25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Ketua SPSI Diculik Lalu Dibuang di Jembatan Layang

Foto: Well/PM Satia Gunawan, ketua SPSI saat dirawat di RSU Pirngadi Medan.
Foto: Well/PM
Satia Gunawan, ketua SPSI saat dirawat di RSU Pirngadi Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Niat Satia Gunawan (29) membeli obat dan susu anaknya yang mendadak sakit, Minggu (30/3) dini hari, berujung petaka. Betapa tidak, usai mengisi bensin di SPBU Jl. Juanda, Satia yang membonceng sepupunya, Desi Afrianti (20) malah diculik dan dirampok 3 pria tegap berpistol mengendarai mobil minibus Xenia hitam.

Keduanya selamat setelah Satia yang menjabat Ketua SPSI Jl. Salak Medan itu pura-pura mati. Karena ketakutan, pelaku pun membuang keduanya di kawasan jembatan layang, tak jauh dari kampus Unimed.

Info dihimpun, dini hari itu sekira pukul 03.30 WIB, Satia dan istrinya Yani (23) mendadak gusar melihat anak kedua mereka yang masih berusia 3 tahun mendadak demam dan terus menangis. Karena susunya juga habis, Yani lantas menyuruh suami dan sepupunya membeli obat dan susu ke luar. Singkat cerita, dari kediaman mereka di Jl. Salak, Medan Area, Satia dan Desi pun berangkat mengendarai Yamaha Mio BK 5963 AAU.

Karena tak ada lagi apotik yang buka disekitar rumah, Satia pun melajukan sepeda motornya ke arah Jl. Juanda Medan. Karena minyak kereta habis, kedua korban lebih dulu mengisi bensin di SPBU Jl. Juanda yang bukan 24 jam. Singkat cerita, usai mengisi bensin, keduanya berniat melanjutkan pencarian.

Tapi naas, baru beberapa puluh meter melaju dari pom bensin, sepeda motor korban tiba-tiba dihadang pelaku. Dengan menodongkan senpi, ketiga pelaku lantas menyeret kedua korban ke dalam mobil Xenia. Detik berikutnya, pelaku memukuli Satia dengan gagang pistol hingga babak belur. Sementara mulut, tangan dan kaki Desi dilakban.

Setelah melumpuhkan korban, satu pelaku turun lantas membawa sepeda motor korban. Sedang dua pelaku lain membawa korban keliling naik mobil. Di sana, Satia kembali dipukuli menggunakan gagang senja api, hingga kepalanya retak. Aksi pelaku baru berhenti setelah Satia pura-pura tewas. Tak mau konyol, pelaku lantas membawa kedua korban ke kawasan Pasar V, Medan Estate. Di lokasi sepi persisinya di dekat jembatan layang, pelaku pun membuang kedua korban.

Setelah para pelaku meninggalkan lokasi, dengan sisa tenaga Satia dan sepupunya berjalan mencari pertolongan. Setengah jam kemudian, akhirnya kedua korban ditolong oleh para pekerja yang sedang menyelesaikan proyek bangunan di sekitar lokasi. Satia yang kepalanya terus mengucurkan darah itu langsung diboyong ke RS Deli, Jl. Merbau dan dirujuk ke RSU Pirngadi Medan.

Saat ditemui di RS, Satia yang masih terbaring lemah di atas bangsal mengaku, pagi itu ia dan sepupunya Desi hendak membeli obat dan susu untuk anaknya. Korban mengaku tak mengenal siapa pelaku.

“Awalnya mau beli susulah bang, aku sama sepupuku. Tak lama datang lah pelaku itu naik mobil langsung turun, aku dipukuli. Si Desi sempat nanya, tapi dia juga dipukul. Langsung mereka masukkan kami secara paksa ke mobil. Di dalam mobil, aku sempat melawan tapi aku dipukuli lagi pakai pistol makanya kepalaku berdarah. Sementara si Desi diikat pakai lakban,” kenang Satia yang kepalanya masih dibalut perban itu.

Selama berada di dalam mobil, korban dan pelaku sempat terlibat argumen. Dimana pelaku mengatakan jika dirinya adalah target yang harus dihabisi. “Di dalam mobil itu aku sempat cek-cok bang, kata orang itu aku sudah jadi target. Tapi aku tak tau apa maksudnya karena aku tak kenal siapa mereka. Dipukulilah aku terus bang, jadi di mobilnya itu ada banyak darah,” lirih Satia.

