SUMENEP, SUMUTPOS.CO – Kecelakaan tragis terjadi di Kabupaten Sumenep. Pesawat latih jenis Cessna 72P milik Merpati Nusantara Airlines (MNA) jatuh di persawahan Desa Marengan Daya, Kota Sumenep, tepatnya di titik 700 meter sebelah timur Bandara Trunojoyo kemarin siang (19/9).
Pantauan Radar Sumenep (Grup JPNN) di lokasi, pesawat rusak parah. Badan pesawat dengan sayap biru itu terbelah menjadi dua. Bahkan, serpihan pesawat berserakan hingga radius 50 meter dari lokasi kejadian.
Jatuhnya pesawat latih kali pertama di Pulau Garam itu memakan korban jiwa. Harisyondi (21), pilot pesawat asal Sidoarjo, tewas di tempat kejadian perkara (TKP). Dia merupakan siswa Merpati Pilot School (MPS) yang tengah mengikuti latihan sebagai syarat kelulusan sebagai pilot profesional.
Muhamad Encung (43), saksi mata, mengatakan, pukul 13.15 pesawat Cessna 72P lepas landas dari Bandara Trunojoyo. Namun, setelah beberapa menit di udara, pesawat tersebut jatuh.
Menurut pria yang setiap hari menjaga Asta Gumuk, yang lokasinya tidak jauh dari tempat jatuhnya pesawat, menambahkan bahwa pesawat mengudara dengan ketinggian sekitar 50 meter. Diduga, pesawat jatuh karena diterpa angin kencang.
“Tidak seperti biasanya, pesawat itu terbang ke timur sangat rendah. Kurang dari lima menit, pesawat berbelok ke barat (menuju Bandara Trunojoyo, Red). Lalu terjun,” katanya.
Menurut Encung, badan pesawat terlempar sekitar 50 meter dari titik jatuh. Sementara itu, pilot tergeletak di samping puing-puing pesawat. “Saat saya mendekat, kondisinya sudah tidak bernyawa,” katanya.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Sumenep Mohamad Fadilah mengatakan, sampai saat ini dirinya belum bisa memastikan penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Dia menduga, pesawat jatuh karena faktor alam.
Menurut Fadilah, sebelum pesawat berangkat, petugas bandara tidak menemukan kendala pada mesin. Dengan demikian, penerbangan diperbolehkan. “Secara teknis tidak ada kendala. Apalagi, pesawat tersebut sering digunakan sebagai latihan,” katanya.
Namun, lebih jelasnya, dia masih menunggu hasil investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) di Jakarta. Dijadwalkan KNKT datang ke Sumenep bersama otoritas Bandara Juanda Surabaya. “Dijadwalkan malam ini (tadi malam, Red) tiba di Sumenep,” katanya.
Diakui, saat terbang, Harisyondi tidak ditemani instruktur seperti siswa lainnya. Sebab, dia termasuk siswa yang sudah mahir mengendalikan pesawat. Bahkan, pada Rabu (24/9) dia akan mengikuti tes akhir sebagai pilot.
Fadilah mengungkapkan, Harisyondi melakukan penerbangan hanya untuk mengasah kemampuan dalam take off dan landing. Saat terbang, posisi pesawat juga tidak begitu tinggi alias hanya puluhan meter dari tanah.
Menurut Fadilah, sebelum pesawat jatuh, korban sempat menghubungi petugas bandara. Setelah itu, pesawat yang ditumpanginya jatuh. “Sebelum jatuh, korban sempat menginformasikan bahwa dirinya berada pada kondisi darurat,” katanya.
Sementara itu, Kepala Satker Bandara Trunojoyo Dwi Ariyanto membenarkan bahwa korban terbang sendiri. “Iya, dia saat terbang tidak ditemani instruktur,” ujarnya.
Disinggung terkait dengan penyebab jatuhnya pesawat, Dwi mengaku masih mengumpulkan informasi di lokasi. “Maaf, kami belum bisa memberikan keterangan lebih banyak. Kami juga sedang menggali informasi,” ungkapnya saat ditemui di lokasi.
Di bagian lain, Kapolres Sumenep AKBP Markoko yang juga datang ke lokasi tidak bisa berbicara banyak mengenai penyebab jatuhnya pesawat. Menurut dia, polisi masih menyelidiki peristiwa tersebut. “Saya di sini dalam rangka mengamankan lokasi dari warga yang penasaran dengan jatuhnya pesawat ini,” katanya.
Hingga berita ini diturunkan, korban masih berada di RSUD dr H Moh. Anwar Sumenep. Pihak MPS selaku penangung jawab berkoordinasi dengan keluarga korban untuk pemulangan jenazah.
Di sisi lain, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalianget, Sumenep, Endriyono mengatakan, kecepatan angin di atas normal. Yakni, berkisar 45 kilometer per jam. “Beberapa hari terakhir cuaca tergolong ekstrem,” ujarnya. (han/c10/end/jpnn)