SUMUTPOS.CO – Kelompok pembela hak asasi manusia Amnesty International mengatakan militan Negara Islam (ISIS) di Irak utara telah melakukan “pembersihan etnis berskala historis” dalam rangka menghapus Muslim non-Arab dan non-Sunni.
Sebuah laporan baru yang dikeluarkan Selasa (2/9) mengatakan kampanye sistematik termasuk pembunuhan massal dan penculikan yang telah meneror seluruh wilayah Irak utara dan memicu ketegangan sektarian di wilayah tersebut.
Amnesty menyerukan perlindungan dan dukungan kemanusiaan untuk minoritas-minorits Irak yang telah mengungsi akibat pertempuran selama berbulan-bulan.
Laporan tersebut keluar sehari setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan serupa mengenai penyiksaan warga minoritas di tangan kelompok ISIS.
Pasukan Irak yang didukung pejuang Kurdi dan milisia Syiah merebut kembali kota Sulaiman Bek, di selatan Kirkuk, Senin, menandai kota kedua yang dibebaskan dari para pemberontak ISIS.
Sulaiman Bek telah dikuasai militan tersebut sejak Juni.
Pada Minggu, pasukan Irak memasuki Amerli, mengakhiri pengepungan dua bulan oleh ISIS.
Perdana Menteri yang akan segera mengakhiri masa jabatan, Nouri al-Maliki, mengunjungi Amerli pada Senin, tempat ia bersumpah Irak akan menjadi “kuburan” bagi kelompok militan tersebut.
Juga pada Senin, Perdana Menteri Inggris David Cameron pada parlemen negaranya bahwa Inggris perlu aturan baru untuk menghadapi ancaman ISIS dan warga Inggris yang bertempur bersama kelompok tersebut.
Ia mengusulkan memberikan izin bagi polisi untuk membekukan paspor warga yang diduga pergi ke luar negeri untuk bertempur dengan kelompok-kelompok teror. Ia mengatakan yakin ada 500 orang telah meninggalkan Inggris untuk bertempur di Irak dan Suriah. (VOA)
SUMUTPOS.CO – Kelompok pembela hak asasi manusia Amnesty International mengatakan militan Negara Islam (ISIS) di Irak utara telah melakukan “pembersihan etnis berskala historis” dalam rangka menghapus Muslim non-Arab dan non-Sunni.
Sebuah laporan baru yang dikeluarkan Selasa (2/9) mengatakan kampanye sistematik termasuk pembunuhan massal dan penculikan yang telah meneror seluruh wilayah Irak utara dan memicu ketegangan sektarian di wilayah tersebut.
Amnesty menyerukan perlindungan dan dukungan kemanusiaan untuk minoritas-minorits Irak yang telah mengungsi akibat pertempuran selama berbulan-bulan.
Laporan tersebut keluar sehari setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan serupa mengenai penyiksaan warga minoritas di tangan kelompok ISIS.
Pasukan Irak yang didukung pejuang Kurdi dan milisia Syiah merebut kembali kota Sulaiman Bek, di selatan Kirkuk, Senin, menandai kota kedua yang dibebaskan dari para pemberontak ISIS.
Sulaiman Bek telah dikuasai militan tersebut sejak Juni.
Pada Minggu, pasukan Irak memasuki Amerli, mengakhiri pengepungan dua bulan oleh ISIS.
Perdana Menteri yang akan segera mengakhiri masa jabatan, Nouri al-Maliki, mengunjungi Amerli pada Senin, tempat ia bersumpah Irak akan menjadi “kuburan” bagi kelompok militan tersebut.
Juga pada Senin, Perdana Menteri Inggris David Cameron pada parlemen negaranya bahwa Inggris perlu aturan baru untuk menghadapi ancaman ISIS dan warga Inggris yang bertempur bersama kelompok tersebut.
Ia mengusulkan memberikan izin bagi polisi untuk membekukan paspor warga yang diduga pergi ke luar negeri untuk bertempur dengan kelompok-kelompok teror. Ia mengatakan yakin ada 500 orang telah meninggalkan Inggris untuk bertempur di Irak dan Suriah. (VOA)