26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Air Mata Pele

SAO PAULO – Santos akhirnya kembali merebut juara Copa Libertadores setelah menanti selama 48 tahun. Sejak era Pele berlalu, klub raksasa Brazil itu selalu gagal merebut gelar di Copa Libertadores dan kemarin puasa gelar diakhiri.
Keberhasilan Santos menggenggam gelar ketiga mereka di kompetisi antarklub paling bergengsi di Amerika Selatan itu setelah menang 2-1 (0-0) atas Penarol pada second leg final di Pacaembu. Sebelumnya, pada first leg, kedua tim bermain seri tanpa gol.

Kemenangan atas Penarol juga mengulang hasil yang sama pada final edisi 1962. Ketika itu, Santos juga bersua dengan Penarol dan hasilnya klub berjuluk Santastico tersebut mengalahkan Penarol melalui playoff di Estadio Monumental, Buenos Aires.

Sejak semula, Santos memang lebih diunggulkan memenangkan laga final melawan Penarol. Dari segi permainan, Santos juga mendominasi laga, tapi selalu gagal menjebol gawang Penarol yang dikawal kiper Sebastian Sosa di babak pertama.

Baru pada babak kedua, Santos mampu memecah kebuntuan melalui gol Neymar pada menit ke-46. Kemudian, Danilo menambah keunggulan Santos pada menit ke-68. Adapun satu-satunya gol Penarol terjadi kibat bunuh diri bek Santos Durval di menit ke-79.      “Kami harus berterima kasih kepada dua pemain muda kami. Mereka menjadi penentu pada pertandingan penting ini. Neymar memang bermain kurang baik di babak pertama, karena pertahanan lawan tertutup, tapi dia menggila di babak kedua,” kata Pele, legenda Santos, seperti dikutip AP.

Pele ikut larut dengan para pemain Santos yang merayakan kemenangan di dalam lapangan usai laga. Tampak pula dia menitikkan air mata. “Sudah lama saya menantikan kembali momen seperti ini,” ungkap Pele.

Kepuasan juga tercurah di wajah Muricy Ramalho, pelatih Santos. Ini adalah gelar Copa Libertadores pertamanya. “Saya memenangkan lima gelar juara di Brazil, tapi masih mendapat kritik dari fans karena belum pernah juara Libertadores. Sekarang saya lega,” jelas Ramalho.

Sedangkan kekecewaan terlihat di wajah para pemain Penarol. “Saya tidak tahu apakah ini skor yang adil, tapi sejarah mencatat bahwa juaranya adalah Santos. Tim kami melakukan yang terbaik pada final kali ini,” bilang Juan Manuel Olivera, striker Penarol.

Sayang, kemenangan Santos itu sedikit ternoda dengan keributan yang terjadi seusai laga ketika penyerahan medali perak untuk Penarol yang menjadi runner-up. Pertengkaran sempat terjadi ketika para pemain merayakan kemenangannya. “Fans Santos masuk lapangan dan memprovokasi kami. Mereka harus belajar bagaimana cara untuk berselebrasi. Kami bisa menerima kekalahan ini,” bilang Alejandro Martinuccio, striker Penarol.
Kegagalan itu membuat Penarol mengubur mimpi mereka merebut gelar keenam di Copa Libertadores dan menyamai Boca Juniors. Ini juga menjadi kekalahan kelima mereka dalam sepuluh final yang pernah dilakoni mereka. (ham/jpnn)

SAO PAULO – Santos akhirnya kembali merebut juara Copa Libertadores setelah menanti selama 48 tahun. Sejak era Pele berlalu, klub raksasa Brazil itu selalu gagal merebut gelar di Copa Libertadores dan kemarin puasa gelar diakhiri.
Keberhasilan Santos menggenggam gelar ketiga mereka di kompetisi antarklub paling bergengsi di Amerika Selatan itu setelah menang 2-1 (0-0) atas Penarol pada second leg final di Pacaembu. Sebelumnya, pada first leg, kedua tim bermain seri tanpa gol.

Kemenangan atas Penarol juga mengulang hasil yang sama pada final edisi 1962. Ketika itu, Santos juga bersua dengan Penarol dan hasilnya klub berjuluk Santastico tersebut mengalahkan Penarol melalui playoff di Estadio Monumental, Buenos Aires.

Sejak semula, Santos memang lebih diunggulkan memenangkan laga final melawan Penarol. Dari segi permainan, Santos juga mendominasi laga, tapi selalu gagal menjebol gawang Penarol yang dikawal kiper Sebastian Sosa di babak pertama.

Baru pada babak kedua, Santos mampu memecah kebuntuan melalui gol Neymar pada menit ke-46. Kemudian, Danilo menambah keunggulan Santos pada menit ke-68. Adapun satu-satunya gol Penarol terjadi kibat bunuh diri bek Santos Durval di menit ke-79.      “Kami harus berterima kasih kepada dua pemain muda kami. Mereka menjadi penentu pada pertandingan penting ini. Neymar memang bermain kurang baik di babak pertama, karena pertahanan lawan tertutup, tapi dia menggila di babak kedua,” kata Pele, legenda Santos, seperti dikutip AP.

Pele ikut larut dengan para pemain Santos yang merayakan kemenangan di dalam lapangan usai laga. Tampak pula dia menitikkan air mata. “Sudah lama saya menantikan kembali momen seperti ini,” ungkap Pele.

Kepuasan juga tercurah di wajah Muricy Ramalho, pelatih Santos. Ini adalah gelar Copa Libertadores pertamanya. “Saya memenangkan lima gelar juara di Brazil, tapi masih mendapat kritik dari fans karena belum pernah juara Libertadores. Sekarang saya lega,” jelas Ramalho.

Sedangkan kekecewaan terlihat di wajah para pemain Penarol. “Saya tidak tahu apakah ini skor yang adil, tapi sejarah mencatat bahwa juaranya adalah Santos. Tim kami melakukan yang terbaik pada final kali ini,” bilang Juan Manuel Olivera, striker Penarol.

Sayang, kemenangan Santos itu sedikit ternoda dengan keributan yang terjadi seusai laga ketika penyerahan medali perak untuk Penarol yang menjadi runner-up. Pertengkaran sempat terjadi ketika para pemain merayakan kemenangannya. “Fans Santos masuk lapangan dan memprovokasi kami. Mereka harus belajar bagaimana cara untuk berselebrasi. Kami bisa menerima kekalahan ini,” bilang Alejandro Martinuccio, striker Penarol.
Kegagalan itu membuat Penarol mengubur mimpi mereka merebut gelar keenam di Copa Libertadores dan menyamai Boca Juniors. Ini juga menjadi kekalahan kelima mereka dalam sepuluh final yang pernah dilakoni mereka. (ham/jpnn)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/