29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Promosi

Melihat Kota Medan dan Sumatera Utara beberapa waktu ke belakang lucu-lucu nikmat. Ya, perhatikan, cukup banyak gambar sosok di pinggir jalan. Tidak hanya di persimpangan yang ramai atau dalam istilah kerennya lokasi yang strategis, wajah sosok juga mewarnai kawasan yang tidak begitu ramai.
Mereka adalah bakal calon yang siap menguji kemampuan dalam even lima tahunan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara. Apakah mereka salah untuk melakukan hal itu?

Tentu sebagian orang akan menjawab tidak. Pasalnya, setiap tokoh tentunya ingin ‘mejeng’ agar warga mengenal atau makin akrab dengan mereka. Ujung-ujungnya, warga akan memilih mereka pada pemilihan yang akan digelar Maret 2013 mendatang. Nah, itulah yang namanya promosi.

Soal promosi memang cukup banyak cara. Selain memajang foto, ada juga yang menyampaikan buah pikiran mereka hingga khalayak tergoda mengikuti apa yang diinginkannya. Yang terbaru, promosi melalui orang lain. Istilah kerennya testimoni. Dengan kata lain, ketika seorang tokoh dianggap hebat, maka dia menggunakan mulut orang lain untuk mengatakan itu.

Terlepas dari berbagai trik maupun caranya, promosi tetap saja buaian. Intinya, dia belum menjadi sesuatu yang pasti, dia merayu, dia mencuci otak orang lain, dan dia belum nyata. Contohnya begini, ketika ada seorang tokoh berkoar soal programnya saat menjadi gubernur nanti, maka yang nyata adalah dia belum menjadi gubernur. Lucunya, kadang, saat berpromosi, dia melupakan apa yang dia lakukakan saat ini. Misalnya si A, dia tersangkut masalah hukum, tapi saat promosi untuk menjadi gubernur dia berkoar soal program birokrasi bersih dan kasus hukum. Lucu kan?

Hal semacam ini mirip dengan apa yang terjadi pada Pemprovsu. Ceritanya, pada even Indonesia International Infrastruktur, Konferensi dan Eksebisi di Jakarta beberapa hari lalu, pihak Pemprovsu menawarkan beberapa proyek yang akan dibangun di Medan kepada investor. Satu di antaranya adalah pembangunan jalan tol Medan-Kisaran. Saat itu, pihak Pemprovsu pun berkoar akan memberi kemudahan pada invenstor yang ingin berinvestasi. Kemudahan yang dimaksud di antaranya terkait akan segera merealisasikan perizinan satu atap, memudahkan proses pembebasan lahan, hingga tentunya juga menyiapkan grand desainnya. Fiuh. Siapa yang tak tergoda dengan kemudahan itu?

Apalagi, proyek Medan-Kisaran terkait atau berhubungan dengan megaproyek di Sumatera Utara, yakni Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke. Dan, sudah menjadi percakapan umum kalau di Sei Mangkei itu sudah ada Unilever yang siap menginvestasikan dananya senilai dua triliun rupiah!

Maka, menurut Sekda Provsu, Riadil Akhir, penawaran mereka mendapat sambutan yang sangat positif. Baik itu dari para investor dari dalam maupun luar negeri seperti Selandia Baru dan Australia. Bahkan saking seriusnya, lagi-lagi kata Riadil, dari sejumlah investor yang ada sebagian besar di antaranya telah menyatakan komitmen. Dan, sangat menginginkan sesegera mungkin adanya pertemuan lanjutan guna membahas hal tersebut secara lebih mendalam.
Kenyataannya, soal pembangunan jalan arteri non tol ke bandar udara yang ada di Kualanamu saja belum tuntas. Target jalan sepanjang 13,5 kilometer masih tersendat 2,3 kilometer. Jalan itu belum menyambung, tertahan soal pembebasan lahan. Nah, lucu bukan? Ya, seperti orang yang berpromosi soal birokrasi bebas kasus hukum sementara dia sendiri tersangkut kasus hukum.

Jadi, ketika Pemprovsu ‘menjual’ proyek tadi, maka sejatinya dia — menurut istilah Medan– semacam jual kecap.  Setidaknya, menurut Gatot Pujo Nugroho sebagai Plt Gubsu, tol Medan-Kisaran bukan prioritas. “Sekarang prioritas kita adalah Bandara Kualanamu,” begitu katanya.

