SAO PAULO, SUMUTPOS.CO – Pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2014 di Arena de Sao Paulo, Sao Paulo kemarin (2/7) itu selangkah lagi menuju adu penalti. Ketika tambahan waktu babak kedua menyisakan tiga menit lagi, Argentina masih bermain imbang 0-0 melawan Swiss.
Tetapi penetrasi luar biasa superstar Tim Tango Lionel Messi mengubah segalanya. Lewat aksi solo run, dia membelah pertahanan Swiss untuk mengirimkan umpan matang kepada Angel Di Maria yang berada di dalam kotak penalti.
Bola hasil sontekan bintang Real Madrid tersebut itu menembus gawang kiper Swiss Diego Benaglio yang bermain fantastis sepanjang laga. Argentina unggul 1-0.
Dalam waktu kritis di masa injury time, Swiss harusnya bisa memaksakan pertandingan memasuki adu penalti. Tetapi sebuah tandukan gelandang pengganti Blerim Dzemaili dari jarak dekat meneruskan umpan lambung Xherdan Shaqiri hanya menerpa tiang gawang Argentina.
Albiceleste melangkah ke perempat final untuk menghadapi Belgia yang beberapa jam setelahnya membekap Amerika Serikat dengan skor 2-1 juga lewat perpanjangan waktu.
“Kami memiliki banyak sekali peluang. Harusnya kami bisa menang dalam waktu 90 menit,” ucap Alejandro Sabella, pelatih Argentina kepada Reuters.
“Mimpi kami sekarang adalah bekerja keras untuk pertandingan berikutnya dan mencapai semifinal. Jadi memang harus step by step. Spanyol, Italia, Uruguay, Inggris, dan Portugal sudah pulang. Itu menunjukkan bahwa memang di kompetisi ini, yang terpenting adalah memperhatikan setiap langkah,” imbuhnya.
Melawan Belgia, Argentina tidak akan diperkuat oleh full back kiri Marcos Rojo. Pemain klub Portugal, Sporting CP itu mendapatkan skorsing karena akumulasi kartu. Rojo akan digantikan Jose Basanta yang merumput di klub Meksiko Monterrey.
Sementara itu, bomber Sergio Aguero diragukan tampil karena masih berkutat dengan cedera. Kalau masih menggunakan pola 4-3-3, Ezequiel Lavezzi akan kembali menjadi starter berdampingan dengan Lionel Messi dan Gonzalo Higuain di lini depan.
Media-media Argentina mengkritik permainan Argentina di kompetisi tahun ini. Intinya adalah, kolektifitas Argentina seperti tim level sekolahan dengan pemain-pemain bagus. Tetapi Sabella menolak pernyataan itu. “Kami bermain sangat baik, melawan tim yang juga baik pula,” tandasnya.
Sementara itu pelatih Swiss Ottmar Hitzfeld menuturkan bahwa timnya harus bermain pragmatis melawan Argentina. Jika memaksakan menyerang, Swiss bisa kebobolan banyak gol, sama ketika dibekap Prancis 2-5.
“Kami percaya diri sepanjang laga. Argentina saya rasa seperti tim sekolah dengan satu bintang (Messi, red). Tetapi inilah sepak bola. Justru disitulah kami mencintainya,” imbuh Hitzfeld kepada The Telegraph. (nur)