DAMASKUS, SUMUTPOS.CO – Vaksinasi campak yang digagas WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) bekerja sama dengan UNICEF (badan PBB untuk anak-anak) di Syria berbuntut petaka. Diperkirakan lebih dari 100 anak-anak tewas setelah divaksin. Ratusan anak lainnya masih mendapat perawatan. Penyebabnya diperkirakan tertukarnya vaksin tersebut dengan obat pelemas otot yang biasa dipakai pasien sebelum operasi.
Selama ini campak memang menjadi ancaman bagi anak-anak di Syria. Angka kejadiannya sangat tinggi. Nah, untuk menekannya, dilakukan vaksinasi campak masal sejak Senin (15/9) kepada ratusan anak-anak di Kota Jirjanaz dan Maaret al-Nouman, Provinsi Idlib, yang saat ini dikuasai para pemberontak Syria.
Ketika dilakukan vaksinasi, tidak ada masalah. Namun, begitu mereka pulang, satu per satu anak yang disuntik itu meregang nyawa. Korban berusia 18 bulan hingga 6 tahun. “Ini sangat buruk. Saat ini yang meninggal sudah 30-an. Anak-anak meninggal dengan sangat cepat. Kami pikir situasinya akan memburuk,” ujar Koordinator Badan Amal Medis Uossm Daher Zidan. Program serupa tahap II yang sedianya dilaksanakan Senin depan dibatalkan. Begitu juga vaksinasi yang masih berlangsung.
Sejauh ini jumlah korban jiwa masih simpang siur. UNICEF menyatakan hanya ada 15 korban jiwa. Namun, data di lapangan berbeda. The Telegraph merilis ada 36 korban jiwa, sedangkan Duta Besar Syria untuk PBB Bashar Jaafari menjelaskan bahwa korban jiwa mencapai 100 bocah lebih.
Posting-an foto anak-anak yang dirawat akibat keracunan vaksin campak itu beredar luas di berbagai media sosial. Banyak yang menduga bahwa vaksin tersebut telah dicampur klorin oleh pendukung Presiden Syria Bashar al Assad.
Namun, hasil penyelidikan oleh Koalisi Nasional mengungkapkan bahwa di antara vaksin tersebut, ada botol obat atracurium untuk pelemas otot. Penulisan dalam bahasa Inggris untuk vaksin dan obat tersebut memang sama. Yaitu, measles (campak) dan muscle (otot). Kemasannya hampir serupa. (JPNN)
DAMASKUS, SUMUTPOS.CO – Vaksinasi campak yang digagas WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) bekerja sama dengan UNICEF (badan PBB untuk anak-anak) di Syria berbuntut petaka. Diperkirakan lebih dari 100 anak-anak tewas setelah divaksin. Ratusan anak lainnya masih mendapat perawatan. Penyebabnya diperkirakan tertukarnya vaksin tersebut dengan obat pelemas otot yang biasa dipakai pasien sebelum operasi.
Selama ini campak memang menjadi ancaman bagi anak-anak di Syria. Angka kejadiannya sangat tinggi. Nah, untuk menekannya, dilakukan vaksinasi campak masal sejak Senin (15/9) kepada ratusan anak-anak di Kota Jirjanaz dan Maaret al-Nouman, Provinsi Idlib, yang saat ini dikuasai para pemberontak Syria.
Ketika dilakukan vaksinasi, tidak ada masalah. Namun, begitu mereka pulang, satu per satu anak yang disuntik itu meregang nyawa. Korban berusia 18 bulan hingga 6 tahun. “Ini sangat buruk. Saat ini yang meninggal sudah 30-an. Anak-anak meninggal dengan sangat cepat. Kami pikir situasinya akan memburuk,” ujar Koordinator Badan Amal Medis Uossm Daher Zidan. Program serupa tahap II yang sedianya dilaksanakan Senin depan dibatalkan. Begitu juga vaksinasi yang masih berlangsung.
Sejauh ini jumlah korban jiwa masih simpang siur. UNICEF menyatakan hanya ada 15 korban jiwa. Namun, data di lapangan berbeda. The Telegraph merilis ada 36 korban jiwa, sedangkan Duta Besar Syria untuk PBB Bashar Jaafari menjelaskan bahwa korban jiwa mencapai 100 bocah lebih.
Posting-an foto anak-anak yang dirawat akibat keracunan vaksin campak itu beredar luas di berbagai media sosial. Banyak yang menduga bahwa vaksin tersebut telah dicampur klorin oleh pendukung Presiden Syria Bashar al Assad.
Namun, hasil penyelidikan oleh Koalisi Nasional mengungkapkan bahwa di antara vaksin tersebut, ada botol obat atracurium untuk pelemas otot. Penulisan dalam bahasa Inggris untuk vaksin dan obat tersebut memang sama. Yaitu, measles (campak) dan muscle (otot). Kemasannya hampir serupa. (JPNN)