KUALA LUMPUR, SUMUTPOS.CO – Keamanan tempat wisata di Sabah diragukan. Sebab, beberapa kali terjadi serangan bersenjata di tempat-tempat wisata di negara bagian tersebut. Yang terbaru adalah serangan di Pulau Mabul, Sabah. Seorang polisi ditembak mati dan seorang lainnya diculik oleh sekelompok orang bersenjata.
“Perburuan besar-besaran sedang dilakukan untuk melacak para pelaku kriminal yang ditengarai berasal dari negara tetangga,” ujar Kepala Zona Keamanan Wilayah Timur Negara Bagian Sabah Abdul Rashid Harun. Yang dimaksud adalah para penculik dari Kepulauan Sulu, Filipina.
Tragedi itu terjadi Sabtu malam (12/7). Polisi sedang berpatroli keliling Pulau Mabul. Di pulau tersebut terdapat resor yang terkenal akan keindahan bawah lautnya. Kala itu banyak penyelam yang berkunjung ke pulau tersebut. Saat itulah tiba-tiba enam hingga delapan pria bersenjata menyerang. Mereka menggunakan topeng, berkaus hitam, dan mengenakan celana serupa seragam militer.
“Seorang polisi yang berusia 32 tahun ditembak dan terbunuh. Seorang personel lainnya diculik,” ujar Rashid. Setelah melakukan aksi tersebut, mereka melarikan diri dengan perahu cepat menuju perairan Filipina.
Penculikan tersebut bukan kali pertama. Itu adalah kejadian keempat, terhitung sejak April. Ketika itu seorang turis perempuan dari Tiongkok dan seorang pegawai dari Filipina diculik dari Singamata Reef Resort, Sabah.
Lalu, pada Mei manajer sebuah tempat budi daya ikan Yang Zai Lin, 34, juga diculik. Tiga orang itu sudah dibebaskan. Namun, pada Juni penculikan kembali terjadi. Yang diculik adalah pemilik tempat budi daya ikan yang berkewarganegaraan Malaysia dan anak buahnya yang merupakan warga Filipina. Mereka belum dibebaskan hingga saat ini.
Rashid mengungkapkan, lantaran kasus-kasus penculikan itu, keamanan di Sabah diperketat. Dia memperkirakan, serangan baru-baru ini bisa saja berhubungan dengan larangan-larangan terbaru yang diterapkan pihak keamanan untuk menekan angka kriminalitas di Sabah. Sebab, selain terkenal akan keindahan pariwisatanya, Sabah juga terkenal sebagai tempat perdagangan manusia, penyelundupan solar bersubsidi, dan obat-obatan.
Wakil Presiden Asosiasi Tour dan Travel Agent Malaysia Tan Kok Liang mengungkapkan, kejadian itu merupakan tantangan terbuka terhadap sistem keamanan negeri jiran tersebut. Jika tidak ada penyelesaian secepatnya, sektor pariwisata di Sabah bakal gulung tikar.
“Saya mendesak pemerintah bertindak tegas dalam meningkatkan keamanan. Tentu saja kekacauan berdarah semacam itu dan tantangan terbuka pada keamanan kita tersebut akan melukai bisnis pariwisata,” ujarnya.
Selama ini, sektor pariwisata menjadi sumber utama devisa untuk Malaysia. Industri pariwisata itu juga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Sabah sendiri termasuk wilayah favorit turis. Namun, akibat banyaknya penyerangan belakangan ini, jumlah kunjungan turis pada triwulan kedua merosot hingga 10 persen jika dibandingkan dengan triwulan pertama tahun ini. Biasanya, setiap tahun Sabah didatangi 3,5 juta turis. Mereka berasal dari Tiongkok, Jepang, Korea, Hongkong, Inggris, dan sebagian wilayah Eropa. (AFP/sha/c11/dos)