26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Warga Gaza Serbu Bank

Foto: AFP PHOTO /MENAHEM KAHANA Seorang serdadu Israel tidur di atas tank dekat wilayah Israel di Jalur Gaza  pada 17 Juli 2014. Israel dan pasukan Hamas setuju melakukan gencatan senjata pada Friday, untuk memberi kesempatan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Foto: AFP PHOTO /MENAHEM KAHANA
Seorang serdadu Israel tidur di atas tank dekat wilayah Israel di Jalur Gaza pada 17 Juli 2014. Israel dan pasukan Hamas setuju melakukan gencatan senjata pada Friday, untuk memberi kesempatan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

GAZA, SUMUTPOS.CO – Setelah selama sembilan hari bagaikan kota mati, Kota Gaza kembali ‘hidup’ kemarin (17/7). Warga Palestina yang bermukim di ibu kota Jalur Gaza mulai beraktivitas normal kembali.

Semua terjadi berkat gencatan senjata sementara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan militan Hamas.

Gencatan senjata sementara itu berlaku mulai pukul 10.00 waktu setempat. Karena tidak ingin kehilangan kesempatan, penduduk Gaza menyerbu ke bank, pasar, dan pertokoan. Mereka menarik uang tunai dan menimbun bahan pangan sebanyak mungkin. Sebab, gencatan senjata Israel dan Palestina tersebut tidak pernah berlangsung lama apalagi permanen.

Benar saja, dalam hitungan jam, gencatan senjata itu terancam gagal. Militan Gaza menembakkan sedikitnya tiga roket ke wilayah Israel. Salah satu di antaranya menghantam Kota Ashkelon. Mendaratnya roket militan ke wilayah Israel tersebut langsung mengakhiri gencatan senjata yang baru berlangsung sekitar lima jam. Tetapi, IDF tetap berkomitmen tidak melancarkan serangan balasan.

“Keadaan ini tampaknya akan semakin buruk. Tidak ada jalan keluar,” ujar Moussa Amran, petugas money changer di pusat kota. Seperti pria 48 tahun itu, sebagian besar penduduk Gaza juga pesimistis terhadap gencatan senjata. Mereka tidak yakin bahwa IDF dan militan Gaza akan benar-benar berhenti saling serang. Meski kini masih menahan diri, IDF diyakini bakal membalas tembakan roket militan.

Setelah mendengar tembakan roket militan ke Israel, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shukri bereaksi. Dia menyayangkan aksi militan Gaza tersebut. Tetapi, dia yakin bahwa gencatan senjata akan membuahkan hasil. “Hingga saat ini (kemarin, Red), gencatan senjata masih berlangsung. Sayangnya, faksi Palestina (Hamas, Red) tidak mendukung,” ujar Shukri dalam wawancara kemarin.

Sebagai pemrakarsa gencatan senjata sementara itu, Mesir jelas kecewa. Apalagi mereka harus bekerja keras mewujudkan gencatan senjata tersebut. Awalnya, Hamas sempat menolak gagasan yang sudah disepakati Israel itu. Namun, pada akhirnya, gencatan senjata sementara dapat terwujud meski sebagian aktivis Hamas tetap mengingkarinya. Mereka bahkan membantah adanya gencatan senjata.

Hamas memang telah mengajukan syarat yang harus dipenuhi untuk mewujudkan gencatan senjata. Yakni, kelonggaran blokade dan sanksi terhadap Palestina. Tetapi, Israel dan Mesir tidak pernah menyepakati syarat tersebut. Sebab, mereka khawatir Hamas akan semakin berkuasa di Gaza dan menggulingkan pemerintahan yang sah.

Sebelumnya, IDF pada Rabu (16/7) siang membantai empat anak Palestina setelah roket mereka dilepaskan ke pantai Jalur Gaza. Sumber-sumber Palestina menegaskan, sebuah kapal perang ‘Israel’ melepaskan roket ke arah sekelompok anak-anak Palestina dari keluar Bakr saat mereka bermain riang di pantai Gaza dekat peristirahatan. Tak ayal, bocah-bocah itu bergelimpangan, empat gugur dan sisanya terluka.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, keempat anak yang gugur itu dalam kondisi tercabik-cabik badannya dan sudah dibawa ke RS Gaza. Mereka adalah Ahed Athef Bakr (10), Zakariyah Ahed Bakr (10), Muhammad Ramiz Bakr (11), dan Ismail Muhammad Bakr (9).Sudah lebih dari sepekan Jalur Gaza  menjadi sasaran kebrutalan agresi ‘Israel’ baik melalui serangan udara, darat dan laut. Hingga korban mencapai 212 orang dan ribuan orang terluka serta ratusan rumah hancur.

