LUMBANJULU, SUMUTPOS.CO – Sekitar 50 keluarga atau 100 jiwa penduduk di desa Lumbanrang Kecamatan Lumbanjulu, Tobasamosir, dalam waktu dekat segera menikmati kebutuhan air dengan sangat mudah untuk kehidupan. Bantuan sebanyak 200 batang pipa PVC dari PT. Toba Pulpl Lestari, Tbk (TobaPulp) TobaPulp, memperlancar sistem pipanisasi kebutuhan air dan irigasi sekitar 300 hektar persawahan milik masyarakat setempat.
Pipa berdiameter 3 inci, dan masing-masing sepanjang 6 meter, pada selasa (19/8) pagi tiba di Taman Eden-100 (TE-100) yang terkenal di desa Lumban-Rang, yang dikelola sebagai pusat pelestarian vegetasi lokal Toba oleh keluarga peraih Kalpataru, Marandus Sirait.
Pipa-pipa tersebut akan menggantikan pipa yang sudah bocor dan rusak karena dimakan usia (12 tahun), untuk mengalirkan air pegunungan dari mata air di Dolok Partairiran pada ketinggian 1300 meter dpl (diatas permukaan laut), di salah satu punggung Bukitbarisan. Aliran air yang melintasi celah perbukitan hingga mencapai lokasi terjauh sekitar 5 km di desa Sionggang. “Sudah sejak 2 pekan terakhir masyarakat kesilitan air,” kata Leas Sirait, 77 tahun, salah seorang pemuka setempat.
Selain untuk kehidupan (konsumsi harian), kesulitan air itu sekaligus mengancam keberlangsungan sawah penduduk yang sudah memasuki musim tanam. “Kiriman pipa-pipa pengganti ini menyelesaikan banyak sekali kepentingan masyarakat. Puji Tuhan,” kata Wanston Sitorus, 55 tahun, salah seorang anggota masyarakat. Hasil pertanian wilayah sekitar Porsea –termasuk Lumbanjulu—terkenal karena “enak dan wangi.”
Jasmin Parhusip, manajer CSR (corporate social responsibility) TobaPulp yang menyerahkan bantuan ini mengatakan, TobaPulp menyadari air merupakan kebutuhan utama hidup, dan ketika manajemen mendapat tahu ada masalah serius dengan pipanisasi air bersih di Lumbajulu, para staf perusahaan mencoba merealisasikan bantuan segera. “Kita sama berharap bantuan ini dapat mengakhiri derita dan rasa cemas masyarakat,” katanya.
Pipanisasi untuk mengalirkan air bersih dari sumber-sumber air, umumnya dari pegunungan ke perkampungan, sudah jamak dilakukan oleh TobaPulp. Setidaknya tercatat dibeberapa lokasi menyangkut kepentingan beribu keluarga di 10 kabupaten sejak 2003. Penduduk kemudian mengelolanya secara mandiri, termasuk menghimpun dana secara gotong-royong untuk perawatan.
Marandus Sirait –yang ikut menerima bantuan pipa-pipa itu disertai soket penyambungnya– menyampaikan penghargaan tinggi. “TobaPulp sebenarnya sudah banyak memberikan bantuan, dan bantuan pipa ini bermanfaat besar bagi kehidupan masyarakat Lumbanjulu,” katanya. Masyarakat desa Lumban-Rang, katanya, segera mengadakan rapat pemasangan pipa-pipa baru itu secara gotong-royong.
Dengan TE-100 sendiri, TobaPulp –sebagai industri pulp berbasis hutan tanaman industri— sudah lama bekerjasama dalam hal pembuatan pusat pembibitan standar, serta pembangunan “sopo Toba Lestari,” bangunan 150 meter persegi yang kemudian menjadi pusat kegiatan para pecinta lingkungan (pertemuan, diskusi, serta pagelaran musik tradisional Batak).
Marandus, 47 tahun –awalnya pemusik di gereja– mengelola TE-100, lahan keluarga seluas 40 hektar, di kaki Bukitbarisan yang masih berhutan perawan –dan karena itu masih dihuni hewan-hewan liar termasuk harimau– dengan menanaminya ribuan vegetasi asli Toba dan sebagian sudah langka. Dia juga melakukan pembibitan untuk dibagi-bagikan secara gratis (nirlaba) kepada siapa saja yang berkeinginan menanamnya, terutama di sekitar Danau Toba. Dengan demikian TE-100 –berjarak sekitar 17 km dari kota turis Parapat– belakangan menjadi obyek kunjungan tambahan para wisatawan.
Untuk kepeloporan serta kepeduliannya secara berkesinambungan dan tanpa pamrih terhadap lingkungan, Marandus memperoleh berbagai pengakuan dan penghargaan –salah satunya Kalpataru dari Pemerintah— dan terakhir (2013) dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. (jh/rel/mea)