26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ketika Malaysia Bebas Keruk Untung

SUMUTPOS.CO- Proton Holdings Bhd (Proton) akan menjadi pihak yang sangat diuntungkan dari kerja sama dengan PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL), perusahaan milik mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) A.M Hendropriyono. Wajar jika brand otomotif Malaysia itu bersemangat. Karena, selain berpeluang ikut menikmati besarnya kue pasar otomotif Indonesia, mereka juga bakal punya pijakan mapan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Semangat itu terlihat dari Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Tun Razak yang langsung mengunggah prosesi penandatanganan kerja sama antara Proton dengan ACL yang dihadiri olehnya langsung serta disaksikan oleh presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Chairman/Founder Proton Mahathir Mohamad, lewat akun Twitter-nya.

“Menyaksikan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) untuk membangunkan (mewujudkan) kereta (mobil) kebangsaan Indonesia dengan Pres @jokowi_do2 dan Tun Mahathir semalam (Jumat, 06/02 malam),” tulisnya.

Dalam foto yang diunggah bersamaan dengan tulisan itu, Najib berdiri persis di samping kanan Jokowi yang berada di tengah diapit oleh dirinya bersama Mahathir. Ketiganya menyaksikan AM Hendropriyono sebagai CEO ACL dan CEO Proton, Dato’ Abdul Harith Abdullah yang sama-sama sedang menandatangani MoU tersebut.

Di belakang mereka terpampang backdrop besar yang di antaranya bertuliskan “Indonesia National Car” atau bisa diterjemahkan bebas sebagai mobil nasional.

Dari sisi bisnis, kerja sama ini bisa menjadi peluang bagi Proton untuk bangkit lagi. Maklum, penjualan produknya saat ini sedang lesu. Bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di negaranya sendiri yang pangsa pasarnya terus mengalami penurunan.

Di Indonesia, sepanjang 2014 penjualan Proton melalui PT Proton Edar Indonesia hanya mencapai 523 unit atau jauh di bawah target ditetapkan sebanyak 3.600 unit. Bandingkan dengan Toyota yang membukukan penjualan sebanyak 371.998 unit di Indonesia sepanjang 2014 atau setara lebih dari 1.000 unit per hari. Jadi, ketika Toyota mampu menjual 1.000 mobil sehari, Proton baru bisa menjual setengahnya dalam satu tahun.

Dari sisi produk, terutama mobil penumpang, Proton sebenarnya sudah berupaya memenuhi semua segmen. Perusahaan yang memiliki kepanjangan nama Perusahaan Otomotif Nasional (Malaysia) itu menawarkan 10 model di Indonesia. Semua model tersebut dibawa dalam bentuk impor utuh alias completely built up (CBU) dari Malaysia.

Tren penurunan penjualan Proton di Indonesia sudah terjadi sejak tahun sebelumnya. Pada 2013, Proton Edar Indonesia menargetkan penjualan 2.500 unit lalu di tengah perjalanan direvisi menjadi 1.900 unit dan akhirnya hanya terealisasi sekitar 60 persen dari target awal.

Setali tiga uang, di Malaysia, kedigdayaannya sebagai pemimpin pasar juga terus terkikis. Penjualan secara konsolidasi (grup) antara merek Proton dengan Perusahaan Otomotif Nasional Kedua (Perodua) meraih pangsa pasar 51 persen atau sebanyak 334.824 unit pada 2013. Pangsa pasar itu berkurang dibandingkan 53 persen (330.824 unit) pada 2012, dan 56 persen (338.646 unit) pada 2011.

Bagi Proton, hadirnya kerja sama khusus dengan Indonesia, akan memberikan tenaga tambahan untuk lebih bersaing terutama di pasar Indonesia. Pasar otomotif Indonesia mencapai 1,2 juta unit pada 2014 dan diperkirakan mencapai angka 2 juta unit dalam jangka menengah.

Di level ASEAN, Indonesia juga sudah meraih predikat pasar otomotif terbesar mengalahkan Thailand yang tahun lalu gagal menembus 1 juta unit karena hanya membukukan 881,832 ribu unit turun dibandingkan 1,33 juta unit pada 2013. Sebaliknya bagi Indonesia, secara rinci penjualan pada 2014 sebanyak 1,208 juta unit atau hanya turun 1,8 persen dibandingkan 1,229 juta unit pada 2013.

Data Asean Automotive Federation (AAF) mencatat pasar mobil ASEAN sepanjang 2014 sebanyak 3,190 juta unit atau turun 10,1 persen jika dibandingkan 3,549 juta unit pada 2013. Dengan total pasar itu maka pangsa pasar mobil Indonesia di Asean mencapai 38 persen.

