Oleh: Faliruddin Lubis
Redaktur Pelaksana Sumut Pos
Cerita banjir yang menimpa warga yang tinggal di bantaran Sungai Deli sudah tak asing lagi di telinga warga Kota Medan. Setiap hujan deras setengah jam saja, banjir sudah merendam rumah mereka hingga sepinggang orang dewasa.
Teman saya yang pernah ngontrak di daerah tersebut bilang, kalau banjir di daerah itu sudah tak aneh lagi. Bahkan, warga yang tinggal di sana selalu waspada dengan membuat loteng di rumah masing-masing untuk menyimpan barang kalau-kalau banjir datang.
Warga di sana, katanya, tak heran jika setahun sekali harus mengungsi ke rumah famili atau hotel karena pasti diterpa banjir besar. Nah, yang jadi pertanyaan kenapa mereka tak memilih pindah dari tempat itu. Sementara lokasinya saja memang rawan banjir, karena berada di pinggir sungai.
Kawan saya tadi pernah cerita karena sudah turun temurun tinggal di situ, sehingga tak mau lagi meninggalkan daerah tersebut. Yang kedua, katanya, mau pindah ke mana? Sementara untuk membeli rumah harganya mahal. Sedangkan kalau rumah di daerah itu dijual harganya murah dan terkadang tak ada yang mau beli.
Tapi, Pemerintah Kota (Pemko) Medan sudah berupaya memberikan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang diperuntukkan khusus untuk masyarakat pinggir Sungai Deli. Pemko Medan juga sudah membangun sebanyak enam rusunawa yang diperuntukkan bagi masyarakat di pinggir Sungai Deli karena selama ini mereka menghuni rumah yang berada di bantaran Sungai Deli dan sangat rawan terhadap banjir.
Untuk memenuhi kebutuhan rusunawa bagi masyarakat khususnya masyarakat di bantaran Sungai Deli, Pemko Medan juga terus berkoordinasi dengan Menteri Perumahan Rakyat (Menpera).
Tapi, kalau mendengar cerita teman saya dan warga sekitar pesimis mereka bakal mau pindah. Pasalnya, seperti banjir yang datang berkali-kali itu. Warga di sana juga berkali-kali mengaku tidak ingin pindah karena sudah turun temurun tinggal di lokasi tersebut. Apalagi mereka mengaku sudah terbiasa dengan banjir yang selalu datang hampir tiap tahun.
Ironisnya lagi, warga di sana malah mengaku sudah lama pemerintah mencoba memindahkan seluruh warga. Namun berdasarkan kesepakatan, seluruhnya tidak bersedia pindah kecuali rumah yang disediakan tersebut berlokasi di tempat sama.
Dari ungkapan teman saya dan beberapa warga, tak perlu pesimis. Sebenarnya warga di pinggiran Sungai Deli itu pasti mau pindah. Syaratnya, mereka dialokasikan di lokasi yang juga masih berada di Kota Medan, tidak di pinggiran Kota Medan. Satu lagi, jangan ditempatkan di rusunawa, setidaknya perumahan lah. Pasti mereka mau pindah meskipun mereka sudah turun temurun tinggal di lokasi itu.
Memang, jangankan mereka yang selalu terkena banjir, warga yang tak punya rumah pun terkadang tak mau dipindah ke runusawa. Pasalnya, kondisi runusawa di Kota Medan rata-rata kumuh. Selain itu, belum familiar di Kota Medan, sehingga mendengar nama rusunawa saja, warga Medan langsung tidak ngeh.
Jadi, sebenarnya warga menginginkan perumahan yang lebih baik bukan di rusunawa. Makanya, mereka tetap ngotot pilih banjir daripada tinggal di rusunawa. (*)