25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Tugas Pemandu: Memastikan Peserta Masih Hidup sampai Paris

Ke Prancis Bersepeda Merasakan Rute dan Kehebohan Tour de France 2012 (2)

RAKIT SEPEDA: Tour de France-peserta Jawa Pos  Tour de Franc 2012 merakit sepedanya masing masing.  akan digunakan untuk Tout  pau  sekitarnya. //Boy Slanet/jawa Pos/jpnn
RAKIT SEPEDA: Tour de France-peserta Jawa Pos Tour de Franc 2012 merakit sepedanya masing masing. yang akan digunakan untuk Tout di pau dan sekitarnya. //Boy Slanet/jawa Pos/jpnn

Peserta rombongan ke Prancis ini benar-benar gear head. Sepanjang perjalanan dari Indonesia, tidak henti-hentinya mereka bicara soal teknologi sepeda, ajang balap sepeda, atau pengalaman-pengalaman masa lalu. Siapa lagi yang ketika sedang duduk menunggu boarding justru saling membuka laptop dan mendiskusikan geometri sepeda masing-masing?
Padahal, perjalanan tidaklah sebentar.

Rombongan dari Surabaya berangkat pada Sabtu (14/7), pukul 14.30 WIB, dari Bandara Juanda. Di Jakarta, rombongan bertemu rekan dari ibu kota dan Makassar, lalu naik Turkish Airline pukul 19.50.

Transit sejam di Singapura, lalu terbang lebih dari 11 jam ke Istanbul. Di ibu kota Turki itu, transit lagi hampir lima jam, lalu terbang ke Toulouse. Mendarat di Toulouse sekitar pukul 14.00 Minggu sore (15/7) alias 19.00 WIB.

Di Bandara Toulouse yang kecil dan supersepi, rombongan dijemput wakil dari Discover France, pengelola program bersama ASO (Amaury Sport Organisation), penyelenggara Tour de France.
Dari situ naik van, menempuh perjalanan darat dua jam lagi menuju Pau. Berarti, total perjalanan lebih dari 30 jam!

Sebenarnya, kalau mau terbang ke Paris, mungkin lebih cepat mendaratnya. Hanya, sampai Pau-nya mungkin lebih parah. Sebab, dari Paris ke Pau, harus naik kereta selama minimal enam jam!

Tiba di hotel di Pau. Kami hanya diberi kesempatan 30 menit untuk menaruh barang dan cuci muka. Harus langsung mengikuti brifing.
Penjelasan disampaikan Francois Bernard dan Martin Caujolles, dua guide sekaligus driver sekaligus mekanik yang akan membantu kami selama menjalani program.

Saat brifing itu, kami diberi paket makanan untuk bersepeda (Power Bar, gel, dan lain-lain) serta tas ransel Tour de France berisi jersey, topi, dan suvenir lain. Ada pula buku dan buklet panduan selama mengikuti program.
Saat penjelasan dimulai, Francois Bernard dengan tegas meminta semua memperhatikan penuh. Sebab, ini berkaitan dengan keselamatan peserta selama berada di Prancis.

“Kalian sekarang masih hidup, dan tugas utama kami adalah memastikan kalian terus hidup sampai finis di Paris,” ucap Bernard, dengan intonasi yang bisa dikira serius, bisa juga dikira bercanda.
Dia pun menjelaskan berbagai hal penting. Mulai pentingnya ketepatan waktu, cara bersepeda yang baik dan aman, peraturan lalu lintas, serta prosedur-prosedur ketat yang diterapkan bila ingin menikmati Tour de France sebaik mungkin.

“Ketepatan waktu sangatlah penting. Pihak ASO (penyelenggara Tour de France, Red) punya jadwal yang tegas. Kalau kita terlambat, mereka tidak akan menunggu kita satu detik pun,” tegasnya.

Kelar brifing, semua langsung diajak menuju garasi parkir di basement hotel. Seluruh koper sepeda sudah tersusun di sana. Ini waktunya untuk merakit dan menyetel sepeda, memastikan kondisinya prima untuk petualangan beberapa hari ke depan.

Walau sudah di-packing sebaik mungkin, masalah-masalah kecil selalu muncul. Mulai kuku macan (dudukan rear derailleur) yang bengkok, ban meletus, ban sulit dipompa, dan sebagainya.

Para peserta pun saling membantu. Bernard dan Martin Caujolles dengan cekatan membereskan masalah-masalah yang muncul. Mereka benar-benar mekanik hebat, dan mereka dilengkapi supply perlengkapan serta spare part yang membuat peserta kagum.

Sepeda sudah selesai, rombongan langsung diajak makan malam, sekaligus bertemu peserta dari negara lain. Ada yang datang dari Kanada, Amerika Serikat, Brasil, dan Australia.

Meski tahun ini ada 16 orang dari Indonesia, peserta terbanyak datang dari Negeri Paman Sam. “Sekitar 60 persen peserta program kami datang dari Amerika,” ungkap Bernard.

