26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Mandor Kebun Tabrak Mati 3 Bocah di Tapsel

Jenazah-Ilustrasi
Jenazah-Ilustrasi

TAPSEL, SUMUTPOS.CO – Senin (5/1), sekitar pukul 14.30 WIB, menjadi hari yang memilukan bagi warga Dusun Marisi, Kec. Angkola Timur, Tapanuli Selatan. Tiga anak di dusun mereka tewas setelah ditabrak mobil. Ketiga bocah itu adalah Nurhasanah (12), Hasni Mardianna (6) dan Romi Harahap (2,5).

“Saya mau menghindari orangtua yang melintas tadi. Kemudian banting setir ke kanan, pak,” aku Budiman (32), sopir mobil Daihatsu Xenia warna Hitam BM 1746 JP yang menabrak ketiga korban, yang berlindung dari amukan massa di salah satu rumah warga di Jalan Lintas Sipirok-Psp Kilometer 17.

Budiman yang tercatat sebagai warga Kec. Natal, Kab. Mandailing Natal ini, membawa enam penumpang yang merupakan istri dan anak-anaknya. Ia melaju dari arah Sipirok menuju Kota Padangsidimpuan.

Sebelum menabrak para korban dan warung milik pasangan Irsan Siregar dan Sumiati, Budiman mengaku memacu kecepatan mobil berkisar 70 kilometer per jam. “Antara 60 hingga 70 kilometer lah Pak. Kami dari Tebingtinggi mau ke Natal,” ujar mandor perkebunan sawit itu sambari meneteskan airmata.

Di rumah sekira 100 meter dari tempat Budiman diamankannya, terdengar tangisan orangtua dari dua anak yang tewas. “Di mana si Sanah? Di mana dia oh Tuhan. Di mana Sanahku, inang,” tanya Amran sambil menangis di lantai rumahnya.

Informasi dihimpun dari beberapa saksi mata, Budiman melajukan mobil dengan kencang dari arah Sipirok dan tiba-tiba mengambil jalur kanan hingga menyeruduk warung yang pada saat itu ada tiga anak yang hendak membeli sesuatu.

Dan, sekitar enam meter dari sisi kanan warung, Nur Ulmi Solehah yang pada saat itu hendak pergi mengaji, ikut tertabrak dan terhempas ke dalam gorong-gorong dengan jarak delapan meter dari tempat semula.

“Dari warung ini, tiga anak itu sudah tergeletak dengan tubuh berceceran darah. Terus mobil itu masih melaju, dan di samping warung berjarak enam meter ini, anak Ustad (Nur Ulmi Solehah, red) yang mau ngaji pun kena. Sendalnya masih di sini. Begitupun, mobil itu terus melaju di antara selokan, sepertinya mau lari. Ban kanannya terjatuh baru berhenti. Kayaknya supirnya itu mengantuk,” ujar I Harahap, warga yang juga memberikan kesaksian kepada Petugas Satlantas Polres Tapsel.

Setelah kejadian, warga pun marah dan mengepung rumah tempat supir diamankan. Warga di sana menunggu di luar rumah yang dijaga ketat oleh polisi. Setelah mengevakuasi dari gorong-gorong jalan, polisi pun masuk ke rumah tempat supir dan keluarganya diamankan. Berselang dua langkah dari pintu rumah, warga pun menyambut dengan pukulan ke wajah supir disertai dengan cacian.

“Oiii, itu dia (supir, red) keluar. Ayo, kita ramai-ramaikan saja,” teriak salah seorang warga yang telah menunggu sekira 30 menit di luar rumah pengamanan.

Warga pun beramai-ramai mengejar supir dan berusaha melepaskan dari pengamanan petugas kepolisian. Polisi yang telah bersiap pun sigap mengamankan supir dari amukan massa yang terlanjur kalap.

Amukan massa yang sudah disiapkan itupun terhenti setelah mobil patwal lantas bernomor 1105-40 dengan cepat membawa supir maut itu ke Mapolres Tapsel untuk penyelidikan.

