28 C
Medan
Monday, October 21, 2024
spot_img

Dimakamkan di Samping Ibunda, Sesuai Isi Puisi

Foto: DHEV BAKKARA/METRO SIANTAR/JPNN Persiapan pemakaman Sitor Situmorang dihadiri  sanak saudara dan para seniman dan budayawan di Harian Boho, Samosir, Kamis (1/1).
Foto: DHEV BAKKARA/METRO SIANTAR/JPNN
Persiapan pemakaman Sitor Situmorang dihadiri sanak saudara dan para seniman dan budayawan di Harian Boho, Samosir, Kamis (1/1).

Bila nanti ajalku tiba, kubur abuku di tanah Toba

Di tanah danau perkasa, terbujur di samping bunda.

 

Larik itu ada pada puisi Tatahan Pesan Bunda. Kumpulan kata yang dituliskan langsung oleh Sitor Situmorang pada bait pertama. Sebuah keinginan. Dan, permintaan itu terkabulkan. Sastrawan 45 terakhir tersebut dimakamkan sesuai dengan isi puisinya tadi.

Begitulah, ketika semua orang merayakan hari pertama pada 2015, penyair yang lahir dengan nama Raja Usu SItumorang tersebut dikebumikan. Dia dimakamkan di Harianboho, Samosir, tanah kelahirannya. ‘Si Anak Hilang’ itu terbujur di tanah yang memang ia impikan setelah sekian lama dia melanglang buana ke belahan bumi yang lain.

Sebagai sastawan, Sitor menulis sekitar 600 judul sajak antara tahun 1948-2005. Dia pernah menjadi wartawan pada tahun 40-an dan Ketua Lembaga Kebudayan Nusantara yang berafiliasi ke Partai Nasional Indonesia (PNI) pada masa pemerintahan Soekarno. Budayawan pengagum Bung Karno ini pernah dipenjara sebagai tahanan politik pada kurun 1967-1974.

Kedatangan jenazah sastrawan yang juga dikenal di dunia internasional ini di bagian kargo Bandara Kualanamu, Rabu (31/12) malam, pukul 23.10 WIB, disambut Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho.

Pada upacara penyambutan sastrawan yang pertama kali menulis puisi di Jogjakarta itu, Gubsu Gatot Pujo Nugroho membacakan sajak Sitor Situmorang berjudul Membalas Surat Bapak. Suasana haru dan khidmat pun meliputi terminal kargo. Pangdam I Bukit Barisan (BB) Mayjen TNI Winston P Simanjuntak, Pangkosek Hanudnas III Medan Marsekal Pertama TNI Supriharsanto, Danlantamal I Belawan Laksma Pulungan Prambudi, Wakapolda Sumut Brigjen Pol Basaruddin, Kepala BIN Sumut Brigjen TNI Tumino Hadi, Danlanud Soewondo Kolonel Pnb S Chandra Siahaan hadir di lokasi.

Anggota DPD Parlindungan Purba, beberapa anggota DPRD Sumut, serta sejumlah sastrawan tampak serius menyimak kalimat demi kalimat karya sastrawan angkatan 1945 itu. “Hampir seluruh karya almarhum selalu menyenandungkan tentang kerinduan pada Bonapasogit . Jasad boleh pergi, jiwa boleh mati, tetapi karya terus akan abadi menginspirasi kita yang ditinggalkannya,” ujar Gatot.

Gubernur mengungkapkan rasa duka dan bangga saat menghadapi jenazah sastrawan Indonesia Sitor Situmorang. Duka karena Sitor telah meninggalkan kita dan bangga bahwa ternyata putra Samosir, putra Sumut, membanggakan karya dan prestasinya di tingkat internasional. Meskipun Sitor sudah tiada, tetapi semangat dan karyanya dapat menjadi inspirasi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Sumut dalam berkarya. “Tidak hanya dalam bidang sastra, tapi Sitor-Sitor yang menginspirasi dan memelopori dalam seluruh sisi kehidupan kita agar ke depan Sumut menjadi provinsi yang berdaya saing maju dan sejahtera,” ujarnya.

Panitia penyambutan jenazah yang juga mantan Sekdaprov Sumut RE Nainggolan mengatakan, Sitor Situmorang memiliki kecintaan besar terhadap Sumut sehingga banyak menghasilkan karya sastra berisi keutamaan Sumut, seperti keindahan Danau Toba dan sejarah perjuangan Sisingamangaraja.