Sempat dirawat di RS Deli, korban akhirnya dirujuk ke RSU Pirngadi Medan. Tampak puluhan rekan-rekan korban melakukan penjagaan di kamar tempat Satia dirawat. Masih menurut korban, jika Desi sepupunya juga menderita luka ringan dan trauma berat. “Desi trauma bang, dia dipukul juga. Kepalanya luka. Dia di rumahnya Jl. Salak sana sekarang. Belum bisa apa-apa dia,” kata ayah tiga anak itu.

Ditanya apakah kasus itu berkaitan dengan persaingan jabatan? Ketua SPSI yang memiliki 67 orang anggota itu tak mau berandai-andai dan menyerahkan sepenuhnya penyelidikan kasus tersebut pada polisi.

 

ISTRI SYOK

Perampokan dan penculikan serta penganiayaan yang menimpa Satia dan sepupunya cukup membuat Yani syok. Bahkan saat di rumah sakit, ibu tiga anak  itu tak kuasa menahan air matanya. Diamini Yani, jika semula suaminya memang hendak membeli susu dan obat untuk anaknya. “Memang dia mau beli susu sama obat anak kami. Karena pagi itu sudah habis susunya. Jadi mau tak mau harus dibelilah, daripada anak nangis-nangis terus,” lirih wanita berambut panjang itu.

Saat itu, suaminya pergi bersama Desi, karena ia harus menemani menjaga anaknya di rumah. “Pergi sama sepupunya si Desi. Karena kalau aku tak mungkin ninggalkan anak-anak di rumah. Pagi itu aku sudah curiga, karena mereka tak pulang-pulang,” terangnya.

Kabar suaminya jadi korban perampokan ia ketahui setelah suaminya dirawat di RS Deli. “Aku tahunya pas sudah di RS Delilah bang. Langsung kami pindah ke RSU Pirngadi supaya bisa pakai BPJS,” katanya. Ia berharap agar pelaku bisa segera ditangkap dan suaminya segera pulih karena dialah tulang punggung keluarga. (cr-3/wel/deo)

Foto: Well/PM Satia Gunawan, ketua SPSI saat dirawat di RSU Pirngadi Medan.
Foto: Well/PM
Satia Gunawan, ketua SPSI saat dirawat di RSU Pirngadi Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Niat Satia Gunawan (29) membeli obat dan susu anaknya yang mendadak sakit, Minggu (30/3) dini hari, berujung petaka. Betapa tidak, usai mengisi bensin di SPBU Jl. Juanda, Satia yang membonceng sepupunya, Desi Afrianti (20) malah diculik dan dirampok 3 pria tegap berpistol mengendarai mobil minibus Xenia hitam.

Keduanya selamat setelah Satia yang menjabat Ketua SPSI Jl. Salak Medan itu pura-pura mati. Karena ketakutan, pelaku pun membuang keduanya di kawasan jembatan layang, tak jauh dari kampus Unimed.

Info dihimpun, dini hari itu sekira pukul 03.30 WIB, Satia dan istrinya Yani (23) mendadak gusar melihat anak kedua mereka yang masih berusia 3 tahun mendadak demam dan terus menangis. Karena susunya juga habis, Yani lantas menyuruh suami dan sepupunya membeli obat dan susu ke luar. Singkat cerita, dari kediaman mereka di Jl. Salak, Medan Area, Satia dan Desi pun berangkat mengendarai Yamaha Mio BK 5963 AAU.

Karena tak ada lagi apotik yang buka disekitar rumah, Satia pun melajukan sepeda motornya ke arah Jl. Juanda Medan. Karena minyak kereta habis, kedua korban lebih dulu mengisi bensin di SPBU Jl. Juanda yang bukan 24 jam. Singkat cerita, usai mengisi bensin, keduanya berniat melanjutkan pencarian.

Tapi naas, baru beberapa puluh meter melaju dari pom bensin, sepeda motor korban tiba-tiba dihadang pelaku. Dengan menodongkan senpi, ketiga pelaku lantas menyeret kedua korban ke dalam mobil Xenia. Detik berikutnya, pelaku memukuli Satia dengan gagang pistol hingga babak belur. Sementara mulut, tangan dan kaki Desi dilakban.

