JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe Bakar Al Habsyi mengecam penyerangan oleh segerombolan orang yang mengaku dari penganut faham syiah ke kampung majelis Az Zikra di Sentul, Bogor, Rabu (11/2) malam.
Menurut Aboe, itu sudah merupakan tindakan pidana. “Tindakan penyerangan itu adalah perbuatan pidana, oleh karenanya penyerangan itu harus diproses secara hukum,” katanya di gedung DPR, Jakarta, Kamis (12/2).
Dia mengingatkan jangan sampai tindakan tersebut menjadi preseden buruk untuk kerukunan umat beragama dan keamanan di tanah air. Sehingga, kasus ini harus jadi peringatan bagi aparat kepolisian.
“Sebagai sebuah konflik sosial kasus ini merupakan sebuah warning buat aparat, ada potensi konflik baru antara sunni dan syiah,” tegasnya.
Menurut Aboe Bakar, jenis konflik ini sebenarnya telah muncul di Indonesia sebelumnya, seperti yang pernah terjadi di Sampang dan Jember. Karena itu potensi konflik yang seperti ini harus diantisipasi dengan baik oleh aparat.
“Jangan sampai konflik serupa timbul di daerah yang lain. Selain itu, kedatangan imigran syiah yang telah mencapai 6 ribu orang lebih seperti di Balikpapan, Medan dan Riau, juga memiliki potensi konflik yang sama. Ini harus diantisipasi dengan baik oleh aparat keamanan,” tandasnya. (fat/jpnn)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe Bakar Al Habsyi mengecam penyerangan oleh segerombolan orang yang mengaku dari penganut faham syiah ke kampung majelis Az Zikra di Sentul, Bogor, Rabu (11/2) malam.
Menurut Aboe, itu sudah merupakan tindakan pidana. “Tindakan penyerangan itu adalah perbuatan pidana, oleh karenanya penyerangan itu harus diproses secara hukum,” katanya di gedung DPR, Jakarta, Kamis (12/2).
Dia mengingatkan jangan sampai tindakan tersebut menjadi preseden buruk untuk kerukunan umat beragama dan keamanan di tanah air. Sehingga, kasus ini harus jadi peringatan bagi aparat kepolisian.
“Sebagai sebuah konflik sosial kasus ini merupakan sebuah warning buat aparat, ada potensi konflik baru antara sunni dan syiah,” tegasnya.
Menurut Aboe Bakar, jenis konflik ini sebenarnya telah muncul di Indonesia sebelumnya, seperti yang pernah terjadi di Sampang dan Jember. Karena itu potensi konflik yang seperti ini harus diantisipasi dengan baik oleh aparat.
“Jangan sampai konflik serupa timbul di daerah yang lain. Selain itu, kedatangan imigran syiah yang telah mencapai 6 ribu orang lebih seperti di Balikpapan, Medan dan Riau, juga memiliki potensi konflik yang sama. Ini harus diantisipasi dengan baik oleh aparat keamanan,” tandasnya. (fat/jpnn)