“Saking cintanya terhadap Sumut, beliau berpesan untuk dimakamkan di kampung halamannya jika meninggal,” katanya.

Banyak diwartakan, esainya ‘Sastra Revolusioner’ lah yang mengakibatkan Sitor mendekam di penjara Gang Tengah Salemba, Jakarta pada 1967 sampai dengan 1975. Tidak ada proses peradilan sebelumnya.

Dia dijebloskan begitu saja ke dalam tahanan dengan tuduhan pemberontakan. Esainya itu sarat kritik tajam. Sebuah lembaga kebudayaan di bawah naungan PNI membuat rezim berkuasa saat itu merasa perlu menghentikan kreativitas Sitor.

Namun, ringan saja Sitor berkomentar, “Mungkin karena saya anti-Soeharto saja.” Itu alasan kenapa sastrawan besar itu terkurung di rutan Salemba delapan tahun berturut-turut. Sampai keluar dari penjara pun Sitor tak pernah tahu kesalahannya.

Tak ada seorang pun yang menghentikan Sitor menulis. Di dalam penjara, Sitor melahirkan dua karya sastra, Dinding Waktu (1976) dan Peta Perjalanan (1977). Setelah sempat menjalani tahanan rumah, Sitor pilih menetap di luar negeri.

Sejak 1981, Sitor diangkat sebagai dosen di Universitas Leiden, Belanda. Dalam pengembaraan hidupnya, Sitor tak pernah berhenti menulis.

Saat melanglang buana ke berbagai negara, seperti Pakistan, Perancis, dan Belanda, Sitor menghasilkan banyak karya. Cerpen Danau Toba (1981), Angin Danau (1982), cerita Anak-anak Gajah, Harimau, dan Ikan (1981), Guru Simailang dan Mogliani Utusan Raja Rom (1993), Toba Na Sae (1993).

Begitulah, Sitor telah pergi. Meski begitu, sejatinya dia telah kembali dari ‘petualangan’ ke berbagai rasa, pikiran, hasrat, maupun negara seperti yang ia tulis dalam sajak Tatahan Pesan Bunda larik terakhir:

 

Si Anak Hilang telah kembali!

Kujemput di pangkuanku! (bbs/ted/rbb)

 

 

 

Foto: DHEV BAKKARA/METRO SIANTAR/JPNN Persiapan pemakaman Sitor Situmorang dihadiri  sanak saudara dan para seniman dan budayawan di Harian Boho, Samosir, Kamis (1/1).
Foto: DHEV BAKKARA/METRO SIANTAR/JPNN
Persiapan pemakaman Sitor Situmorang dihadiri sanak saudara dan para seniman dan budayawan di Harian Boho, Samosir, Kamis (1/1).

Bila nanti ajalku tiba, kubur abuku di tanah Toba

Di tanah danau perkasa, terbujur di samping bunda.

 

Larik itu ada pada puisi Tatahan Pesan Bunda. Kumpulan kata yang dituliskan langsung oleh Sitor Situmorang pada bait pertama. Sebuah keinginan. Dan, permintaan itu terkabulkan. Sastrawan 45 terakhir tersebut dimakamkan sesuai dengan isi puisinya tadi.

Begitulah, ketika semua orang merayakan hari pertama pada 2015, penyair yang lahir dengan nama Raja Usu SItumorang tersebut dikebumikan. Dia dimakamkan di Harianboho, Samosir, tanah kelahirannya. ‘Si Anak Hilang’ itu terbujur di tanah yang memang ia impikan setelah sekian lama dia melanglang buana ke belahan bumi yang lain.

Sebagai sastawan, Sitor menulis sekitar 600 judul sajak antara tahun 1948-2005. Dia pernah menjadi wartawan pada tahun 40-an dan Ketua Lembaga Kebudayan Nusantara yang berafiliasi ke Partai Nasional Indonesia (PNI) pada masa pemerintahan Soekarno. Budayawan pengagum Bung Karno ini pernah dipenjara sebagai tahanan politik pada kurun 1967-1974.

Kedatangan jenazah sastrawan yang juga dikenal di dunia internasional ini di bagian kargo Bandara Kualanamu, Rabu (31/12) malam, pukul 23.10 WIB, disambut Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho.