Sementara itu, istri Budiman, Sri Asih yang menggendong anak mereka yang baru berusia tiga tahun mengaku, mereka hendak menuju Natal setelah pulang kampung dari Tebingtinggi.

“Dia (Budiman,red) kerja di perkebunan pribadi masyarakat, jadi mandor. Kalau kami tidak ada luka, hanya luka kecil,” ujar wanita itu ketakutan.

Pemillik warung, Sumiati (20), menerangkan, pada saat kejadian dirinya sedang menonton di dalam warung. Lalu ia kaget dengan suara pecahan kaca stelingnya serta mobil yang cepat melintasi tepat di warung miliknya.

“Pas ke luar, saya lihat anak-anak itu sudah tergeletak berdarah dengan luka-luka parah tepat di depan warungku ini. Sementara si Ulmi saya tidak lihat,” ujarnya.

Kasat Lantas AKP Abdi Abdillah yang pada saat itu berada di TKP menyatakan para korban yang merupakan anak-anak meninggal dengan luka berat di bagian kepala dan dada.

Terpisah, Direktur RSUD Sipirok, dr Meini Basyariah melalui dokter jaga dr Eiya, Senin (5/1) mengatakan kalau pihaknya hanya memastikan dan menyatakan sudah meninggal dunia lalu membersihkan luka korban.

Dijelaskannya, sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan, dapat disimpulkan ketiga bocah tersebut meninggal dunia akibat trauma cedera hebat di kepala. Ada luka tulang di kepala, luka di dalam maupun luar.

Pantauan Metro Tabagsel (grup SUMUTPOS.CO), keluarga korban tak hentinya menangisi jasad ketiga korban. Mereka silih berganti memeluk dan menciumi bocah malang itu. Dan, selesai diperiksa dua ambulans disiapkan untuk membawa ketiga korban ke rumah duka di Kampung Janji Raja, Desa Marisi, Kec. Angkola Timur. Suara sirene dua unit ambulans pun memecahkan keharuan ratusan warga dengan tangisan yang berduyun datang ke rumah duka. (mag 1/ran/pmg/ras)

Jenazah-Ilustrasi
Jenazah-Ilustrasi

TAPSEL, SUMUTPOS.CO – Senin (5/1), sekitar pukul 14.30 WIB, menjadi hari yang memilukan bagi warga Dusun Marisi, Kec. Angkola Timur, Tapanuli Selatan. Tiga anak di dusun mereka tewas setelah ditabrak mobil. Ketiga bocah itu adalah Nurhasanah (12), Hasni Mardianna (6) dan Romi Harahap (2,5).

“Saya mau menghindari orangtua yang melintas tadi. Kemudian banting setir ke kanan, pak,” aku Budiman (32), sopir mobil Daihatsu Xenia warna Hitam BM 1746 JP yang menabrak ketiga korban, yang berlindung dari amukan massa di salah satu rumah warga di Jalan Lintas Sipirok-Psp Kilometer 17.

Budiman yang tercatat sebagai warga Kec. Natal, Kab. Mandailing Natal ini, membawa enam penumpang yang merupakan istri dan anak-anaknya. Ia melaju dari arah Sipirok menuju Kota Padangsidimpuan.

Sebelum menabrak para korban dan warung milik pasangan Irsan Siregar dan Sumiati, Budiman mengaku memacu kecepatan mobil berkisar 70 kilometer per jam. “Antara 60 hingga 70 kilometer lah Pak. Kami dari Tebingtinggi mau ke Natal,” ujar mandor perkebunan sawit itu sambari meneteskan airmata.

Di rumah sekira 100 meter dari tempat Budiman diamankannya, terdengar tangisan orangtua dari dua anak yang tewas. “Di mana si Sanah? Di mana dia oh Tuhan. Di mana Sanahku, inang,” tanya Amran sambil menangis di lantai rumahnya.

Informasi dihimpun dari beberapa saksi mata, Budiman melajukan mobil dengan kencang dari arah Sipirok dan tiba-tiba mengambil jalur kanan hingga menyeruduk warung yang pada saat itu ada tiga anak yang hendak membeli sesuatu.

