BAGHDAD, SUMUTPOS.CO – Islamic State (IS) atau lebih dikenal dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) akhirnya membuktikan ancaman. Mereka kembali merilis video yang menunjukkan pemenggalan Steven Sotloff, jurnalis asal Amerika Serikat (AS).
Sotloff menghilang setahun lalu di Syria. Dia adalah jurnalis AS kedua yang dipenggal ISIS. Sebelumnya, pada 20 Agustus lalu, ISIS mencabut nyawa James Foley dengan cara yang sama.
Video berdurasi 5 menit tersebut diunggah ke dunia maya pada Selasa (2/9). Pemerintah AS menyatakan bahwa video itu asli. Dalam video bertajuk A Second Message to America tersebut, tampak Sotloff yang mengenakan baju oranye sedang berlutut didampingi pria berjubah hitam di sampingnya.
Sosok yang menjadi algojo Sotloff itu diduga orang yang juga memenggal Foley. Bahkan, aksen British-nya mirip. Senjata yang digunakan diperdiksi sama. Lokasi pemenggalan berbeda dengan Foley, namun diperkirakan tetap di daerah Bukit Raqqa di perbatasan Iraq dan Syria.
‘Saya kembali, Obama (Presiden AS Barack Obama). Saya kembali karena kebijakan luar negeri Anda yang arogan atas Daulah Islamiyah (IS). Sebab, Anda bersikeras melanjutkan serangan udara ke Amerli, Zumar, dan Bendungan Mosul. Padahal, kami telah memperingatkan dengan serius, ‘ ujar si algojo.
Armeli yang menjadi basis ISIS di Iraq beberapa hari lalu memang kembali dikuasai tentara Iraq yang dibantu dengan Peshmerga Kurdi. ‘Jadi, ketika misil Anda terus menyerang orang-orang kami, pisau kami juga akan terus memenggal leher warga Anda,’ tambah eksekutor yang dijuluki Jihadi John tersebut.
Sotloff pada akhir video ikut berbicara. Jurnalis lepas majalah Time dan Foreign Policy itu juga menegaskan bahwa dirinya adalah korban dari keputusan Obama yang melakukan penyerangan udara di Iraq.
Dalam akhir video, mereka menegaskan, jika operasi militer di Iraq terus digencarkan, korban berikutnya adalah pekerja sosial asal Inggris, yakni David Cawthorne Haines. ‘Pada kesempatan ini, kami memperingatkan pemerintah (Inggris) yang bersekutu dengan AS untuk menjauh dari IS dan tinggalkan orang-orang kami,’ ucap si John kepada pemerintah Inggris.
Cawthorne Haines adalah sukarelawan yang bertugas di Timur Tengah. Selama ini pemerintah Inggris menutupinya dari media dan menyembunyikan penculikan Haines.
Di tempat terpisah, keluarga Sotloff yang tinggal di Miami tidak mau berkomentar banyak. Ibu Sotloff, Shirley, membuat video bagi Abu Bakr Al Baghdadi setelah melihat anaknya muncul dalam video pemenggalan Foley. Shirley meminta agar anaknya dibebaskan. Sebab, Sotloff tidak terkait dengan krisis di Iraq. Sayangnya, permintaan tersebut tidak pernah terkabul.
Sotloff selama ini dikenal sebagai jurnalis yang pintar dan pemberani. Dia selalu berada di garis depan untuk melaporkan setiap kejadian. Beberapa medan perang yang pernah dijamahnya adalah Syria dan Libya.
Di sisi lain, ancaman dari ISIS itu tidak ditanggapi Presiden AS Barack Obama. Paman Sam justru berencana mengirimkan tambahan 350 tentara ke Iraq. Menurut Obama, video pemenggalan tersebut tidak akan membuat AS takut. ‘Tujuan kami adalah memastikan bahwa ISIS tidak lagi menjadi ancaman bagi negara tersebut (Iraq),’ tuturnya. Dia menambahkan bahwa kejahatan kemanusiaan terhadap dua jurnalis itu tidak akan dilupakan begitu saja. (AP/AFP/Reuters/BBC/sha/c14/am i)