28.9 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Indonesia Beli Enam Sukhoi

JAKARTA-Musibah Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak tak mengganggu hubungan dagang maupun kerjasama strategis antara Indonesia-Rusia. Bahkan, Kementerian Pertahanan sudah teken kontrak dengan pihak Rusia untuk membeli enam pesawat Sukhoi dan 35 tank jenis BMP-3F.

“Benar, sudah ditandatangani Jumat (11/5) lalu,” ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen Hartind Asrin kemarin. Kementrian Pertahanan diwakili Kepala badan Sarana Pertahanan Mayjen Ediwan Prabowo. Sedangkan pihak Rusia diwakili kepala perwakilan Rosoboronexport Rusia Vadim Varaksin.

Pengadaan 37 tank itu mempergunakan fasilitas pendanaan pada tahun anggaran 2011. Pengadaan kali ini adalah tindak lanjut belanja tank yang sama sejumlah 17 unit pada 2008 lalu.

Menurut Brigjen Hartind pemeblian tank dari Rusia itu untuk memenuhi kebutuhan TNI Angkatan Laut. “Nanti, akan digunakan oleh Marinir,” kata mantan atase pertahanan KBRI Malaysia ini.

Pihak JSC Rosoboronexport Rusia bersedia memberikan Transfers of Technology (ToT) yaitu berupa peningkatan kemampuan workshop dari TNI AL didalam memiliki kemampuan pemeliharaan yang baik terhadap tank-tank tersebut. “Ini termasuk baru, karena kalau ada transfer ilmu, kita tidak perlu menggunakan teknisi dari Rusia,” katanya.

Selain itu, Kementerian Pertahanan juga akan mendatangkan enam jet tempur Sukhoi MK2 dari Rusia pada tahun ini. “Nanti akan datang sekitar Desember secara bertahap,” kata jenderal bintang satu ini.

Target TNI AU dan Kementerian Pertahanan akan membuat satu skuadron Sukhoi (16 pesawat). “Saat ini baru 10 dan berbasis di skuadron 11 Sukhoi Lanud hasanuddin Makassar,” jelasnya.

Pencarian Korban Resmi Dihentikan

Sementara itu, pencarian korban Sukhoi Superjet (SSJ) 100 resmi dihentikan sejak sore Jumat (18/5). Tapi tidak semua personel ditarik. Sesuai rencana sebelumnya, 186 personel akan disisakan dengan misi mencari flight data recorder (FDR) sampai ketemu. Misi tersebut kini disarahkan ke aparat wilayah tapi tetap dalam komando Kabasarnas.

“Sesuai dengan peraturan pemerintah, operasi SAR yang sudah dilangsungkan selama tujuh hari dapat dihentikan,” kata Ketua Basarnas Marsekal Madya Daryatmo di Bandara Halim Perdana Kusuma sore kemarin. Operasi SAR SSJ 100 dimulai sejak 9 Mei, terhitung saat SSJ 100 kehilangan kontak.
Dengan begitu, kemarin adalah hari ke 10 operasi pencarian. Menurut Daryatmo, berdasarkan perkembangan, kini tim di lapangan sudah tidak lagi menemukan tanda-tanda akan ditemukannya korban. Kedua alasan itulah yang membuat Basarnas memutuskan untuk menutup operasi evakuasi korban Sukoi SSJ 100. Tapi, jika dalam perkembangannya ditemukan kembali tanda kemungkinan ada korban yang belum dievakuasi, maka operasi bisa dibuka kembali.

Bukan berarti ditutupnya operasi permasalah di lapangan selesai. Kini pekerjaan rumah selanjutnya adalah menemukan FDR yang hingga sore kemarin keberadaannya masih misterius.

Menurut Daryatmo, selain Basarnas kini misi pencarian FDR hanya diserahkan pada aparat kewilayahan. “Dalam hal ini Korem 061 Surya Kencana, Lanud Atang Sanjaya. Semuanya bawah koordinasi Kabasarnas,” terangnya.

Komposisi personel pemburu FDR adalah, Korem 061 Surya Kencana menerjunkan 2 SST (Satuan Setingkat Pleton, 30 personel per SST). Kekuatan Korem akan diback up Kopassus dan Kopaskhas yang masing juga menerjunkan 2 SST. Sedangkan Lanud Atang Sanjaya tetap akan mengerahkan helikopter-helikopternya untuk keperluan logistik dan evakuasi.

Pencarian FDR akan dilakukan sekuat tenaga sampai barang yang berfungsi merekam segala perilaku pesawat itu ditemukan. Dia tidak menyebut kapan batas waktu pencarian FDR. Yang jelas, tim dilapangan berupaya penuh menemukannya.

