kru koran ini di Pajak Sunggal, Syaiful membantah ada menjalin hubungan gelap dengan Nova. “Aku senang kali abang udah jumpai aku, aku juga mau ngomong soal hal ini. Aku tegaskan bang, tidak ada dan tidak pernah aku berselingkuh dengan kakak itu (Nova),” jelas pria yang memakai baju kaos biru itu.

Lanjutnya, ia menganggap tudingan pelaku berlebihan. “Sifat cemburu dan curiga pelaku itu yang berlebihan. Memang selama ini aku sering kali dituduhnya mengganggu, meskipun aku hanya senyum pada istrinya. Padahal karena aku tau sifatnya yang cemburuan, aku gak pernah cakapan sama dia atau pun korban, karena takut jadi fitnah,” ungkapnya saat tengah duduk di atas meja kosong tempat jualannya.

Seminggu sebelum kejadian, ia ngaku sempat bertengkar dengan istrinya, Nurhayati. “Gara-gara dia (pelaku), aku sempat ribut sama istriku. Masak diteleponnya istriku, dibilangnya aku selingkuh sama istrinya. Untunglah istriku mengerti, walaupun kami sempat ribut,” beber ayah 2 anak ini seraya mengatakan, pasca ribut-ribut itu ia langsung menemui Robin dan menyelesaikan persoalan itu dengan jalan damai.

Masih kata Syaiful, sikap cemburuan pelaku selama ini terlalu berlebihan. Bahkan pelanggan pria atau pun sales-sales yang datang belanja ke lapak mereka selalu dicurigai.

“Biar tau abang ya, jangankan aku, pembeli atau sales saja yang laki-laki kalau lama ngobrol sama Nova, udah curiga itu, udah marah-marah la sama korban. Tapi aku maklumlah, mungkin karena keadaannya (cacat kaki kanan) kayak gitu jadi dia ketakutan ditinggal korban,” tuturnya.

Syaiful mengaku siap dipanggil dan diperiksa polisi terkait kasus itu. “Karena aku merasa benar bang, aku berani dibawa polisi untuk memberitahukan yang sebenarnya tentang tuduhan itu,” tandasnya.

Sebelumnya, Robin menghabisi nyawa istrinya di rumah mereka, Jl. TB Simatupang, Gang Langgar, Kec. Medan Sunggal, Selasa (12/3) lalu. Alasan kenekatan korban lantaran terbakar api cemburu setelah korban terus mendesaknya untuk bercerai. Dan saat itu pelaku yang kalap, menikamkan pisau ke arah badan korban beberapa kali hingga korban tewas bersimbah darah, kemudian pelaku melarikan diri. Hampir 2 minggu bersembunyi, akhirnya pelaku ditangkap di rumah keluarganya di kawasan Kandis, Riau. Dan pelaku pun kemudian dijebloskan ke sel Polsek Sunggal.

 

PSIKOLOG: PERMINTAAN CERAI MENGHINA SUAMI

Direktur Minauli Consulting, Dra. Irna Minauli, M.Si, menyebut permintaan cerai dari pihak istri, merupakan bentuk penentangan, penghinaan dan merendahkan martabat suami.

Hal tersebut diungkapkan Irna Minauli menanggapi kasus Robin Nababan yang nekat menghabisi nyawa istrinya, Nova boru Sianturi di kediaman mereka Jl. TB Simatupang Gg. Langgar Kel. Sunggal Kec. Medan Sunggal.

Psikolog ini memandang permintaan cerai juga sebagai bentuk penghianatan cinta. Sebab, pada dasarnya setiap orang hanya menginginkan sekali perkawinan sepanjang hidupnya.

“Permintaan cerai yang terus menerus, tentu saja dapat menghabiskan kesabaran dari sang suami. Sehingga ketika batas kesabarannya sudah terlampaui, maka dapat memicu perilaku agresif seperti pembunuhan,” ujarnya.

Kemudian, beber Irna, pembunuhan tersebut mungkin dilakukan pelaku agar sumber stres yang dialaminya hilang. “Pada saat puncak kemarahan meningkat, orang sering kehilangan akal sehatnya sehingga akan melakukan hal-hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Dalam kasus seperti itu, maka dinamika psikologis yang terjadi hanya dilandasi oleh dorongan sesaat tanpa pertimbangan akal sehat,” bebernya.

Saat disinggung, apa yang menyebabkan Robin menyesali perbuatannya usai membunuh istrinya tersebut, dosen psikolog USU ini mengatakan, itu terjadi disebabkan kesadaran Robin pulih. Maka itu, muncullah rasa bersalah karena Robin yang pada dasarnya dirinya masih mencintai istrinya. “Penyesalan tersebut kemudian memunculkan keinginan untuk membunuh dirinya sendiri,” ucapnya.

Disinggung bagaimana dampak psikologis pelaku kedepannya, Irna mengatakan pembunuhan itu akan menghantui pelaku. Dengan keberadaan anak-anaknya tersebut membuat beban psikologis Robin terbebani. “Bagi anak-anak sendiri, peristiwa tersebut tentunya dapat menimbulkan perasaan duka yang sangat mendalam. Karena mereka kehilangan ibu dan bapaknya sekaligus. Ibu yang meninggal dan bapak yang harus dipenjara. Maka, anank-anaknya tersebut merasa terombang-ambing hidup dan masa depannya karena kehilangan kasih sayang ortunya. Akan tetapi, anak-anaknya tersebut harus diajarkan untuk bisa menerima kenyataan tersebut dan memaafkan ayahnya,” ucapnya.

Saran Irna, anak-anak korban sebaiknya diajarkan untuk tidak menyalahkan diri mereka sendiri. “Karena, pada banyak kasus perselisihan orangtua, anak sering beranggapan bahwa merekalah sebagai penyebab konflik tersebut,” ungkapnya.

Kemudian, saat disinggung apakah kedepannya anak korban dan pelaku tersebut kemungkinan bisa berbuat nekat seperti menyakiti orang lain atau dirinya sendiri, Irna mengatakan, itu bisa saja terjadi. “Jika tidak ditangani dengan baik, maka hal tersebut bisa membuat mereka menjadi anak yang juga cend melakukan kekerasan,” pungkasnya. (bay/ind/deo/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/