MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kisah penyiksaan Maria Cristina Natalia Panjaitan (28) oleh ibu tirinya, ditelusuri wartawan dengan menyambangi rumah ibu tirinya, Saktiana boru Siahaan di Jalan Selam VI, No. 42, Kel. Tegal Sari Mandala I, Kec. Medan Denai, Selasa (3/2) malam.
Namun ketika wartawan menyambangi rumah tersebut, seorang pemuda berbadan gemuk berkulit gelap mengenakan kaos abu-abu dipadu celana pendek menyebutkan kalau Saktiana tidak tinggal di situ.
“Bukan di sini rumahnya, cari aja ke ujung-ujung sana,” ujarnya dengan nada tinggi disaksikan dua temannya yang tengah nongkrong di pagar rumah.
Saat ditanya ulang, pemuda yang belakangan diketahui adalah putra Saktiana langsung berang. “Tanya sama kepling,” ujarnya sambil membuang rokok di tangannya, seakan berusaha menutupi sesuatu.
Beberapa tetangga yang diwawancara mengaku tidak tahu menahu perihal penyiksaan terhadap Maria. “Waduh, kalau soal itu gak pernah tahu kita, kalau ada penyiksaan. Karena tertutup orangnya,” jelas pria paruh baya yang rambutnya yang sudah memutih ini.
Pun begitu, pria ini menegaskan kalau korban memang tinggal di rumah tersebut. “Kalau anak itu (korban) memang tinggal di situ, tapi jarang keluar anaknya, dia di rumah terus,” terangnya.
“Kalau tidak salah bapaknya Sintua lah, masak kek gitu kelakuan orang tuanya. Tapi bagus kulihat bapaknya ini,” heran pria paruh baya lainnya yang kesemuanya tengah nongkrong di tempat asah batu cincin.
Di lingkungan itu, keluarga Saktiana dikenal sebagai orang pasaran di luar kota. “Kalau adik-adik dari mamaknya itu memang dikenal ngerilah. Ada yang ajudan Ketua PP Sedunia, Yapto di Jakarta. Keluarga premanlah bisa kita bilang,” jelasnya tanpa mau memberitahukan namanya.
Senada, Kepala Lingkungan IX Kel. Tegal Sari Mandala I, Pak Pohan alias Ucok juga mengaku baru mengetahui perihal penyiksaan yang dialami Maria. “Baru tahu lah kalau ada kejadian ini. Biasanya kalau ada sesuatu, pasti warga ada yang ngabari,” ungkapnya saat ditemui di rumahnya.
Lanjut saat ditanyai mengenai tempramen dari ibu tiri korban, dirinya mengatakan kalau sering berjumpa dengan kedua orang korban. “Kalau mamaknya itu, orangnya biasa aja. Kalau disakiti, siapa yang nggak marah,” ujarnya.
“Kalau mggak salah bapaknya guru di Sibolga. Jadi pulangnya seminggu sekali. Kalau anaknya (Maria) ini kuliah di Unimed. Karena kemarin sempat ngurus Kartu Keluarga mau masuk kuliah,” jelasnya namun tidak mengetahui nama ayah korban.(bay/ras)