26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Puing-puing St Paul’s yang Terkenal

Travel Tour Hongkong-Macau (6)

Oleh: DAME AMBARITA
Pemimpin Redaksi Sumut Pos

Lewat imigrasi di gedung perbelanjaan yang sama, peserta sudah sampai Macao. Ketemu tour guide baru bernama Pauline.
Macau adalah koloni Eropa tertua di Tiongkok, sejak abad ke-16. Pemerintahan Portugal menyerahkan kedaulatan Macau kepada Republik Rakyat Tiongkok di tahun 1999. Sejak itu Macau menjadi Daerah Administratif Khusus Tiongkok.

Mempunyai luas sekitar 6 mil persegi, Macau terletak di70 km sebelah barat daya Hongkong dan 145 km dari Guangzhou. Sebagai bekas jajahan Portugis, nuansa Portugis masih sangat kental di wilayah Macau. Karena itu, meski penduduk Macau kebanyakan bertutur dalam bahasa Kantonis -seperti juga masyarakat Hongkong, bahasa Portugis adalah bahasa resmi lain. Maka tulisan yang terpampang di instansi resmi maupun toko menggunakan dua bahasa, Tiongkok dan Portugis.

Karena sudah malam, Pauline langsung membawa peserta ke hotel, dan mengumumkan morning call esok paginya pukul 8. Pukul 8.30 sarapan, dan pukul 10 sudah siap-siap berangkat. Kali ini peserta tak perlu packing koper, karena untuk kali pertama peserta menginap selama 2 malam di kota dan hotel yang sama. Seppp…

Hari pertama, peserta dibawa melihat patung A-ma, tempat sembahyang umat Buddha tertua di Macao. Selanjutnya ke Senado Square seluas 3.700 meter per segi, yang dilapisi dengan batu-batu mosaik berwarna-warni dengan ombak, karya para ahli Portugis.

Nikmatnya udara sejuk, air mancur di tengah dan arsitektur yang kental dengan suasana Eropa, membuat kita serasa mampir sejenak di dunia Barat. Usai foto-foto, peserta dipandu jalan kaki ke Ruins of St. Paul’s, surganya para pejalan kaki. Ribuan orang hilir mudik jalan kaki di sana. Ada yang naik ke puing ada yang turun. Sepanjang jalan, berdiri toko-toko yang menjual jajanan. Boleh cicip jika mau.

Dan tibalah di depan puing-puing St Paul’s yang terkenal. Puing yang tersisa tinggal dinding depan gedung yang dahulunya universitas, terbuat dari pahatan batu. Kata Pauline, St Paul’s ini sudah tiga kali terbakar. Yang tersisa dari gereja terhebat Macau ini hanyalah halaman depan batunya yang luar biasa dan anak tangganya yang mengagumkan.

Setelah dua kali terbakar, gereja ini kembali dibangun tahun 1602 bertetanggaan dengan Universitas Jesuit St. Paul. Universitas ini merupakan universitas barat pertama di timur jauh, di mana para misionaris seperti Matteo Ricci dan Adam Schall belajar segala sesuatu tentang China, sebelum bekerja di Ming Court di Beijing sebagai astronomer dan ahli Matematika.

Menurut pengunjung terdahulu, gereja ini terbuat dari taipa dan kayu, didekorasi dan diberi perabotan yang indah. Dinding depannya yang terbuat dari batu ukiran dibangun pada 1602 oleh pelarian Kristen Jepang dan tukang kerajinan setempat, di bawah pengarahan Jesuit Italia Carlo Spinola.
Setelah mengusir para Jesuit, universitas tersebut digunakan sebagai barak tentara dan pada tahun 1835 api membakar dapur dan menghancurkan universitas dan gereja. Dinding depan yang selamat berdiri di atas empat kolom tiang dan ditutupi oleh ukiran dan patung yang dengan elok menggambarkan masa-masa awal gereja di Asia. Terdapat patung-patung Perawan dan Santo, lambang dari Taman Surga dan penyaliban, malaikat dan iblis, naga China dan krisan Jepang, kapal layar Portugis dan peringatan moral dalam tulisan China.