Pada upacara penyambutan sastrawan yang pertama kali menulis puisi di Jogjakarta itu, Gubsu Gatot Pujo Nugroho membacakan sajak Sitor Situmorang berjudul Membalas Surat Bapak. Suasana haru dan khidmat pun meliputi terminal kargo. Pangdam I Bukit Barisan (BB) Mayjen TNI Winston P Simanjuntak, Pangkosek Hanudnas III Medan Marsekal Pertama TNI Supriharsanto, Danlantamal I Belawan Laksma Pulungan Prambudi, Wakapolda Sumut Brigjen Pol Basaruddin, Kepala BIN Sumut Brigjen TNI Tumino Hadi, Danlanud Soewondo Kolonel Pnb S Chandra Siahaan hadir di lokasi.

Anggota DPD Parlindungan Purba, beberapa anggota DPRD Sumut, serta sejumlah sastrawan tampak serius menyimak kalimat demi kalimat karya sastrawan angkatan 1945 itu. “Hampir seluruh karya almarhum selalu menyenandungkan tentang kerinduan pada Bonapasogit . Jasad boleh pergi, jiwa boleh mati, tetapi karya terus akan abadi menginspirasi kita yang ditinggalkannya,” ujar Gatot.

Gubernur mengungkapkan rasa duka dan bangga saat menghadapi jenazah sastrawan Indonesia Sitor Situmorang. Duka karena Sitor telah meninggalkan kita dan bangga bahwa ternyata putra Samosir, putra Sumut, membanggakan karya dan prestasinya di tingkat internasional. Meskipun Sitor sudah tiada, tetapi semangat dan karyanya dapat menjadi inspirasi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Sumut dalam berkarya. “Tidak hanya dalam bidang sastra, tapi Sitor-Sitor yang menginspirasi dan memelopori dalam seluruh sisi kehidupan kita agar ke depan Sumut menjadi provinsi yang berdaya saing maju dan sejahtera,” ujarnya.

Panitia penyambutan jenazah yang juga mantan Sekdaprov Sumut RE Nainggolan mengatakan, Sitor Situmorang memiliki kecintaan besar terhadap Sumut sehingga banyak menghasilkan karya sastra berisi keutamaan Sumut, seperti keindahan Danau Toba dan sejarah perjuangan Sisingamangaraja.

“Saking cintanya terhadap Sumut, beliau berpesan untuk dimakamkan di kampung halamannya jika meninggal,” katanya.

Banyak diwartakan, esainya ‘Sastra Revolusioner’ lah yang mengakibatkan Sitor mendekam di penjara Gang Tengah Salemba, Jakarta pada 1967 sampai dengan 1975. Tidak ada proses peradilan sebelumnya.

Dia dijebloskan begitu saja ke dalam tahanan dengan tuduhan pemberontakan. Esainya itu sarat kritik tajam. Sebuah lembaga kebudayaan di bawah naungan PNI membuat rezim berkuasa saat itu merasa perlu menghentikan kreativitas Sitor.

Namun, ringan saja Sitor berkomentar, “Mungkin karena saya anti-Soeharto saja.” Itu alasan kenapa sastrawan besar itu terkurung di rutan Salemba delapan tahun berturut-turut. Sampai keluar dari penjara pun Sitor tak pernah tahu kesalahannya.

Tak ada seorang pun yang menghentikan Sitor menulis. Di dalam penjara, Sitor melahirkan dua karya sastra, Dinding Waktu (1976) dan Peta Perjalanan (1977). Setelah sempat menjalani tahanan rumah, Sitor pilih menetap di luar negeri.

Sejak 1981, Sitor diangkat sebagai dosen di Universitas Leiden, Belanda. Dalam pengembaraan hidupnya, Sitor tak pernah berhenti menulis.

Saat melanglang buana ke berbagai negara, seperti Pakistan, Perancis, dan Belanda, Sitor menghasilkan banyak karya. Cerpen Danau Toba (1981), Angin Danau (1982), cerita Anak-anak Gajah, Harimau, dan Ikan (1981), Guru Simailang dan Mogliani Utusan Raja Rom (1993), Toba Na Sae (1993).

Begitulah, Sitor telah pergi. Meski begitu, sejatinya dia telah kembali dari ‘petualangan’ ke berbagai rasa, pikiran, hasrat, maupun negara seperti yang ia tulis dalam sajak Tatahan Pesan Bunda larik terakhir:

 

Si Anak Hilang telah kembali!

Kujemput di pangkuanku! (bbs/ted/rbb)

 

 

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/