Belum lagi sempat diberi nama, bayi kembar siam yang lahir dengan dada dempet di Rumah Sakit Mitra Husada, Pasar VII Tembung pada Jumat (23/5) lalu, akhirnya menghembuskan napas terakhir. Keduanya yang dirawat di ruang Pranatologi Rumah Sakit Adam Malik Medan, meninggal pada Senin (26/5) sekira pukul 00.00 WIB.
Parlindungan Harahap-Anita Sinuhaji, Medan
Bahkan, bayi kembar siam lahir dempet itu, belum pernah dilihat oleh kedua orangtuanya. Sang ibu, Suriastuti, masih lemah karena masih menjalani pemulihan usai menjalani operasi cesar, sehingga terbaring di tempat tidur. Sementara sang ayah, Agus Kurniawan, masih bekerja sebagai kuli bangunan di Palembang.
“Begitu dinyatakan meninggal dunia, kami langsung membawa jenazah pulang. Kata Dokter, kedua bayi itu mengalami infeksi pernapasan, ” ungkap Rubinem ketika ditemui Sumut Pos di rumah duka di Dusun X Desa Daluh X Kecamatan Tanjungmorawa, Selasa (27/5) siang.
Dikatakan Rubinem, cucu pertamanya dari anak keduanya itu dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum di Dusun I Desa Daluh X Kecamatan Tanjungmorawa, Selasa (27/5) sekira pukul 11.00 WIB. Dikatakannya kedua cucunya itu diberi nama terlebih dahulu, sebelum dimakamkan pada 1 lubang kubur. Disebutnya, kedua cucunya itu diberi nama Yahya dan Yunus, sebagaimana kesepakatan mereka sebelumnya.
“Seharusnya, hari ini (kemarin) mau kami tetapkan nama kedua cucu saya itu. Namun, keduanya keburu kembali menghadap Ilahi. Untuk itu, tetap kami laksanakan penetapan nama keduanya, ” tambah Rubinem.
Sementara Suriastuti yang masih dalam kondisi terbaring lemah di atas sebuah tilam kapuk di teras rumahnya, mengaku tidak memiliki firasat ataupun pertanda buruk. Begitu juga ketika melahirkan, diakui wanita berusia 19 tahun itu, dirinya tidak mendapat pertanda ataupun firasat buruk. Bahkan, untuk kondisi kesehatannya saat mengandung kedua buah hatinya itu, diakui Suriastuti kalau dirinya dalam kondisi sehat dan tidak merasakan dampak buruk.
“Tidak ada pertanda apa-apa. Baik-baik saja semuanya. Seperti biasa saja karena begitu mengetahui keadaan ini, saya sudah ikhlas dengan semuanya, ” tegas Suariastuti.
Saat disinggung soal pembiayaan ruamh sakit selama kedua bayi kembar siam lahir dempet itu dirawat di Rumah Sakit Adam Malik, diakui Rubinem kalau pihaknya belum ada mengeluarkan biaya. Disebutnya, pihak Rumah Sakit Adam Malik menyetujui pembiayaan itu melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Namun, disebut Rubinem kalau BPJS tersebut masih dalam pengurusan. Dikatakannya, kalau sampai Rabu (28/5) BPJS itu tidak selesai pengurusannya, pihaknya diminta membayar baya rumah sakit sebesar kurang lebih Rp25 juta.
“Selama di rumah sakit, kita biaya sehari-hari menggunakan uang pribadi. Kalau santunan, sejauh ini masih dari pihak swasta yang kami terima. Untuk Pemerintah Kabupaten Deliserdang, berkunjung saja belum ada, ” sambung Rubinem, mengakhiri perbincangan.
Yahya dan Yunus sejatinya sudah menjalani perawatan selama 3 hari di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik. Dr Emil Azlin SpA (K) salah satu tim dokter yang menangani bayi kembar siap dempet dada (toraco abdominofagus) membenarkan bahwa bayi tersebut telah meninggal dunia. Melalui telepon selulernya, dr Emil menuturkan sejak dibawa ke RSUP HAM sudah terdapat tanda-tanda infeksi.
Ia menuturkan kemarin (26/5) kondisi terakhir bayi kembar siam tersebut sudah kritis. Bayi yang dempet dari daerah dada hingga pusat yang mana ini terjadi kegagalan pemisahan dari satu ovum yang dibuahi oleh dua sperma dan gagal memisah di dalam kandungan sehingga bayi menyatu. Kedua bayi ini memiliki satu pusar yang menyatu.
Selain itu, sambungnya terdapat kelainan hati yang menyatu di tubuh sang bayi. Lalu, usus yang dimiliki bayi 1 dan bayi 2 bersilang-silang tak teratur seperti usus manusia pada umumnya.
“Apalagi hati dan ususnya ada kelainan begitu juga dan saluran kandung kemih. Hati kedua bayi menyatu di tengah, kemarin terjadi pendarahan. Meski bayi kembar ini ginjal dan limpanya dua dan terpisah, jantungnya kemungkinan dua. Saat datang ke Adam Malik memang masih normal namun proses bayi yang memiliki kelainan ini sangat cepat. Dan kita telah melakukan sebisa mungkin,” katanya.
Dalam memindahkan bayi kembar siam juga terdapat proses. Selain itu, untuk memisahkan bayi kembar siam juga membutuhkan waktu. Selain itu menunggu berat badan bayi mencapai 10 kg. Sedangkan bayi kembar siam dempet dada tersebut seberat 4,5 kg.
“Penyebabnya bayi tersebut meninggal akibat gagalnya sistem organ multipel. Terjadi infeksi pada bagian perutnya atau bagian omphalocele (bagian dari perutnya keluar tetapi dilapisi selaput). Bila sudah terjadi seperti ini ada gejala kegagalan yang akan mengganggu sistem tubuhnya seperti pernapasan, pencernaannya, dan terjadi pendarahan,” ungkapnya.
Tidak hanya pendarahan serta gangguan sistem organ tubuh bayi. Maka sistem pernapasan dan syaraf pusat juga terganggu. Kesadaran si bayi perlahan-lahan akan ikut terganggu.
“Jadi, kegagalan organ ini tidak hanya satu saja ada banyak, kalaupun hanya satu saja kesehatan bayi tetap akan terganggu,” terangnya yang sebelumnya sudah menduga karena harapan hidup si bayi kembar dempet dada sangat kecil.
Sebelumnya, ia sudah memberitahukan kepada nenek bayi, Rubinem. Bahwa terdapat banyak kelainan atau congenital pada cucunya. Dan untuk mengatasinya sangat sulit. Namun, pihaknya sudah secara maksimal untuk melakukan pertolongan kepada bayi kembar dempet dada tersebut. (rbb)