28.9 C
Medan
Tuesday, May 28, 2024

Baku Tembak di Rumah Kadiv Propam Banyak Kejanggalan

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Direktur Pusat Riset Politik Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI) Saiful Anam menduga, ada skenario besar di balik baku tembak ajudan Ferdy Sambo dengan Brigadir J atau Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat. Hal itu didasarkan atas sejumlah indikasi atas kasus baku tembak yang terjadi di rumah Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo.

Seperti diberitakan PojokSatu (Jawa Pos Group), sederet kejanggalan demi kejanggalan membuat publik memunculkan asumsi dan opini liar. Salah satu kejanggalan dalam baku tembak ajudan Ferdy Sambo dengan Brigadir J itu adalah terkait matinya CCTV yang disebut Mabes Polri karena tersambar petir.

Selain itu, juga belum ditemukannya telepon selular milik Brigadir J yang tentu saja menjadi teka-teki liar. “Matinya CCTV dan belum ditemukannya handphone milik Brigadir J menjadi teka-teki dan membuat publik makin penasaran terkait kasus ini,” ungkap Saiful Anam, Rabu (13/7).

Pakar hukum tata negara Universitas Indonesia (UI) ini juga menyinggung kejanggalan versi keluarga Brigadir J. “Apalagi dari pihak keluarga Brigadir J menemukan luka sayatan dan memar yang menurut pihak keluarga sangat janggal,” sambungnya.

Atas berbagai kejanggalan itu, kata dosen Fakultas Hukum Universitas Sahid Jakarta itu, tidak heran publik menuntut kasus itu diusut dan dibuka seterang benderangnya. Apalagi, publik juga mengaitkan baku tembak ajudan Ferdy Sambo itu dengan isu perselingkuhan Brigadir J denan istri Ferdy Sambo, Putry Sambo. “Apabila CCTV rusak dan handphone (Brigadir J) tidak ditemukan, sangat patut diduga ada skenario besar di balik kasus ini,” ucapnya.

Jika sampai dua hal itu tak mampu dijawab polisi, maka jangan heran jika kemudian publik merespon keras. “Tentu publik geram dengan adanya kasus yang menimbulkan spekulasi ini,” tandasnya.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD juga menilai ada kejanggalan dalam peristiwa baku tembak di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo. “Kasus ini memang tak bisa dibiarkan mengalir begitu saja, karena banyak kejanggalan yang muncul dari proses penanganan, maupun penjelasan Polri sendiri yang tidak jelas hubungan antara sebab dan akibat setiap rantai peristiwanya,” kata Mahfud kepada wartawan, Rabu (13/7).

Mahfud menilai, dalam perkara ini kredibilitas Polri dan pemerintah menjadi taruhan. Sebab, dalam setahun terakhir, Polri selalu mendapat predikat positif dari masyarakat berdasarkan hasil survei lembagai survei. “Kinerja positif pemerintah dikontribusi secara signifikan oleh bidang politik dan keamanan, serta penegakan hukum. Hasil survei terakhir Indikator Politik yang baru diumumkan kemarin misalnya mengatakan begitu,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Mahfud mendukung langkah Kapolri yang membentuk tim khusus. Melalui tim ini diharapkan bisa mengungkap peristiwa yang sesungguhnya. Mahfud yang juga menjabat sebagai Ketua Kompolnas telah memerintahkan Sekretaris Kompolnas Benny J Mamoto untuk melakukan pengawasan. “Sudah tepat yang dilakukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit dgn membentuk Tim investigasi yg terdiri orang-orang kredibel yg dipimpin oleh Komjen Gatot Eddy. Itu sdh mewakili sikap dan langkah Pemerintah sehingga Kemenko Polhukam akan mengawalnya,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Budhi Herdi Susianto menyatakan, baku tembak ajudan Ferdy Sambo dipicu pelecehan yang dilakukan Brigadir J terhadap istri Ferdy Sambo, Putry Sambo. Sayangnya, Budhi tak menjelaskan pelecehan seperti apa yang dilakukan Brigadir J kepada Putry Sambo.

Lantaran teriak, Brigadir J keluar kamar. Terikan itu didengar Bharada E yang di lantai 2. Bharada E langsung bergegas menuju lantai bawah. Baru sampai tangga, ia melihat Brigadir J keluar dari kamar Ferdy Sambo. “Baru separuh tangga, RE (Bharada E) melihat saudara (Brigadir) J keluar dari kamar tersebut dan menanyakan ‘ada apa’. Bukan dijawab, tetapi dilakukan dengan penembakan,” kata Budi.

