26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Singapura dan Malaysia Berisiko Kembali Hadapi Asap

Foto: AP/Ronny Muharrman Pemadam kebakaran berusaha memadamkan api di hutan di Riau, Februari 2014.
Foto: AP/Ronny Muharrman
Pemadam kebakaran berusaha memadamkan api di hutan di Riau, Februari 2014.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperingatkan Rabu (25/6) bahwa kabut asap dapat kembali ke Singapura dan Malaysia setelah lonjakan besar dalam kebakaran hutan di Riau, yang merupakan pusat krisis kabut asap tahun lalu.

Kebakaran di Riau menyebabkan wabah kabut asap terburuk di Asia Tenggara dalam satu dekade terakhir pada Juni tahun lalu, menghambat kehidupan sehari-hari jutaan orang dan memicu perselisihan diplomatik yang panas.

Juni adalah waktu dimulainya musim kebakaran hutan — saat teknik tebas-bakar (slash and burn) digunakan untuk membersihkan lahan secara cepat dan murah, seringkali oleh perkebunan kelapa sawit – dan para pejabat penanggulangan bencana mengatakan jumlah kobaran api di Riau meningkat dengan cepat.

Sebanyak 366 titik api – baik kebakaran hutan atau wilayah-wilayah yang sepertinya akan segera dilalap api – telah terdeteksi di provinsi tersebut Rabu, naik dari 97 sehari sebelumnya, menurut juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

“Kita harus waspada karena angin bertiup ke timur-timur laut. Kemungkinan kabut asap mencapai Singapura dan Malaysia semakin tinggi,” ujar Sutopo.

Para ahli mengatakan fenomena cuaca El Nino yang diperkirakan terjadi akhir tahun ini sepertinya akan mengembuskan kebakaran hutan karena situasi menjadi lebih kering daripada biasanya.

El Nino menyeret curah hujan ke Samudera Pasifik, membuat negara-negara termasuk Indonesia lebih kering dan bagian-bagian benua Amerika lebih basah.

Namun wabah kebakaran hutan terakhir belum menimbulkan dampak serius pada kehidupan sehari-hari di Sumatera, dan langit di Singapura masih bebas asap.

Para pihak berwenang mengatakan sebagian besar kebakaran hutan tahun lalu sengaja dibuat untuk membuka lahan. Tebas-bakar merupakan teknik pertanian tradisional, namun kelompok-kelompok lingkungan hidup juga menuduh perusahaan-perusahaan besar menggunakan metode itu.

Menurut Lembaga Sumber Daya Dunia di Washington, sejumlah besar kebakaran yang dideteksi baru-baru ini terkait dengan konsesi-konsesi perusahaan kertas dan kelapa sawit serta pemasok mereka.

Lembaga tersebut menemukan 75 titik api di konsesi-konsesi pemasok Asia Pulp & Paper antara 17 Juni dan 23 Juni, dan 43 titik api di zona-zona pemasuk untuk Asia Pacific Resources International Limited (April) pada periode yang sama, menggunakan data dari alat pemetaan satelit.

APRIL mengatakan telah sepakat untuk mendukung upaya pemadaman api, meminjamkan pompa air dan helikopter perusahaan. APP, sementara itu, belum memberikan komentarnya. (AFP)

Foto: AP/Ronny Muharrman Pemadam kebakaran berusaha memadamkan api di hutan di Riau, Februari 2014.
Foto: AP/Ronny Muharrman
Pemadam kebakaran berusaha memadamkan api di hutan di Riau, Februari 2014.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperingatkan Rabu (25/6) bahwa kabut asap dapat kembali ke Singapura dan Malaysia setelah lonjakan besar dalam kebakaran hutan di Riau, yang merupakan pusat krisis kabut asap tahun lalu.

Kebakaran di Riau menyebabkan wabah kabut asap terburuk di Asia Tenggara dalam satu dekade terakhir pada Juni tahun lalu, menghambat kehidupan sehari-hari jutaan orang dan memicu perselisihan diplomatik yang panas.

Juni adalah waktu dimulainya musim kebakaran hutan — saat teknik tebas-bakar (slash and burn) digunakan untuk membersihkan lahan secara cepat dan murah, seringkali oleh perkebunan kelapa sawit – dan para pejabat penanggulangan bencana mengatakan jumlah kobaran api di Riau meningkat dengan cepat.

Sebanyak 366 titik api – baik kebakaran hutan atau wilayah-wilayah yang sepertinya akan segera dilalap api – telah terdeteksi di provinsi tersebut Rabu, naik dari 97 sehari sebelumnya, menurut juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

“Kita harus waspada karena angin bertiup ke timur-timur laut. Kemungkinan kabut asap mencapai Singapura dan Malaysia semakin tinggi,” ujar Sutopo.

Para ahli mengatakan fenomena cuaca El Nino yang diperkirakan terjadi akhir tahun ini sepertinya akan mengembuskan kebakaran hutan karena situasi menjadi lebih kering daripada biasanya.

El Nino menyeret curah hujan ke Samudera Pasifik, membuat negara-negara termasuk Indonesia lebih kering dan bagian-bagian benua Amerika lebih basah.

Namun wabah kebakaran hutan terakhir belum menimbulkan dampak serius pada kehidupan sehari-hari di Sumatera, dan langit di Singapura masih bebas asap.

Para pihak berwenang mengatakan sebagian besar kebakaran hutan tahun lalu sengaja dibuat untuk membuka lahan. Tebas-bakar merupakan teknik pertanian tradisional, namun kelompok-kelompok lingkungan hidup juga menuduh perusahaan-perusahaan besar menggunakan metode itu.

Menurut Lembaga Sumber Daya Dunia di Washington, sejumlah besar kebakaran yang dideteksi baru-baru ini terkait dengan konsesi-konsesi perusahaan kertas dan kelapa sawit serta pemasok mereka.

Lembaga tersebut menemukan 75 titik api di konsesi-konsesi pemasok Asia Pulp & Paper antara 17 Juni dan 23 Juni, dan 43 titik api di zona-zona pemasuk untuk Asia Pacific Resources International Limited (April) pada periode yang sama, menggunakan data dari alat pemetaan satelit.

APRIL mengatakan telah sepakat untuk mendukung upaya pemadaman api, meminjamkan pompa air dan helikopter perusahaan. APP, sementara itu, belum memberikan komentarnya. (AFP)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/