Tapi sudahlah, seperti kata orang, namanya juga promosi. Maka, seorang konsumen tidak bisa protes kepada perusahaan obat ketika dia tidak sembuh dari penyakitnya. Padahal, dalam promosi obat itu, begitu minum obat sakit akan hilang. Nah, ketika dia minum kok tetap sakit.
Bukankah begitu? (*)

Melihat Kota Medan dan Sumatera Utara beberapa waktu ke belakang lucu-lucu nikmat. Ya, perhatikan, cukup banyak gambar sosok di pinggir jalan. Tidak hanya di persimpangan yang ramai atau dalam istilah kerennya lokasi yang strategis, wajah sosok juga mewarnai kawasan yang tidak begitu ramai.
Mereka adalah bakal calon yang siap menguji kemampuan dalam even lima tahunan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara. Apakah mereka salah untuk melakukan hal itu?

Tentu sebagian orang akan menjawab tidak. Pasalnya, setiap tokoh tentunya ingin ‘mejeng’ agar warga mengenal atau makin akrab dengan mereka. Ujung-ujungnya, warga akan memilih mereka pada pemilihan yang akan digelar Maret 2013 mendatang. Nah, itulah yang namanya promosi.

Soal promosi memang cukup banyak cara. Selain memajang foto, ada juga yang menyampaikan buah pikiran mereka hingga khalayak tergoda mengikuti apa yang diinginkannya. Yang terbaru, promosi melalui orang lain. Istilah kerennya testimoni. Dengan kata lain, ketika seorang tokoh dianggap hebat, maka dia menggunakan mulut orang lain untuk mengatakan itu.

Terlepas dari berbagai trik maupun caranya, promosi tetap saja buaian. Intinya, dia belum menjadi sesuatu yang pasti, dia merayu, dia mencuci otak orang lain, dan dia belum nyata. Contohnya begini, ketika ada seorang tokoh berkoar soal programnya saat menjadi gubernur nanti, maka yang nyata adalah dia belum menjadi gubernur. Lucunya, kadang, saat berpromosi, dia melupakan apa yang dia lakukakan saat ini. Misalnya si A, dia tersangkut masalah hukum, tapi saat promosi untuk menjadi gubernur dia berkoar soal program birokrasi bersih dan kasus hukum. Lucu kan?

Hal semacam ini mirip dengan apa yang terjadi pada Pemprovsu. Ceritanya, pada even Indonesia International Infrastruktur, Konferensi dan Eksebisi di Jakarta beberapa hari lalu, pihak Pemprovsu menawarkan beberapa proyek yang akan dibangun di Medan kepada investor. Satu di antaranya adalah pembangunan jalan tol Medan-Kisaran. Saat itu, pihak Pemprovsu pun berkoar akan memberi kemudahan pada invenstor yang ingin berinvestasi. Kemudahan yang dimaksud di antaranya terkait akan segera merealisasikan perizinan satu atap, memudahkan proses pembebasan lahan, hingga tentunya juga menyiapkan grand desainnya. Fiuh. Siapa yang tak tergoda dengan kemudahan itu?

Apalagi, proyek Medan-Kisaran terkait atau berhubungan dengan megaproyek di Sumatera Utara, yakni Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke. Dan, sudah menjadi percakapan umum kalau di Sei Mangkei itu sudah ada Unilever yang siap menginvestasikan dananya senilai dua triliun rupiah!

Maka, menurut Sekda Provsu, Riadil Akhir, penawaran mereka mendapat sambutan yang sangat positif. Baik itu dari para investor dari dalam maupun luar negeri seperti Selandia Baru dan Australia. Bahkan saking seriusnya, lagi-lagi kata Riadil, dari sejumlah investor yang ada sebagian besar di antaranya telah menyatakan komitmen. Dan, sangat menginginkan sesegera mungkin adanya pertemuan lanjutan guna membahas hal tersebut secara lebih mendalam.
Kenyataannya, soal pembangunan jalan arteri non tol ke bandar udara yang ada di Kualanamu saja belum tuntas. Target jalan sepanjang 13,5 kilometer masih tersendat 2,3 kilometer. Jalan itu belum menyambung, tertahan soal pembebasan lahan. Nah, lucu bukan? Ya, seperti orang yang berpromosi soal birokrasi bebas kasus hukum sementara dia sendiri tersangkut kasus hukum.

Jadi, ketika Pemprovsu ‘menjual’ proyek tadi, maka sejatinya dia — menurut istilah Medan– semacam jual kecap.  Setidaknya, menurut Gatot Pujo Nugroho sebagai Plt Gubsu, tol Medan-Kisaran bukan prioritas. “Sekarang prioritas kita adalah Bandara Kualanamu,” begitu katanya.

Tapi sudahlah, seperti kata orang, namanya juga promosi. Maka, seorang konsumen tidak bisa protes kepada perusahaan obat ketika dia tidak sembuh dari penyakitnya. Padahal, dalam promosi obat itu, begitu minum obat sakit akan hilang. Nah, ketika dia minum kok tetap sakit.
Bukankah begitu? (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/