Dan, sekitar enam meter dari sisi kanan warung, Nur Ulmi Solehah yang pada saat itu hendak pergi mengaji, ikut tertabrak dan terhempas ke dalam gorong-gorong dengan jarak delapan meter dari tempat semula.

“Dari warung ini, tiga anak itu sudah tergeletak dengan tubuh berceceran darah. Terus mobil itu masih melaju, dan di samping warung berjarak enam meter ini, anak Ustad (Nur Ulmi Solehah, red) yang mau ngaji pun kena. Sendalnya masih di sini. Begitupun, mobil itu terus melaju di antara selokan, sepertinya mau lari. Ban kanannya terjatuh baru berhenti. Kayaknya supirnya itu mengantuk,” ujar I Harahap, warga yang juga memberikan kesaksian kepada Petugas Satlantas Polres Tapsel.

Setelah kejadian, warga pun marah dan mengepung rumah tempat supir diamankan. Warga di sana menunggu di luar rumah yang dijaga ketat oleh polisi. Setelah mengevakuasi dari gorong-gorong jalan, polisi pun masuk ke rumah tempat supir dan keluarganya diamankan. Berselang dua langkah dari pintu rumah, warga pun menyambut dengan pukulan ke wajah supir disertai dengan cacian.

“Oiii, itu dia (supir, red) keluar. Ayo, kita ramai-ramaikan saja,” teriak salah seorang warga yang telah menunggu sekira 30 menit di luar rumah pengamanan.

Warga pun beramai-ramai mengejar supir dan berusaha melepaskan dari pengamanan petugas kepolisian. Polisi yang telah bersiap pun sigap mengamankan supir dari amukan massa yang terlanjur kalap.

Amukan massa yang sudah disiapkan itupun terhenti setelah mobil patwal lantas bernomor 1105-40 dengan cepat membawa supir maut itu ke Mapolres Tapsel untuk penyelidikan.

Sementara itu, istri Budiman, Sri Asih yang menggendong anak mereka yang baru berusia tiga tahun mengaku, mereka hendak menuju Natal setelah pulang kampung dari Tebingtinggi.

“Dia (Budiman,red) kerja di perkebunan pribadi masyarakat, jadi mandor. Kalau kami tidak ada luka, hanya luka kecil,” ujar wanita itu ketakutan.

Pemillik warung, Sumiati (20), menerangkan, pada saat kejadian dirinya sedang menonton di dalam warung. Lalu ia kaget dengan suara pecahan kaca stelingnya serta mobil yang cepat melintasi tepat di warung miliknya.

“Pas ke luar, saya lihat anak-anak itu sudah tergeletak berdarah dengan luka-luka parah tepat di depan warungku ini. Sementara si Ulmi saya tidak lihat,” ujarnya.

Kasat Lantas AKP Abdi Abdillah yang pada saat itu berada di TKP menyatakan para korban yang merupakan anak-anak meninggal dengan luka berat di bagian kepala dan dada.

Terpisah, Direktur RSUD Sipirok, dr Meini Basyariah melalui dokter jaga dr Eiya, Senin (5/1) mengatakan kalau pihaknya hanya memastikan dan menyatakan sudah meninggal dunia lalu membersihkan luka korban.

Dijelaskannya, sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan, dapat disimpulkan ketiga bocah tersebut meninggal dunia akibat trauma cedera hebat di kepala. Ada luka tulang di kepala, luka di dalam maupun luar.

Pantauan Metro Tabagsel (grup SUMUTPOS.CO), keluarga korban tak hentinya menangisi jasad ketiga korban. Mereka silih berganti memeluk dan menciumi bocah malang itu. Dan, selesai diperiksa dua ambulans disiapkan untuk membawa ketiga korban ke rumah duka di Kampung Janji Raja, Desa Marisi, Kec. Angkola Timur. Suara sirene dua unit ambulans pun memecahkan keharuan ratusan warga dengan tangisan yang berduyun datang ke rumah duka. (mag 1/ran/pmg/ras)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/