SUMUTPOS.CO- Pagelaran wayang kulit sebagai hiburan dalam perayaan 45 tahun Vassa Bhante Jinadhammo Mahathera di Lapangan Benteng Medan penuh antusias penonton, Sabtu (8/11) malam. Bahkan, Bhante Jinadhammo menyaksikan hingga pagi.
Penampilan wayang kulit oleh Ki Anom Suroto dari Jawa Tengah ini juga untuk menutup rangkaian kegiatan dengan judul Wahyu Tunggul Nogo. Pertunjukan tersebut sebagai bentuk pelestarian Budaya Indonesia yang menjadi kesukaan Bhante Jinadhammo Mahathera dalam perjuangannya menambah kilaunya Buddha Dharma di Sumatera.
Perayaan Vassa Bhante Jinadhammo sendiri merupakan wujud dari keberhasilan pelatihan diri yang telah dijalani Bhante Jinadhammo Mahathera dengan meninggalkan kehidupan duniawi menjadi seorang Bhikkhu.
Ketua Umum Panitia Kegiatan, Bhikkhu Khemanando Thera mengatakan, perayaan ini merupakan wujud bakti umat Buddha dan mudita turut bahagia atas mengabdian Bhante Jindhanammo Mahathera yang telah menambah kilaunya Buddha Dhamma dari Sumatera sampai seluruh pelosok nusantara.
Di tangan bhikkhu yang terkenal disiplin dalam tata susila bhikkhu (vinaya) inilah bergulir banyak sejarah mulai dari pembangunan vihara, guru, dan dosen Agama Buddha, aktivis-aktivis Buddhis, sekolah, proyeksi sosial dan sederer kegiatan lainnya.
“Perayaan 45 tahun Vassa Bhante Jinadhammo menjadi kesempatan berharga bagi umat Buddha untuk dapat melaksanakan kebajikan dalam mendukung sangha menggembangkan Agama Buddha Dhamma. Perayaan ini menunjukkan wujud kebijaksanaan, keluhuran serta kesucian ajaran Buddha Dhamma yang senantiasa dilestarikan Umat Buddha,” ujarnya.
Menurutnya, keberagaman agama di Indonesia, khususnya Sumatera Utara terjalin harmonis. Kemajemukan yang terjaga dengan baik itupun harapannya tidak luntur, karena lewat keberagaman inilah bisa mewujudkan kedamaian dan kebahagiaan.
“Keberagaman itu seperti orang merangkai bunga. Bila hanya ada satu jenis bunga dalam satu rangkaian itu, tidak akan ada ketertarikan. Tapi bila rangkaian itu dirangkai banyak layaknya sebuah keberagaman, tentu akan indah. Keberagaman itupun harapannya dapat menjadi simbol keharmonisan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Wali Kota Medan, Drs HT Dzulmi Eldin S Msi memberikan apresiasi kepada umat Buddha di Kota Medan yang telah mendukung perkembangang Kota Medan terutama di bidang sosial keagamaan dengan menjaga kerukunan dan keharmonisan masyarakat yang sangat majemuk. Kegiatan tersebut merupakan salah satu wujud dari keberagaman warga Kota Medan.
“Malam ini Umat Buddha di Kota Medan merayakan 45 tahun vassa Bhante Jinadhammo Mahatera dalam mengabdi kepada agama Buddha dengan dirangkai pagelaran wayang kulit. Hal inilah yang sebenarnya menjadi ciri pokok dari kota kita, keberagaman suku, budaya dan kepercayaan masyarakat sehingga tidak salah Kota Medan menjadi miniaturnya Indonesia,” katanya.
Keberagaman ini, lanjutnya, juga menjadi modal sosial dalam pembangunan selama ini. Dan kita patut bersyukur karena keberagaman yang dimiliki, kerukunan dan saling menghormati antar umat beragama terjalin dengan baik. (put/adz)