Setelah restorasi mulai tahun 1990 sampai 1995, bagian belakang Ruins of St. Paul’s diubah menjadi museum. Reruntuhannya dianggap sebagai simbol dari Macau, dan sekarang menawarkan kepada pengunjung situs baru di mana mereka dapat melihat sisa-sisa dari apa yang dulu adalah Gereja Bunda Tuhan.

Mitos yang beredar, kata Pauline, kebakaran gereja St Paul’s sampai 3 kali itu karena posisinya yang diapit kuil-kuil, khususnya kuil Naza. Di mana, Naza merupakan dewa yang agak nakal dan hobi main api. “Posisi gereja ini kurang hong sui,” cetusnya.

Di Macau juga ada patung yang sedikit aneh. Dengan tinggi kira2 15 meter, patung itu sebagai kenang-kenangan dari Portugis sebelum menyerahkan Macau ke China. Disebut aneh karena patung itu badannya badan Bunda Maria, tapi ditutupi jubah Dewi Kwan Im. Jadi mirip perpaduan antara Portugis Katolik dengan China yang percaya dewa-dewa. “Kami menyebutkan Dewi Kwan Im bule,” kekeh Pauline.

Selanjutnya perjalanan berlanjut ke gedung pertunjukan film 4D untuk menyaksikan Dragon Treasure atau sering juga disebut juga The Buble Show. Bayar 80 Dolar Hong Kong per orang, gedung pertunjukan ternyata tidak memakai kursi alias harus berdiri. Layarnya adalah atap gedung berbentuk kubah, dengan durasi pertunjukan sekitar 45 menit. Jadi selama itu, kepala kita harus menengadah ke atas.

Pertunjukannya sendiri cukup menarik, dengan berbagai variasi dan permainan lampu, filmnya film animasi, menceritakan tentang harta karun di bawah laut yang dijaga oleh naga. Cukup bagus. (dame)

Travel Tour Hongkong-Macau (6)

Oleh: DAME AMBARITA
Pemimpin Redaksi Sumut Pos

Lewat imigrasi di gedung perbelanjaan yang sama, peserta sudah sampai Macao. Ketemu tour guide baru bernama Pauline.
Macau adalah koloni Eropa tertua di Tiongkok, sejak abad ke-16. Pemerintahan Portugal menyerahkan kedaulatan Macau kepada Republik Rakyat Tiongkok di tahun 1999. Sejak itu Macau menjadi Daerah Administratif Khusus Tiongkok.

Mempunyai luas sekitar 6 mil persegi, Macau terletak di70 km sebelah barat daya Hongkong dan 145 km dari Guangzhou. Sebagai bekas jajahan Portugis, nuansa Portugis masih sangat kental di wilayah Macau. Karena itu, meski penduduk Macau kebanyakan bertutur dalam bahasa Kantonis -seperti juga masyarakat Hongkong, bahasa Portugis adalah bahasa resmi lain. Maka tulisan yang terpampang di instansi resmi maupun toko menggunakan dua bahasa, Tiongkok dan Portugis.

Karena sudah malam, Pauline langsung membawa peserta ke hotel, dan mengumumkan morning call esok paginya pukul 8. Pukul 8.30 sarapan, dan pukul 10 sudah siap-siap berangkat. Kali ini peserta tak perlu packing koper, karena untuk kali pertama peserta menginap selama 2 malam di kota dan hotel yang sama. Seppp…

Hari pertama, peserta dibawa melihat patung A-ma, tempat sembahyang umat Buddha tertua di Macao. Selanjutnya ke Senado Square seluas 3.700 meter per segi, yang dilapisi dengan batu-batu mosaik berwarna-warni dengan ombak, karya para ahli Portugis.

