Dari empat percobaan itu, terlihat kejanggalan atas pesan berantai tentang cara menguji kandungan kimia pada beras. Sebab, empat percobaan tersebut menghasilkan warna nasi yang berbeda-beda. Yaitu, ungu, biru, dan hitam. Padahal, nasi yang digunakan untuk empat percobaan itu satu jenis dan dimasak dalam waktu bersamaan.
Dari situ muncul pertanyaan. Apakah dari satu jenis nasi itu bisa hanya mengandung pengawet atau pemutih saja? Yang membuat warna berbeda justru jumlah cairan antiseptik Betadine yang diteteskan. Semakin banyak cairan yang dimasukkan ke nasi, warnanya bisa berubah semakin pekat.
Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Surabaya Hardianingsih menyatakan, pesan berantai tersebut sebenarnya isu lama, tapi kembali terulang dan menyebar. Dia memastikan pesan berantai itu salah. ”Bukan hanya hoax, tapi juga menyesatkan,” tegasnya.
Hardianingsih menjelaskan, Betadine mengandung bahan iodin. Sedangkan beras mengandung amilum atau pati yang merupakan turunan dari karbohidrat. Ketika keduanya bertemu, yang terjadi adalah perubahan warna.
Menurut dia, uji iodin bertujuan mengidentifikasi karbohidrat. Jika ada perubahan warna biru atau lebih pekat, justru beras itu bagus. ”Berarti nasinya mengandung karbohidrat,” ucapnya. Sebaliknya, jika tidak berubah warna, nasi itu malah tidak mengandung karbohidrat.
Pola percampuran tersebut yang tidak dipahami masyarakat. Jika penerima pesan itu langsung mencoba sendiri, bisa dipastikan hasilnya akan sesuai kesimpulan yang ada pada pesan. Dampaknya, pasti resah. Padahal, perubahan itu tidak menunjukkan ada tidaknya pengawet dan pemutih. (lyn/eko/gun/c17/fat)