Akan tetapi, tembakan Brigadir J tidak mengenai Bharada E, melainkan mengenai tembok. Sementara Bharada E berlindung di tangga. “Karena saudara BE juga dibekali senjata, dia kemudian mengeluarkan senjata yang ada dipinggangnya. Nah, ini kemudian terjadi baku tembak,” papar Budhi. Dari baku tembak tersebut, Brigadir J tewas di tangan Bharada E dengan beberapa tembakan yang mengenai tubuh Brigadir J.

Keluarga Minta Diusut Transparan

Keluarga almarhum Brigadir J, anggota Propam yang tewas tertembak di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo, berharap kasus penembakan yang menewaskan J diungkap secara transparan. Hal ini penting dilakukan, karena insiden tersebut dinilai banyak kejanggalan.

“Banyak kejanggalan yang ditemui pihak keluarga atas wafatnya J, yang bergabung dengan kepolisian pada 2012 SPN (Sekolah Polisi Negara) Polda Jambi,” kata Rohani Simanjuntak, bibi dari Brigadir J, di Muaro Jambi, Rabu (13/7) dikutip JawaPos.com dari Antara.

Brigadir J merupakan anak dari pasangan Samuel Hutabarat dan Roslin Simanjuntak. Menurut Rohani, keluarga mendapat kabar Brigadir J meninggal akibat ditembak pada Jumat (8/7) sekitar pukul 21.00 WIB.

Adik Brigadir J yang berada di Jakarta memberi kabar bahwa almarhum meninggal di rumah Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Pol di Jalan Duren Tiga Barat, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Jenazah Brigadir J tiba di Jambi, Sabtu (9/7), dan dijemput oleh pihak keluarga untuk dibawa ke rumah duka di Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, atau sekitar dua jam perjalanan dari Kota Jambi.

Suasana rumah duka Brigadir J dipenuhi oleh para pelayat dan keluarga. Keluarga menilai, kematian Brigadir J banyak kejanggalan. Menurut kronologi kejadian yang disampaikan, almarhum meninggal karena baku tembak dengan sesama rekan sejawatnya di rumah dinas Kadiv Propam Mabes Polri.

Namun, setelah keluarga memeriksa kondisi fisik jenazah Brigadir J terdapat sejumlah luka tusuk yang diduga akibat benda tajam. Selain itu juga terdapat luka lebam yang diduga akibat benda tumpul serta luka lubang diduga akibat proyektil peluru. Pihak keluarga meminta Kapolri Jendral Pol Listyo Sigit Prabowo menyelesaikan kasus tersebut secara transparan demi keadilan. (jpc)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Direktur Pusat Riset Politik Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI) Saiful Anam menduga, ada skenario besar di balik baku tembak ajudan Ferdy Sambo dengan Brigadir J atau Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat. Hal itu didasarkan atas sejumlah indikasi atas kasus baku tembak yang terjadi di rumah Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo.

Seperti diberitakan PojokSatu (Jawa Pos Group), sederet kejanggalan demi kejanggalan membuat publik memunculkan asumsi dan opini liar. Salah satu kejanggalan dalam baku tembak ajudan Ferdy Sambo dengan Brigadir J itu adalah terkait matinya CCTV yang disebut Mabes Polri karena tersambar petir.

Selain itu, juga belum ditemukannya telepon selular milik Brigadir J yang tentu saja menjadi teka-teki liar. “Matinya CCTV dan belum ditemukannya handphone milik Brigadir J menjadi teka-teki dan membuat publik makin penasaran terkait kasus ini,” ungkap Saiful Anam, Rabu (13/7).

Pakar hukum tata negara Universitas Indonesia (UI) ini juga menyinggung kejanggalan versi keluarga Brigadir J. “Apalagi dari pihak keluarga Brigadir J menemukan luka sayatan dan memar yang menurut pihak keluarga sangat janggal,” sambungnya.

Atas berbagai kejanggalan itu, kata dosen Fakultas Hukum Universitas Sahid Jakarta itu, tidak heran publik menuntut kasus itu diusut dan dibuka seterang benderangnya. Apalagi, publik juga mengaitkan baku tembak ajudan Ferdy Sambo itu dengan isu perselingkuhan Brigadir J denan istri Ferdy Sambo, Putry Sambo. “Apabila CCTV rusak dan handphone (Brigadir J) tidak ditemukan, sangat patut diduga ada skenario besar di balik kasus ini,” ucapnya.

Jika sampai dua hal itu tak mampu dijawab polisi, maka jangan heran jika kemudian publik merespon keras. “Tentu publik geram dengan adanya kasus yang menimbulkan spekulasi ini,” tandasnya.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD juga menilai ada kejanggalan dalam peristiwa baku tembak di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo. “Kasus ini memang tak bisa dibiarkan mengalir begitu saja, karena banyak kejanggalan yang muncul dari proses penanganan, maupun penjelasan Polri sendiri yang tidak jelas hubungan antara sebab dan akibat setiap rantai peristiwanya,” kata Mahfud kepada wartawan, Rabu (13/7).

