SUMUTPOS.CO – Siswi-siswi Nigeria yang berhasil melarikan diri dalam aksi penculikan massal kelompok Islamis Boko Haram bulan lalu mengatakan mereka mengalami saat-saat mengerikan sebelum berhasil melarikan diri dari para penculik.
Sarah Lawan – siswi yang berusia 19 tahun – menggambarkan orang bersenjata yang menculiknya sebagai “terlalu mengerikan untuk digambarkan dengan kata-kata”. Lawan, Minggu (11/5) mengatakan, ia sangat sedih karena banyak temannya yang “tidak berani” melarikan diri, dan menangis ketika melihat beberapa orang tua ke-276 siswi yang masih hilang.
Seorang siswi lain yang berusia 16 tahun – satu dari 53 siswi yang berhasil melarikan diri – mengatakan bahwa ia diperintahkan oleh beberapa laki-laki yang membawa senjata serbu AK47, untuk memasak makanan curian, sebelum berhasil melarikan diri dengan dua siswi lainnya.
Dalam doa bersama hari Minggu, Paus Fransiskus memohon pembebasan para siswi tersebut. Sementara Perdana Menteri Inggris David Cameron menyebut penculikan itu sebagai bagian dari “ekstrimis Islam yang keras” di Nigeria dan tempat-tempat lainnya.
Dalam penampilannya, David Cameron menunjukkan sebuah simbol “Bring Back Our Girls” yang digunakan dalam protes di seluruh dunia.
Amerika dan beberapa negara lain telah mengirim pakar inteljen dan militer ke Nigeria untuk membantu upaya pencarian para siswi tersebut.
Menteri Pertahanan Amerika Chuck Hagel mengatakan kepada stasiun televisi ABC, Amerika akan melakukan apapun untuk membantu tetapi mengakui bahwa “hal ini akan sangat sulit dilakukan, karena negara itu ssangat luas”.
Hagel menambahkan Amerika tidak berencana mengirim pasukan ke Nigeria. (NET)
SUMUTPOS.CO – Siswi-siswi Nigeria yang berhasil melarikan diri dalam aksi penculikan massal kelompok Islamis Boko Haram bulan lalu mengatakan mereka mengalami saat-saat mengerikan sebelum berhasil melarikan diri dari para penculik.
Sarah Lawan – siswi yang berusia 19 tahun – menggambarkan orang bersenjata yang menculiknya sebagai “terlalu mengerikan untuk digambarkan dengan kata-kata”. Lawan, Minggu (11/5) mengatakan, ia sangat sedih karena banyak temannya yang “tidak berani” melarikan diri, dan menangis ketika melihat beberapa orang tua ke-276 siswi yang masih hilang.
Seorang siswi lain yang berusia 16 tahun – satu dari 53 siswi yang berhasil melarikan diri – mengatakan bahwa ia diperintahkan oleh beberapa laki-laki yang membawa senjata serbu AK47, untuk memasak makanan curian, sebelum berhasil melarikan diri dengan dua siswi lainnya.
Dalam doa bersama hari Minggu, Paus Fransiskus memohon pembebasan para siswi tersebut. Sementara Perdana Menteri Inggris David Cameron menyebut penculikan itu sebagai bagian dari “ekstrimis Islam yang keras” di Nigeria dan tempat-tempat lainnya.
Dalam penampilannya, David Cameron menunjukkan sebuah simbol “Bring Back Our Girls” yang digunakan dalam protes di seluruh dunia.
Amerika dan beberapa negara lain telah mengirim pakar inteljen dan militer ke Nigeria untuk membantu upaya pencarian para siswi tersebut.
Menteri Pertahanan Amerika Chuck Hagel mengatakan kepada stasiun televisi ABC, Amerika akan melakukan apapun untuk membantu tetapi mengakui bahwa “hal ini akan sangat sulit dilakukan, karena negara itu ssangat luas”.