Gerakan Pembela Anak-anak Internasional-cabang Palestina, Kamis (17/7) mencatat sebanyak 45 anak-anak gugur akibat serangan Israel. Ketua Gerakan Pembela Anak-anak, Raf’at Qisis menyatakan, banyaknya korban jiwa dan luka dari kalangan anak-anak akibat agresi militer Israel ke Gaza, menunjukan pelanggaran besar terhadap hukum internasional, IDF seharusnya tidak melancarkan serangan udara yang memicu jatuhnya korban di kalangan warga sipil.

HAM Internasional melarang keras serangan brutal, karena itu segenap pihak yang terlibat dalam pertikaian senjata harus membedakan antara sasaran militer dan sipil.

Gerakan Masyarakat Internasional mendesak untuk mencari solusi krisis di Palestina saat ini, dan menyerukan untuk segera menghentikan serangan dan agresi illegal terhadap warga sipil di Gaza.

Nasib WNI Asal Sumut Belum Jelas

Sementara itu, hingga Kamis (17/7) malam, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia belum dapat menginformasikan nasib Warga Negara Indonesia (WNI) berdarah Batak, Benediktus Siregar, yang disebut-sebut terluka akibat serangan Israel ke Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir.

Menurut Juru bicara Kemenlu, Michael Tene, pihaknya masih terus mencoba mencari tahu informasi tersebut, dengan menghubungi sejumlah perwakilan pemerintah Indonesia di luar negeri. “Hingga saat ini kita masih mencoba mencari tahu. Tapi memang informasi yang kita peroleh dari Kedutaan Besar RI di Kairo, Mesir, tidak ada korban WNI,” ujarnya saat dihubungi koran ini.

Sementara itu secara terpisah, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay, mengapresiasi langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengupayakan jalan damai dalam konflik Israel-Palestina. Setidaknya, SBY kata Daulay, telah menunjukkan bahwa Indonesia sangat peduli atas nasib bangsa Palestina, khususnya umat Islam yang ada negeri itu.

Karena itu ia berharap langkah SBY dapat diikuti oleh negara-negara lain, khususnya yang tergabung di dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). “Kita mendengar dan mengikuti aktivitas Presiden SBY terkait konflik Palestina. Beliau telah berbicara langsung dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani. Tadi malam, beliau juga sudah berbicara dengan Sekjen PBB, Ban Ki-moon. Dan direncanakan, beliau juga akan berbicara langsung dengan Presiden AS, Barack Obama,” ujarnya.

Selain itu, Presiden SBY kata Daulay, juga diketahui telah memerintahkan Menteri Luar Negeri, Marty Natalagewa, untuk melakukan upaya-upaya diplomasi di dunia internasional. Hasilnya, pada tanggal 12 Juli lalu, kedua pihak telah menyepakati gencatan senjata, walaupun dua hari terakhir kesepakatan dilanggar oleh Israel.

“Meski demikian, SBY kelihatannya belum berhenti dan berencana akan terus mendekati para  pemimpin negara lain dalam rangka mempercepat proses kemerdekaan Palestina,” katanya.

Agar peta jalan damai lebih cepat terwujud, Daulay menyarankan Presiden SBY melakukan pendekatan kepada para pemimpin pejuang Palestina. Dengan begitu, tuntutan para pejuang dapat diketahui secara jelas untuk selanjutnya disuarakan di tingkat internasional. Karena bagaimana pun, upaya damai hanya bisa dilakukan jika kedua belah pihak merasa diperlakukan secara adil dan bijaksana.

