26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ini Kelemahan dan Kelebihan Tiga Capres

ical-prabowo-jokowi
Ical-Prabowo-Jokowi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Emrus Corner merilis hasil survei bertajuk “Membaca Gaya Kepemimpinan Capres dan Mencari Sosok Cawapres Ideal”, Minggu (27/6), di Jakarta. Baru tiga nama capres yang dirilis Emrus Corner, yaitu Joko Widodo (PDIP), Prabowo Subianto (Gerindra), dan Aburizal Bakrie (Golkar).

Direktur Emrus Corner, Emrus Sihombing menyampaikan, dari hasil penelitiannya untuk sudut wacana media, capres Jokowi menempati posisi pertama untuk frekuensi pemberitaan yakni 47 persen. Kemudian, Prabowo Subianto 31 persen dan diikuti Ical 22 persen.

Penelitian ini juga melihat berbagai kekuatan dan kelemahan Jokowi, Prabowo dan Ical berdasarkan metode discourse analysis.

Emrus menjelaskan Jokowi paling populer dari sekian banyak kandidat. Selain itu, Jokowi relatif bersih dari kolusi, korupsi dan nepotisme, memiliki pengalaman sebagai pamong, prestasi menata kota Solo, tipikal pemimpin yang administratif dan humanis serta tak memiliki masalah dengan masa lalu.

“Itu kata wacana media,” kata Emrus dalam paparan yang dihadiri politisi Golkar Yorrys Raweyai, serta pengamat politik Victor Silaen itu.

Namun kata Emrus, dari hasil survei itu diketahui bahwa Jokowi sebagai capres juga banyak memiliki kekurangan.

Pertama, kata dia, Jokowi belum memiliki visi dan misi, belum memiliki konsep pembangunan ekonomi yang komprehensif, guna menjawab tantangan perekonomian Indonesia masa kini dan masa depan. Jokowi juga belum memiliki konsep tentang pengembangan sistem pertahanan dan kompleksitas sistem pertahanan nasional.

“Belum teruji melakukan komunikasi politik dengan politisi dari partai politik berskala nasional dan belum berpengalaman di partai politik,” kata Emrus.

Sedangkan Aburizal, kata Emrus, memiliki kekuatan karena sarat pengalaman sebagai pengusaha, politisi dan birokrat. Ical juga memiliki jaringan yang luas serta berpengalaman memimpin partai. Kelemahan Ical, kata Emrus, perusahaannya pernah tersandung dalam kasus Lapindo.

Kemudian, kata dia, Ical bukan orang Jawa, tidak mampu mengangkat perolehan suara Partai Golkar.

“Ini sudah jelas, saat ini perolehan suara Golkar hanya 14 persen. Jauh dari target 30 persen,” katanya.

Selain itu, kata dia, Ical juga dirundung soal video yang beredar di Youtube terkait perjalanan atau plesiran dengan artis.

Sedangkan Prabowo, kata Emrus, memiliki kekuatan sebagai tipikal pemimpin yang tegas dan berani, relatif bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme, mantan militer, memiliki visi misi sebagai presiden.

Selain itu, sisi komunikasi politik Prabowo dapat menjadi komunikasi dengan setiap golongan. Namun, lanjut Emrus, kelemahan Prabowo antara lain sering dikaitan dengan penculikan aktivis, serta dinilai pihak memiliki tipikal yang keras.

Seperti diketahui dalam survei ini metode penelitian menggunakan riset kualitatif dan diawali dengan content analysis. Kemudian dilanjutkan dengan discourse analysis dengan ruang lingkup memetakan isu dan gaya komunikasi capres dan cawapres. Sumber datanya adalah 15 media massa nasional (cetak, online dan televisi) dalam rentang waktu Februari hingga pertengahan April 2014.(boy/jpnn)

ical-prabowo-jokowi
Ical-Prabowo-Jokowi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Emrus Corner merilis hasil survei bertajuk “Membaca Gaya Kepemimpinan Capres dan Mencari Sosok Cawapres Ideal”, Minggu (27/6), di Jakarta. Baru tiga nama capres yang dirilis Emrus Corner, yaitu Joko Widodo (PDIP), Prabowo Subianto (Gerindra), dan Aburizal Bakrie (Golkar).

Direktur Emrus Corner, Emrus Sihombing menyampaikan, dari hasil penelitiannya untuk sudut wacana media, capres Jokowi menempati posisi pertama untuk frekuensi pemberitaan yakni 47 persen. Kemudian, Prabowo Subianto 31 persen dan diikuti Ical 22 persen.

Penelitian ini juga melihat berbagai kekuatan dan kelemahan Jokowi, Prabowo dan Ical berdasarkan metode discourse analysis.

Emrus menjelaskan Jokowi paling populer dari sekian banyak kandidat. Selain itu, Jokowi relatif bersih dari kolusi, korupsi dan nepotisme, memiliki pengalaman sebagai pamong, prestasi menata kota Solo, tipikal pemimpin yang administratif dan humanis serta tak memiliki masalah dengan masa lalu.

“Itu kata wacana media,” kata Emrus dalam paparan yang dihadiri politisi Golkar Yorrys Raweyai, serta pengamat politik Victor Silaen itu.

Namun kata Emrus, dari hasil survei itu diketahui bahwa Jokowi sebagai capres juga banyak memiliki kekurangan.

Pertama, kata dia, Jokowi belum memiliki visi dan misi, belum memiliki konsep pembangunan ekonomi yang komprehensif, guna menjawab tantangan perekonomian Indonesia masa kini dan masa depan. Jokowi juga belum memiliki konsep tentang pengembangan sistem pertahanan dan kompleksitas sistem pertahanan nasional.

“Belum teruji melakukan komunikasi politik dengan politisi dari partai politik berskala nasional dan belum berpengalaman di partai politik,” kata Emrus.

Sedangkan Aburizal, kata Emrus, memiliki kekuatan karena sarat pengalaman sebagai pengusaha, politisi dan birokrat. Ical juga memiliki jaringan yang luas serta berpengalaman memimpin partai. Kelemahan Ical, kata Emrus, perusahaannya pernah tersandung dalam kasus Lapindo.

Kemudian, kata dia, Ical bukan orang Jawa, tidak mampu mengangkat perolehan suara Partai Golkar.

“Ini sudah jelas, saat ini perolehan suara Golkar hanya 14 persen. Jauh dari target 30 persen,” katanya.

Selain itu, kata dia, Ical juga dirundung soal video yang beredar di Youtube terkait perjalanan atau plesiran dengan artis.

Sedangkan Prabowo, kata Emrus, memiliki kekuatan sebagai tipikal pemimpin yang tegas dan berani, relatif bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme, mantan militer, memiliki visi misi sebagai presiden.

Selain itu, sisi komunikasi politik Prabowo dapat menjadi komunikasi dengan setiap golongan. Namun, lanjut Emrus, kelemahan Prabowo antara lain sering dikaitan dengan penculikan aktivis, serta dinilai pihak memiliki tipikal yang keras.

Seperti diketahui dalam survei ini metode penelitian menggunakan riset kualitatif dan diawali dengan content analysis. Kemudian dilanjutkan dengan discourse analysis dengan ruang lingkup memetakan isu dan gaya komunikasi capres dan cawapres. Sumber datanya adalah 15 media massa nasional (cetak, online dan televisi) dalam rentang waktu Februari hingga pertengahan April 2014.(boy/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/