JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Upaya mempersempit ruang gerak organisasi Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) terus dilakukan dengan berbagai cara. Pencegahan lewat kampanye anti-ISIS sudah mulai marak, dan kini bentuk pencegahan lain akan dilakukan via imigrasi. Terutama, untuk mencegah gelombang pendukung ISIS berangkan ke Suriah.
Kapolri Jenderal Sutarman menjelaskan, kampanye yang digagas pihaknya bersama Kementerian Agama telah membuahkan hasil positif. Pendukung ISIS sudah mulai tertekan di Indonesia. “Nanti kami juga akan kerjasama dengan Imigrasi, agar ada langkah khusus mencegah ISIS,” ujarnya di Lanud Halim Perdanakusumah kemarin.
Hingga saat ini, sedikitnya ada 56 WNI yang diketahui lolos berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Empat di antaranya tewas. Pihaknya tidak ingin jumlah WNI yang bergabung ke Irak maupun Syiria bertambah lagi sebagai konsekuensi terdesaknya para pendukung ISIS di Indonesia.
Di tempat terpisah, Kadivhumas Polri Irjen Ronny F Sompie menyatakan jika gerakan ISIS di Indonesia makin mudah dikenali. “Kegiatan ISIS di Indonesia melibatkan pelaku teror dan sindikatnya,” terangnya di Mabes Polri kemarin. gerakan ISIS masuk ke Indonesia lewat pelaku-pelaku teror yang saat ini keberadaannya sedang ditelusuri oleh Densus 88.
Menurut Ronny, hal tersebut akan memudahkan kinerja aparat. Pengembang ISIS di Indonesia rata-rata pernah terlibat kasus hukum ataupun aksi teror dan sedang menjadi DPO Polri. Yang jelas, pihaknya tidak akan membiarkan pendukung ISIS sampai melanggar aturan hukum di Indonesia.
Pihaknya meminta bantuan masyarakat untuk mencegah anggota keluarganya bergabung ataupun membaiat ISIS. Apabila ada yang membaiat ISIS lalu melakukan pelanggaran hukum, maka mereka akan berurusan dengan polisi, bukan lagi keluarganya.
Sebagai contoh adalah dua tersangka teroris yang diringkus di Ngawi baru-baru ini. keduanya merupakan pendukung ISIS, namun polisi menangkap mereka karena merupakan bagian dari jaringan Mujahidin Indonesia Timur yang sedang diburu Densus. Begitu pula dengan penangkapan ketua harian Jamaah Anshorut Tauhid di Bekasi. Dia diringkus karena mendanai pelatihan paramiliter di Aceh. (byu)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Upaya mempersempit ruang gerak organisasi Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) terus dilakukan dengan berbagai cara. Pencegahan lewat kampanye anti-ISIS sudah mulai marak, dan kini bentuk pencegahan lain akan dilakukan via imigrasi. Terutama, untuk mencegah gelombang pendukung ISIS berangkan ke Suriah.
Kapolri Jenderal Sutarman menjelaskan, kampanye yang digagas pihaknya bersama Kementerian Agama telah membuahkan hasil positif. Pendukung ISIS sudah mulai tertekan di Indonesia. “Nanti kami juga akan kerjasama dengan Imigrasi, agar ada langkah khusus mencegah ISIS,” ujarnya di Lanud Halim Perdanakusumah kemarin.
Hingga saat ini, sedikitnya ada 56 WNI yang diketahui lolos berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Empat di antaranya tewas. Pihaknya tidak ingin jumlah WNI yang bergabung ke Irak maupun Syiria bertambah lagi sebagai konsekuensi terdesaknya para pendukung ISIS di Indonesia.
Di tempat terpisah, Kadivhumas Polri Irjen Ronny F Sompie menyatakan jika gerakan ISIS di Indonesia makin mudah dikenali. “Kegiatan ISIS di Indonesia melibatkan pelaku teror dan sindikatnya,” terangnya di Mabes Polri kemarin. gerakan ISIS masuk ke Indonesia lewat pelaku-pelaku teror yang saat ini keberadaannya sedang ditelusuri oleh Densus 88.
Menurut Ronny, hal tersebut akan memudahkan kinerja aparat. Pengembang ISIS di Indonesia rata-rata pernah terlibat kasus hukum ataupun aksi teror dan sedang menjadi DPO Polri. Yang jelas, pihaknya tidak akan membiarkan pendukung ISIS sampai melanggar aturan hukum di Indonesia.
Pihaknya meminta bantuan masyarakat untuk mencegah anggota keluarganya bergabung ataupun membaiat ISIS. Apabila ada yang membaiat ISIS lalu melakukan pelanggaran hukum, maka mereka akan berurusan dengan polisi, bukan lagi keluarganya.
Sebagai contoh adalah dua tersangka teroris yang diringkus di Ngawi baru-baru ini. keduanya merupakan pendukung ISIS, namun polisi menangkap mereka karena merupakan bagian dari jaringan Mujahidin Indonesia Timur yang sedang diburu Densus. Begitu pula dengan penangkapan ketua harian Jamaah Anshorut Tauhid di Bekasi. Dia diringkus karena mendanai pelatihan paramiliter di Aceh. (byu)