Artinya, perdamaian tidak hanya dimaknai sebagai upaya mengikuti semua keinginan dan kehendak Israel. Selain itu, harus diakui bahwa di tingkat internal Palestina sendiri terdapat masalah yang perlu diselesaikan. Jika persoalan internal itu tidak tuntas, tentu akan berdampak pada upaya mewujudkan perdamaian di tingkat internasional,” ujarnya.(ap/afp/bbc/hep/c20/tia/jpnn/gir/rbb)

Foto: AFP PHOTO /MENAHEM KAHANA Seorang serdadu Israel tidur di atas tank dekat wilayah Israel di Jalur Gaza  pada 17 Juli 2014. Israel dan pasukan Hamas setuju melakukan gencatan senjata pada Friday, untuk memberi kesempatan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Foto: AFP PHOTO /MENAHEM KAHANA
Seorang serdadu Israel tidur di atas tank dekat wilayah Israel di Jalur Gaza pada 17 Juli 2014. Israel dan pasukan Hamas setuju melakukan gencatan senjata pada Friday, untuk memberi kesempatan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

GAZA, SUMUTPOS.CO – Setelah selama sembilan hari bagaikan kota mati, Kota Gaza kembali ‘hidup’ kemarin (17/7). Warga Palestina yang bermukim di ibu kota Jalur Gaza mulai beraktivitas normal kembali.

Semua terjadi berkat gencatan senjata sementara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan militan Hamas.

Gencatan senjata sementara itu berlaku mulai pukul 10.00 waktu setempat. Karena tidak ingin kehilangan kesempatan, penduduk Gaza menyerbu ke bank, pasar, dan pertokoan. Mereka menarik uang tunai dan menimbun bahan pangan sebanyak mungkin. Sebab, gencatan senjata Israel dan Palestina tersebut tidak pernah berlangsung lama apalagi permanen.

Benar saja, dalam hitungan jam, gencatan senjata itu terancam gagal. Militan Gaza menembakkan sedikitnya tiga roket ke wilayah Israel. Salah satu di antaranya menghantam Kota Ashkelon. Mendaratnya roket militan ke wilayah Israel tersebut langsung mengakhiri gencatan senjata yang baru berlangsung sekitar lima jam. Tetapi, IDF tetap berkomitmen tidak melancarkan serangan balasan.

“Keadaan ini tampaknya akan semakin buruk. Tidak ada jalan keluar,” ujar Moussa Amran, petugas money changer di pusat kota. Seperti pria 48 tahun itu, sebagian besar penduduk Gaza juga pesimistis terhadap gencatan senjata. Mereka tidak yakin bahwa IDF dan militan Gaza akan benar-benar berhenti saling serang. Meski kini masih menahan diri, IDF diyakini bakal membalas tembakan roket militan.

Setelah mendengar tembakan roket militan ke Israel, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shukri bereaksi. Dia menyayangkan aksi militan Gaza tersebut. Tetapi, dia yakin bahwa gencatan senjata akan membuahkan hasil. “Hingga saat ini (kemarin, Red), gencatan senjata masih berlangsung. Sayangnya, faksi Palestina (Hamas, Red) tidak mendukung,” ujar Shukri dalam wawancara kemarin.

Sebagai pemrakarsa gencatan senjata sementara itu, Mesir jelas kecewa. Apalagi mereka harus bekerja keras mewujudkan gencatan senjata tersebut. Awalnya, Hamas sempat menolak gagasan yang sudah disepakati Israel itu. Namun, pada akhirnya, gencatan senjata sementara dapat terwujud meski sebagian aktivis Hamas tetap mengingkarinya. Mereka bahkan membantah adanya gencatan senjata.

Hamas memang telah mengajukan syarat yang harus dipenuhi untuk mewujudkan gencatan senjata. Yakni, kelonggaran blokade dan sanksi terhadap Palestina. Tetapi, Israel dan Mesir tidak pernah menyepakati syarat tersebut. Sebab, mereka khawatir Hamas akan semakin berkuasa di Gaza dan menggulingkan pemerintahan yang sah.

Sebelumnya, IDF pada Rabu (16/7) siang membantai empat anak Palestina setelah roket mereka dilepaskan ke pantai Jalur Gaza. Sumber-sumber Palestina menegaskan, sebuah kapal perang ‘Israel’ melepaskan roket ke arah sekelompok anak-anak Palestina dari keluar Bakr saat mereka bermain riang di pantai Gaza dekat peristirahatan. Tak ayal, bocah-bocah itu bergelimpangan, empat gugur dan sisanya terluka.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, keempat anak yang gugur itu dalam kondisi tercabik-cabik badannya dan sudah dibawa ke RS Gaza. Mereka adalah Ahed Athef Bakr (10), Zakariyah Ahed Bakr (10), Muhammad Ramiz Bakr (11), dan Ismail Muhammad Bakr (9).Sudah lebih dari sepekan Jalur Gaza  menjadi sasaran kebrutalan agresi ‘Israel’ baik melalui serangan udara, darat dan laut. Hingga korban mencapai 212 orang dan ribuan orang terluka serta ratusan rumah hancur.

