26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Monyet yang Divaksin ‘Kebal’ Ebola

Vaksin. Lebih dari 2000 orang tewas di Afrika Selatan akibat Ebola.
Vaksin. Lebih dari 2000 orang tewas di Afrika Selatan akibat Ebola.

SUMUTPOS.CO – Monyet yang divaksinasi memiliki kekebalan “jangka panjang” terhadap virus Ebola.

Hasil ini meningkatkan peluang sukses jika percobaan yang sama dilakukan pada manusia, ungkap para ilmuwan.

Percobaan yang dilakukan National Institutes of Health di Amerika Serikat menunjukkan kekebalan bisa bertahan setidaknya 10 bulan.

Percobaan vaksin pada manusia akan dimulai pekan ini di AS dan kemudian di Inggris dan Afrika.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari 2.000 orang tewas akibat wabah Ebola di Afrika Barat.

Beberapa pengobatan eksperimental sedang dipertimbangkan untuk membantu mencegah penyebaran Ebola.

Hal ini termasuk pemberian vaksin yang sedang dikembangkan National Institute of Allergy and Infectious Diseases dari AS dan perusahaan farmasi GlaxoSmithKline.

Vaskin tersebut menggunakan virus simpanse yang dimodifikasi secara genetik dan mengandung komponen dua sampel Ebola.

Sampel pertama diambil di Zaire, yang saat ini beredar di Afrika Barat. Adapun sampel kedua diambil di Sudan.

Diharapkan sistem kekebalan tubuh akan bereaksi terhadap komponen vaksin Ebola dan mengembangkan kekebalan. (BBC)

Vaksin. Lebih dari 2000 orang tewas di Afrika Selatan akibat Ebola.
Vaksin. Lebih dari 2000 orang tewas di Afrika Selatan akibat Ebola.

SUMUTPOS.CO – Monyet yang divaksinasi memiliki kekebalan “jangka panjang” terhadap virus Ebola.

Hasil ini meningkatkan peluang sukses jika percobaan yang sama dilakukan pada manusia, ungkap para ilmuwan.

Percobaan yang dilakukan National Institutes of Health di Amerika Serikat menunjukkan kekebalan bisa bertahan setidaknya 10 bulan.

Percobaan vaksin pada manusia akan dimulai pekan ini di AS dan kemudian di Inggris dan Afrika.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari 2.000 orang tewas akibat wabah Ebola di Afrika Barat.

Beberapa pengobatan eksperimental sedang dipertimbangkan untuk membantu mencegah penyebaran Ebola.

Hal ini termasuk pemberian vaksin yang sedang dikembangkan National Institute of Allergy and Infectious Diseases dari AS dan perusahaan farmasi GlaxoSmithKline.

Vaskin tersebut menggunakan virus simpanse yang dimodifikasi secara genetik dan mengandung komponen dua sampel Ebola.

Sampel pertama diambil di Zaire, yang saat ini beredar di Afrika Barat. Adapun sampel kedua diambil di Sudan.

Diharapkan sistem kekebalan tubuh akan bereaksi terhadap komponen vaksin Ebola dan mengembangkan kekebalan. (BBC)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/