Makan superkenyang, rombongan balik ke hotel untuk benar-benar istirahat. Tidur ‘normal’ pertama sejak meninggalkan Indonesia Sabtu lalu (14/7).
Tidur harus maksimal karena pada hari berikutnya, Senin (16/7), rombongan akan menempuh rute menanjak cukup melelahkan. Dan pada hari pertama itu, Bernard dan Caujolles akan ‘mengukur’ kemampuan rombongan dari Indonesia. Kecepatan dan ketangguhan yang ditunjukkan akan digunakan sebagai acuan program hari-hari selanjutnya. (bersambung)

Ke Prancis Bersepeda Merasakan Rute dan Kehebohan Tour de France 2012 (2)

RAKIT SEPEDA: Tour de France-peserta Jawa Pos  Tour de Franc 2012 merakit sepedanya masing masing.  akan digunakan untuk Tout  pau  sekitarnya. //Boy Slanet/jawa Pos/jpnn
RAKIT SEPEDA: Tour de France-peserta Jawa Pos Tour de Franc 2012 merakit sepedanya masing masing. yang akan digunakan untuk Tout di pau dan sekitarnya. //Boy Slanet/jawa Pos/jpnn

Peserta rombongan ke Prancis ini benar-benar gear head. Sepanjang perjalanan dari Indonesia, tidak henti-hentinya mereka bicara soal teknologi sepeda, ajang balap sepeda, atau pengalaman-pengalaman masa lalu. Siapa lagi yang ketika sedang duduk menunggu boarding justru saling membuka laptop dan mendiskusikan geometri sepeda masing-masing?
Padahal, perjalanan tidaklah sebentar.

Rombongan dari Surabaya berangkat pada Sabtu (14/7), pukul 14.30 WIB, dari Bandara Juanda. Di Jakarta, rombongan bertemu rekan dari ibu kota dan Makassar, lalu naik Turkish Airline pukul 19.50.

Transit sejam di Singapura, lalu terbang lebih dari 11 jam ke Istanbul. Di ibu kota Turki itu, transit lagi hampir lima jam, lalu terbang ke Toulouse. Mendarat di Toulouse sekitar pukul 14.00 Minggu sore (15/7) alias 19.00 WIB.

Di Bandara Toulouse yang kecil dan supersepi, rombongan dijemput wakil dari Discover France, pengelola program bersama ASO (Amaury Sport Organisation), penyelenggara Tour de France.
Dari situ naik van, menempuh perjalanan darat dua jam lagi menuju Pau. Berarti, total perjalanan lebih dari 30 jam!

Sebenarnya, kalau mau terbang ke Paris, mungkin lebih cepat mendaratnya. Hanya, sampai Pau-nya mungkin lebih parah. Sebab, dari Paris ke Pau, harus naik kereta selama minimal enam jam!

Tiba di hotel di Pau. Kami hanya diberi kesempatan 30 menit untuk menaruh barang dan cuci muka. Harus langsung mengikuti brifing.
Penjelasan disampaikan Francois Bernard dan Martin Caujolles, dua guide sekaligus driver sekaligus mekanik yang akan membantu kami selama menjalani program.

Saat brifing itu, kami diberi paket makanan untuk bersepeda (Power Bar, gel, dan lain-lain) serta tas ransel Tour de France berisi jersey, topi, dan suvenir lain. Ada pula buku dan buklet panduan selama mengikuti program.
Saat penjelasan dimulai, Francois Bernard dengan tegas meminta semua memperhatikan penuh. Sebab, ini berkaitan dengan keselamatan peserta selama berada di Prancis.

“Kalian sekarang masih hidup, dan tugas utama kami adalah memastikan kalian terus hidup sampai finis di Paris,” ucap Bernard, dengan intonasi yang bisa dikira serius, bisa juga dikira bercanda.
Dia pun menjelaskan berbagai hal penting. Mulai pentingnya ketepatan waktu, cara bersepeda yang baik dan aman, peraturan lalu lintas, serta prosedur-prosedur ketat yang diterapkan bila ingin menikmati Tour de France sebaik mungkin.

“Ketepatan waktu sangatlah penting. Pihak ASO (penyelenggara Tour de France, Red) punya jadwal yang tegas. Kalau kita terlambat, mereka tidak akan menunggu kita satu detik pun,” tegasnya.

Kelar brifing, semua langsung diajak menuju garasi parkir di basement hotel. Seluruh koper sepeda sudah tersusun di sana. Ini waktunya untuk merakit dan menyetel sepeda, memastikan kondisinya prima untuk petualangan beberapa hari ke depan.

Walau sudah di-packing sebaik mungkin, masalah-masalah kecil selalu muncul. Mulai kuku macan (dudukan rear derailleur) yang bengkok, ban meletus, ban sulit dipompa, dan sebagainya.

Para peserta pun saling membantu. Bernard dan Martin Caujolles dengan cekatan membereskan masalah-masalah yang muncul. Mereka benar-benar mekanik hebat, dan mereka dilengkapi supply perlengkapan serta spare part yang membuat peserta kagum.

Sepeda sudah selesai, rombongan langsung diajak makan malam, sekaligus bertemu peserta dari negara lain. Ada yang datang dari Kanada, Amerika Serikat, Brasil, dan Australia.

Meski tahun ini ada 16 orang dari Indonesia, peserta terbanyak datang dari Negeri Paman Sam. “Sekitar 60 persen peserta program kami datang dari Amerika,” ungkap Bernard.

Makan superkenyang, rombongan balik ke hotel untuk benar-benar istirahat. Tidur ‘normal’ pertama sejak meninggalkan Indonesia Sabtu lalu (14/7).
Tidur harus maksimal karena pada hari berikutnya, Senin (16/7), rombongan akan menempuh rute menanjak cukup melelahkan. Dan pada hari pertama itu, Bernard dan Caujolles akan ‘mengukur’ kemampuan rombongan dari Indonesia. Kecepatan dan ketangguhan yang ditunjukkan akan digunakan sebagai acuan program hari-hari selanjutnya. (bersambung)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/