Mahfud menilai, dalam perkara ini kredibilitas Polri dan pemerintah menjadi taruhan. Sebab, dalam setahun terakhir, Polri selalu mendapat predikat positif dari masyarakat berdasarkan hasil survei lembagai survei. “Kinerja positif pemerintah dikontribusi secara signifikan oleh bidang politik dan keamanan, serta penegakan hukum. Hasil survei terakhir Indikator Politik yang baru diumumkan kemarin misalnya mengatakan begitu,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Mahfud mendukung langkah Kapolri yang membentuk tim khusus. Melalui tim ini diharapkan bisa mengungkap peristiwa yang sesungguhnya. Mahfud yang juga menjabat sebagai Ketua Kompolnas telah memerintahkan Sekretaris Kompolnas Benny J Mamoto untuk melakukan pengawasan. “Sudah tepat yang dilakukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit dgn membentuk Tim investigasi yg terdiri orang-orang kredibel yg dipimpin oleh Komjen Gatot Eddy. Itu sdh mewakili sikap dan langkah Pemerintah sehingga Kemenko Polhukam akan mengawalnya,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Budhi Herdi Susianto menyatakan, baku tembak ajudan Ferdy Sambo dipicu pelecehan yang dilakukan Brigadir J terhadap istri Ferdy Sambo, Putry Sambo. Sayangnya, Budhi tak menjelaskan pelecehan seperti apa yang dilakukan Brigadir J kepada Putry Sambo.

Lantaran teriak, Brigadir J keluar kamar. Terikan itu didengar Bharada E yang di lantai 2. Bharada E langsung bergegas menuju lantai bawah. Baru sampai tangga, ia melihat Brigadir J keluar dari kamar Ferdy Sambo. “Baru separuh tangga, RE (Bharada E) melihat saudara (Brigadir) J keluar dari kamar tersebut dan menanyakan ‘ada apa’. Bukan dijawab, tetapi dilakukan dengan penembakan,” kata Budi.

Akan tetapi, tembakan Brigadir J tidak mengenai Bharada E, melainkan mengenai tembok. Sementara Bharada E berlindung di tangga. “Karena saudara BE juga dibekali senjata, dia kemudian mengeluarkan senjata yang ada dipinggangnya. Nah, ini kemudian terjadi baku tembak,” papar Budhi. Dari baku tembak tersebut, Brigadir J tewas di tangan Bharada E dengan beberapa tembakan yang mengenai tubuh Brigadir J.

Keluarga Minta Diusut Transparan

Keluarga almarhum Brigadir J, anggota Propam yang tewas tertembak di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo, berharap kasus penembakan yang menewaskan J diungkap secara transparan. Hal ini penting dilakukan, karena insiden tersebut dinilai banyak kejanggalan.

“Banyak kejanggalan yang ditemui pihak keluarga atas wafatnya J, yang bergabung dengan kepolisian pada 2012 SPN (Sekolah Polisi Negara) Polda Jambi,” kata Rohani Simanjuntak, bibi dari Brigadir J, di Muaro Jambi, Rabu (13/7) dikutip JawaPos.com dari Antara.

Brigadir J merupakan anak dari pasangan Samuel Hutabarat dan Roslin Simanjuntak. Menurut Rohani, keluarga mendapat kabar Brigadir J meninggal akibat ditembak pada Jumat (8/7) sekitar pukul 21.00 WIB.

Adik Brigadir J yang berada di Jakarta memberi kabar bahwa almarhum meninggal di rumah Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Pol di Jalan Duren Tiga Barat, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Jenazah Brigadir J tiba di Jambi, Sabtu (9/7), dan dijemput oleh pihak keluarga untuk dibawa ke rumah duka di Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, atau sekitar dua jam perjalanan dari Kota Jambi.

Suasana rumah duka Brigadir J dipenuhi oleh para pelayat dan keluarga. Keluarga menilai, kematian Brigadir J banyak kejanggalan. Menurut kronologi kejadian yang disampaikan, almarhum meninggal karena baku tembak dengan sesama rekan sejawatnya di rumah dinas Kadiv Propam Mabes Polri.

Namun, setelah keluarga memeriksa kondisi fisik jenazah Brigadir J terdapat sejumlah luka tusuk yang diduga akibat benda tajam. Selain itu juga terdapat luka lebam yang diduga akibat benda tumpul serta luka lubang diduga akibat proyektil peluru. Pihak keluarga meminta Kapolri Jendral Pol Listyo Sigit Prabowo menyelesaikan kasus tersebut secara transparan demi keadilan. (jpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/