26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Curi Data 7,6 Juta Orang untuk Lawan

Masaomi Matsuzaki
Masaomi Matsuzaki

 

TOKYO, SUMUTPOS.CO – Aksi Masaomi Matsuzaki ini membuat berang penduduk Jepang. Khususnya Kota Tokyo. Sebab, pria 39 tahun yang berprofesi sebagai insinyur itu mencuri data pribadi sekitar 7,6 juta orang, lalu menjualnya ke pihak lawan. Tetapi, aksi nekat tersebut terbongkar. Kemarin (17/7) polisi sukses mengamankannya.

“Kejahatan ini bisa berdampak serius pada sekitar 20 juta orang,” terang jubir Kepolisian Jepang. Selain nama dan alamat, Matsuzaki mengumbar nomor telepon dan tanggal lahir seluruh individu yang datanya terekam pada Benesse, firma layanan pendidikan di Negeri Sakura. Belakangan, Benesse sibuk menjelaskan kebocoran data itu kepada para klien.

Meski data pribadi para kliennya dicuri, Benesse menegaskan bahwa data kartu kredit, data perbankan, dan evaluasi pendidikan mereka aman. “Data-data penting itu berhasil kami selamatkan,” papar jubir yang tidak menyebutkan namanya. Kabarnya, Matzusaki menjual database klien Benesse tersebut kepada perusahaan lawan dengan nilai USD 2,5 yen (sekitar Rp 286,2 juta).

Pencurian data itu terungkap setelah penduduk Tokyo yang merupakan klien Benesse menerima telepon dari perusahaan pesaing. “Kami bergerak setelah warga mengeluhkan panggilan telepon dan selebaran yang mempromosikan perusahaan lawan,” jelasnya. Karena merasa janggal, polisi pun lantas turun tangan. (AFP/hep/c23/tia)

Masaomi Matsuzaki
Masaomi Matsuzaki

 

TOKYO, SUMUTPOS.CO – Aksi Masaomi Matsuzaki ini membuat berang penduduk Jepang. Khususnya Kota Tokyo. Sebab, pria 39 tahun yang berprofesi sebagai insinyur itu mencuri data pribadi sekitar 7,6 juta orang, lalu menjualnya ke pihak lawan. Tetapi, aksi nekat tersebut terbongkar. Kemarin (17/7) polisi sukses mengamankannya.

“Kejahatan ini bisa berdampak serius pada sekitar 20 juta orang,” terang jubir Kepolisian Jepang. Selain nama dan alamat, Matsuzaki mengumbar nomor telepon dan tanggal lahir seluruh individu yang datanya terekam pada Benesse, firma layanan pendidikan di Negeri Sakura. Belakangan, Benesse sibuk menjelaskan kebocoran data itu kepada para klien.

Meski data pribadi para kliennya dicuri, Benesse menegaskan bahwa data kartu kredit, data perbankan, dan evaluasi pendidikan mereka aman. “Data-data penting itu berhasil kami selamatkan,” papar jubir yang tidak menyebutkan namanya. Kabarnya, Matzusaki menjual database klien Benesse tersebut kepada perusahaan lawan dengan nilai USD 2,5 yen (sekitar Rp 286,2 juta).

Pencurian data itu terungkap setelah penduduk Tokyo yang merupakan klien Benesse menerima telepon dari perusahaan pesaing. “Kami bergerak setelah warga mengeluhkan panggilan telepon dan selebaran yang mempromosikan perusahaan lawan,” jelasnya. Karena merasa janggal, polisi pun lantas turun tangan. (AFP/hep/c23/tia)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/