Dengan begitu Proton berpeluang untuk bisa bersaing di pasar ASEAN, terlebih sebagai produsen dari Asia Tenggara, perusahaan dengan kode saham PROH di bursa Malaysia itu ingin tetap bersaing dalam rangka memasuki era MEA mulai akhir 2015. (gen/sof/jpnn/rbb)

SUMUTPOS.CO- Proton Holdings Bhd (Proton) akan menjadi pihak yang sangat diuntungkan dari kerja sama dengan PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL), perusahaan milik mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) A.M Hendropriyono. Wajar jika brand otomotif Malaysia itu bersemangat. Karena, selain berpeluang ikut menikmati besarnya kue pasar otomotif Indonesia, mereka juga bakal punya pijakan mapan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Semangat itu terlihat dari Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Tun Razak yang langsung mengunggah prosesi penandatanganan kerja sama antara Proton dengan ACL yang dihadiri olehnya langsung serta disaksikan oleh presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Chairman/Founder Proton Mahathir Mohamad, lewat akun Twitter-nya.

“Menyaksikan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) untuk membangunkan (mewujudkan) kereta (mobil) kebangsaan Indonesia dengan Pres @jokowi_do2 dan Tun Mahathir semalam (Jumat, 06/02 malam),” tulisnya.

Dalam foto yang diunggah bersamaan dengan tulisan itu, Najib berdiri persis di samping kanan Jokowi yang berada di tengah diapit oleh dirinya bersama Mahathir. Ketiganya menyaksikan AM Hendropriyono sebagai CEO ACL dan CEO Proton, Dato’ Abdul Harith Abdullah yang sama-sama sedang menandatangani MoU tersebut.

Di belakang mereka terpampang backdrop besar yang di antaranya bertuliskan “Indonesia National Car” atau bisa diterjemahkan bebas sebagai mobil nasional.

Dari sisi bisnis, kerja sama ini bisa menjadi peluang bagi Proton untuk bangkit lagi. Maklum, penjualan produknya saat ini sedang lesu. Bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di negaranya sendiri yang pangsa pasarnya terus mengalami penurunan.

Di Indonesia, sepanjang 2014 penjualan Proton melalui PT Proton Edar Indonesia hanya mencapai 523 unit atau jauh di bawah target ditetapkan sebanyak 3.600 unit. Bandingkan dengan Toyota yang membukukan penjualan sebanyak 371.998 unit di Indonesia sepanjang 2014 atau setara lebih dari 1.000 unit per hari. Jadi, ketika Toyota mampu menjual 1.000 mobil sehari, Proton baru bisa menjual setengahnya dalam satu tahun.

Dari sisi produk, terutama mobil penumpang, Proton sebenarnya sudah berupaya memenuhi semua segmen. Perusahaan yang memiliki kepanjangan nama Perusahaan Otomotif Nasional (Malaysia) itu menawarkan 10 model di Indonesia. Semua model tersebut dibawa dalam bentuk impor utuh alias completely built up (CBU) dari Malaysia.

Tren penurunan penjualan Proton di Indonesia sudah terjadi sejak tahun sebelumnya. Pada 2013, Proton Edar Indonesia menargetkan penjualan 2.500 unit lalu di tengah perjalanan direvisi menjadi 1.900 unit dan akhirnya hanya terealisasi sekitar 60 persen dari target awal.

Setali tiga uang, di Malaysia, kedigdayaannya sebagai pemimpin pasar juga terus terkikis. Penjualan secara konsolidasi (grup) antara merek Proton dengan Perusahaan Otomotif Nasional Kedua (Perodua) meraih pangsa pasar 51 persen atau sebanyak 334.824 unit pada 2013. Pangsa pasar itu berkurang dibandingkan 53 persen (330.824 unit) pada 2012, dan 56 persen (338.646 unit) pada 2011.

Bagi Proton, hadirnya kerja sama khusus dengan Indonesia, akan memberikan tenaga tambahan untuk lebih bersaing terutama di pasar Indonesia. Pasar otomotif Indonesia mencapai 1,2 juta unit pada 2014 dan diperkirakan mencapai angka 2 juta unit dalam jangka menengah.

Di level ASEAN, Indonesia juga sudah meraih predikat pasar otomotif terbesar mengalahkan Thailand yang tahun lalu gagal menembus 1 juta unit karena hanya membukukan 881,832 ribu unit turun dibandingkan 1,33 juta unit pada 2013. Sebaliknya bagi Indonesia, secara rinci penjualan pada 2014 sebanyak 1,208 juta unit atau hanya turun 1,8 persen dibandingkan 1,229 juta unit pada 2013.

Data Asean Automotive Federation (AAF) mencatat pasar mobil ASEAN sepanjang 2014 sebanyak 3,190 juta unit atau turun 10,1 persen jika dibandingkan 3,549 juta unit pada 2013. Dengan total pasar itu maka pangsa pasar mobil Indonesia di Asean mencapai 38 persen.

Dengan begitu Proton berpeluang untuk bisa bersaing di pasar ASEAN, terlebih sebagai produsen dari Asia Tenggara, perusahaan dengan kode saham PROH di bursa Malaysia itu ingin tetap bersaing dalam rangka memasuki era MEA mulai akhir 2015. (gen/sof/jpnn/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/