Nikmatnya udara sejuk, air mancur di tengah dan arsitektur yang kental dengan suasana Eropa, membuat kita serasa mampir sejenak di dunia Barat. Usai foto-foto, peserta dipandu jalan kaki ke Ruins of St. Paul’s, surganya para pejalan kaki. Ribuan orang hilir mudik jalan kaki di sana. Ada yang naik ke puing ada yang turun. Sepanjang jalan, berdiri toko-toko yang menjual jajanan. Boleh cicip jika mau.

Dan tibalah di depan puing-puing St Paul’s yang terkenal. Puing yang tersisa tinggal dinding depan gedung yang dahulunya universitas, terbuat dari pahatan batu. Kata Pauline, St Paul’s ini sudah tiga kali terbakar. Yang tersisa dari gereja terhebat Macau ini hanyalah halaman depan batunya yang luar biasa dan anak tangganya yang mengagumkan.

Setelah dua kali terbakar, gereja ini kembali dibangun tahun 1602 bertetanggaan dengan Universitas Jesuit St. Paul. Universitas ini merupakan universitas barat pertama di timur jauh, di mana para misionaris seperti Matteo Ricci dan Adam Schall belajar segala sesuatu tentang China, sebelum bekerja di Ming Court di Beijing sebagai astronomer dan ahli Matematika.

Menurut pengunjung terdahulu, gereja ini terbuat dari taipa dan kayu, didekorasi dan diberi perabotan yang indah. Dinding depannya yang terbuat dari batu ukiran dibangun pada 1602 oleh pelarian Kristen Jepang dan tukang kerajinan setempat, di bawah pengarahan Jesuit Italia Carlo Spinola.
Setelah mengusir para Jesuit, universitas tersebut digunakan sebagai barak tentara dan pada tahun 1835 api membakar dapur dan menghancurkan universitas dan gereja. Dinding depan yang selamat berdiri di atas empat kolom tiang dan ditutupi oleh ukiran dan patung yang dengan elok menggambarkan masa-masa awal gereja di Asia. Terdapat patung-patung Perawan dan Santo, lambang dari Taman Surga dan penyaliban, malaikat dan iblis, naga China dan krisan Jepang, kapal layar Portugis dan peringatan moral dalam tulisan China.

Setelah restorasi mulai tahun 1990 sampai 1995, bagian belakang Ruins of St. Paul’s diubah menjadi museum. Reruntuhannya dianggap sebagai simbol dari Macau, dan sekarang menawarkan kepada pengunjung situs baru di mana mereka dapat melihat sisa-sisa dari apa yang dulu adalah Gereja Bunda Tuhan.

Mitos yang beredar, kata Pauline, kebakaran gereja St Paul’s sampai 3 kali itu karena posisinya yang diapit kuil-kuil, khususnya kuil Naza. Di mana, Naza merupakan dewa yang agak nakal dan hobi main api. “Posisi gereja ini kurang hong sui,” cetusnya.

Di Macau juga ada patung yang sedikit aneh. Dengan tinggi kira2 15 meter, patung itu sebagai kenang-kenangan dari Portugis sebelum menyerahkan Macau ke China. Disebut aneh karena patung itu badannya badan Bunda Maria, tapi ditutupi jubah Dewi Kwan Im. Jadi mirip perpaduan antara Portugis Katolik dengan China yang percaya dewa-dewa. “Kami menyebutkan Dewi Kwan Im bule,” kekeh Pauline.

Selanjutnya perjalanan berlanjut ke gedung pertunjukan film 4D untuk menyaksikan Dragon Treasure atau sering juga disebut juga The Buble Show. Bayar 80 Dolar Hong Kong per orang, gedung pertunjukan ternyata tidak memakai kursi alias harus berdiri. Layarnya adalah atap gedung berbentuk kubah, dengan durasi pertunjukan sekitar 45 menit. Jadi selama itu, kepala kita harus menengadah ke atas.

Pertunjukannya sendiri cukup menarik, dengan berbagai variasi dan permainan lampu, filmnya film animasi, menceritakan tentang harta karun di bawah laut yang dijaga oleh naga. Cukup bagus. (dame)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/