Setelah melumpuhkan korban, satu pelaku turun lantas membawa sepeda motor korban. Sedang dua pelaku lain membawa korban keliling naik mobil. Di sana, Satia kembali dipukuli menggunakan gagang senja api, hingga kepalanya retak. Aksi pelaku baru berhenti setelah Satia pura-pura tewas. Tak mau konyol, pelaku lantas membawa kedua korban ke kawasan Pasar V, Medan Estate. Di lokasi sepi persisinya di dekat jembatan layang, pelaku pun membuang kedua korban.

Setelah para pelaku meninggalkan lokasi, dengan sisa tenaga Satia dan sepupunya berjalan mencari pertolongan. Setengah jam kemudian, akhirnya kedua korban ditolong oleh para pekerja yang sedang menyelesaikan proyek bangunan di sekitar lokasi. Satia yang kepalanya terus mengucurkan darah itu langsung diboyong ke RS Deli, Jl. Merbau dan dirujuk ke RSU Pirngadi Medan.

Saat ditemui di RS, Satia yang masih terbaring lemah di atas bangsal mengaku, pagi itu ia dan sepupunya Desi hendak membeli obat dan susu untuk anaknya. Korban mengaku tak mengenal siapa pelaku.

“Awalnya mau beli susulah bang, aku sama sepupuku. Tak lama datang lah pelaku itu naik mobil langsung turun, aku dipukuli. Si Desi sempat nanya, tapi dia juga dipukul. Langsung mereka masukkan kami secara paksa ke mobil. Di dalam mobil, aku sempat melawan tapi aku dipukuli lagi pakai pistol makanya kepalaku berdarah. Sementara si Desi diikat pakai lakban,” kenang Satia yang kepalanya masih dibalut perban itu.

Selama berada di dalam mobil, korban dan pelaku sempat terlibat argumen. Dimana pelaku mengatakan jika dirinya adalah target yang harus dihabisi. “Di dalam mobil itu aku sempat cek-cok bang, kata orang itu aku sudah jadi target. Tapi aku tak tau apa maksudnya karena aku tak kenal siapa mereka. Dipukulilah aku terus bang, jadi di mobilnya itu ada banyak darah,” lirih Satia.

Sempat dirawat di RS Deli, korban akhirnya dirujuk ke RSU Pirngadi Medan. Tampak puluhan rekan-rekan korban melakukan penjagaan di kamar tempat Satia dirawat. Masih menurut korban, jika Desi sepupunya juga menderita luka ringan dan trauma berat. “Desi trauma bang, dia dipukul juga. Kepalanya luka. Dia di rumahnya Jl. Salak sana sekarang. Belum bisa apa-apa dia,” kata ayah tiga anak itu.

Ditanya apakah kasus itu berkaitan dengan persaingan jabatan? Ketua SPSI yang memiliki 67 orang anggota itu tak mau berandai-andai dan menyerahkan sepenuhnya penyelidikan kasus tersebut pada polisi.

 

ISTRI SYOK

Perampokan dan penculikan serta penganiayaan yang menimpa Satia dan sepupunya cukup membuat Yani syok. Bahkan saat di rumah sakit, ibu tiga anak  itu tak kuasa menahan air matanya. Diamini Yani, jika semula suaminya memang hendak membeli susu dan obat untuk anaknya. “Memang dia mau beli susu sama obat anak kami. Karena pagi itu sudah habis susunya. Jadi mau tak mau harus dibelilah, daripada anak nangis-nangis terus,” lirih wanita berambut panjang itu.

Saat itu, suaminya pergi bersama Desi, karena ia harus menemani menjaga anaknya di rumah. “Pergi sama sepupunya si Desi. Karena kalau aku tak mungkin ninggalkan anak-anak di rumah. Pagi itu aku sudah curiga, karena mereka tak pulang-pulang,” terangnya.

Kabar suaminya jadi korban perampokan ia ketahui setelah suaminya dirawat di RS Deli. “Aku tahunya pas sudah di RS Delilah bang. Langsung kami pindah ke RSU Pirngadi supaya bisa pakai BPJS,” katanya. Ia berharap agar pelaku bisa segera ditangkap dan suaminya segera pulih karena dialah tulang punggung keluarga. (cr-3/wel/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/