Gerakan Pembela Anak-anak Internasional-cabang Palestina, Kamis (17/7) mencatat sebanyak 45 anak-anak gugur akibat serangan Israel. Ketua Gerakan Pembela Anak-anak, Raf’at Qisis menyatakan, banyaknya korban jiwa dan luka dari kalangan anak-anak akibat agresi militer Israel ke Gaza, menunjukan pelanggaran besar terhadap hukum internasional, IDF seharusnya tidak melancarkan serangan udara yang memicu jatuhnya korban di kalangan warga sipil.

HAM Internasional melarang keras serangan brutal, karena itu segenap pihak yang terlibat dalam pertikaian senjata harus membedakan antara sasaran militer dan sipil.

Gerakan Masyarakat Internasional mendesak untuk mencari solusi krisis di Palestina saat ini, dan menyerukan untuk segera menghentikan serangan dan agresi illegal terhadap warga sipil di Gaza.

Nasib WNI Asal Sumut Belum Jelas

Sementara itu, hingga Kamis (17/7) malam, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia belum dapat menginformasikan nasib Warga Negara Indonesia (WNI) berdarah Batak, Benediktus Siregar, yang disebut-sebut terluka akibat serangan Israel ke Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir.

Menurut Juru bicara Kemenlu, Michael Tene, pihaknya masih terus mencoba mencari tahu informasi tersebut, dengan menghubungi sejumlah perwakilan pemerintah Indonesia di luar negeri. “Hingga saat ini kita masih mencoba mencari tahu. Tapi memang informasi yang kita peroleh dari Kedutaan Besar RI di Kairo, Mesir, tidak ada korban WNI,” ujarnya saat dihubungi koran ini.

Sementara itu secara terpisah, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay, mengapresiasi langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengupayakan jalan damai dalam konflik Israel-Palestina. Setidaknya, SBY kata Daulay, telah menunjukkan bahwa Indonesia sangat peduli atas nasib bangsa Palestina, khususnya umat Islam yang ada negeri itu.

Karena itu ia berharap langkah SBY dapat diikuti oleh negara-negara lain, khususnya yang tergabung di dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). “Kita mendengar dan mengikuti aktivitas Presiden SBY terkait konflik Palestina. Beliau telah berbicara langsung dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani. Tadi malam, beliau juga sudah berbicara dengan Sekjen PBB, Ban Ki-moon. Dan direncanakan, beliau juga akan berbicara langsung dengan Presiden AS, Barack Obama,” ujarnya.

Selain itu, Presiden SBY kata Daulay, juga diketahui telah memerintahkan Menteri Luar Negeri, Marty Natalagewa, untuk melakukan upaya-upaya diplomasi di dunia internasional. Hasilnya, pada tanggal 12 Juli lalu, kedua pihak telah menyepakati gencatan senjata, walaupun dua hari terakhir kesepakatan dilanggar oleh Israel.

“Meski demikian, SBY kelihatannya belum berhenti dan berencana akan terus mendekati para  pemimpin negara lain dalam rangka mempercepat proses kemerdekaan Palestina,” katanya.

Agar peta jalan damai lebih cepat terwujud, Daulay menyarankan Presiden SBY melakukan pendekatan kepada para pemimpin pejuang Palestina. Dengan begitu, tuntutan para pejuang dapat diketahui secara jelas untuk selanjutnya disuarakan di tingkat internasional. Karena bagaimana pun, upaya damai hanya bisa dilakukan jika kedua belah pihak merasa diperlakukan secara adil dan bijaksana.

Artinya, perdamaian tidak hanya dimaknai sebagai upaya mengikuti semua keinginan dan kehendak Israel. Selain itu, harus diakui bahwa di tingkat internal Palestina sendiri terdapat masalah yang perlu diselesaikan. Jika persoalan internal itu tidak tuntas, tentu akan berdampak pada upaya mewujudkan perdamaian di tingkat internasional,” ujarnya.(ap/afp/bbc/hep/c20/tia/jpnn/gir/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/