Ya, FDR memang sangat penting untuk keperluan investigasi. Jika alat tersebut ditemukan, maka penyebab jatuhnya SSJ 100 hampir bisa dipastikan diketahui, mengingat komponen CVR yang merekam pembicaraan di pesawat sudah lebih dulu ditemukan. Seperti diberitakan FDR merekam manuver-manuver yang dilakukan pesawat sebelum jatuh. Misalnya ketinggian, kecepatan, pergerakan mesin, belokan dan lain sebagainya.

Selain personel dari Indonesia, tim Rusia juga masih ngotot ikut mencari FDR. Hingga kemarin, tim Rusia masih berada di  Gunung Salak. Daryatmo pun menegaskan bahwa pihaknya akan tetap memfasilitasi dan bekerjasama dengan Rusia untuk mencari kotak misterius tersebut. “Kami juga paham bagaimana kepentingan mereka (Rusia) untuk mencari FDR dan puing-puing pesawat,” imbuhnya.

Pergerakan tim Rusia akan selalu berdampingan dengan tim pencari FDR Indonesia. Mereka tidak bisa bergerak sendiri di lapangan. Lebih lanjut, jenderal TNI AU bintang tiga ini menegaskan, bila FDR berhasil ditemukan, maka akan langsung diserahkan ke KNKT dan tidak akan dibawa ke Rusia. Dia membantah tudingan bahwa FDR sebenarnya sudah ditemukan dan disembunyikan pihak Rusia.

Sementara itu, Ketua KNKT Tatang Kurniadi yang ikut mendampingi Daryatmo kemarin mengaku optimis FDR bisa segera ditemukan. Menurutnya, berdasarkan standar internasioal, posisi CVR dan FDR selalu berdekatan di buntut pesawat. Jadi, bila CVR bisa ditemukan, Tatang pun yakin FDR juga bisa ditemukan.

Begitu juga kondisinya. CVR yang kini sudah berada di markas KNKT kondisinya relatif baik. “Kalau kondisi CVR baik, kemungkinan besar FDR nya juga dalam kondisi baik,” tuturnya.

Terpisah, Prof.Dr. Mardjono Siswosuwarno di kantor KNKT mengatakan, saat mendengarkan isi rekaman, pihaknya juga akan mengundang tim investigator Rusia yang kemudian akan ditranskrip bersama.

Salah satu pihak Rusia yang akan diundang langsung untuk memperdengarkan isi rekaman itu adalah anggota KNKT Rusia Sergei Korostiev. Sergei ternyata juga teman pilot Alexander Yablontsev. “Tentu saja ini bisa membantu proses,” katanya.

Tak hanya Sergei, KNKT juga akan menghadirkan Anatoly Foronkov yang akan mentranslate bahasa Rusia ke bahasa Inggris untuk kemudian ditranskrip. Tapi KNKT juga akan menghadirkan orang Indonesia yang lihai berbahasa Indonesia dengan tugas yang sama. “Tapi hasil transkrip tidak bisa dipaparkan ke publik. Itu dilarang keras peraturan International Civil Aviation Organization,” terang Mardjono. (rdl/kuh/jpnn)

JAKARTA-Musibah Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak tak mengganggu hubungan dagang maupun kerjasama strategis antara Indonesia-Rusia. Bahkan, Kementerian Pertahanan sudah teken kontrak dengan pihak Rusia untuk membeli enam pesawat Sukhoi dan 35 tank jenis BMP-3F.

“Benar, sudah ditandatangani Jumat (11/5) lalu,” ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen Hartind Asrin kemarin. Kementrian Pertahanan diwakili Kepala badan Sarana Pertahanan Mayjen Ediwan Prabowo. Sedangkan pihak Rusia diwakili kepala perwakilan Rosoboronexport Rusia Vadim Varaksin.

Pengadaan 37 tank itu mempergunakan fasilitas pendanaan pada tahun anggaran 2011. Pengadaan kali ini adalah tindak lanjut belanja tank yang sama sejumlah 17 unit pada 2008 lalu.

Menurut Brigjen Hartind pemeblian tank dari Rusia itu untuk memenuhi kebutuhan TNI Angkatan Laut. “Nanti, akan digunakan oleh Marinir,” kata mantan atase pertahanan KBRI Malaysia ini.

Pihak JSC Rosoboronexport Rusia bersedia memberikan Transfers of Technology (ToT) yaitu berupa peningkatan kemampuan workshop dari TNI AL didalam memiliki kemampuan pemeliharaan yang baik terhadap tank-tank tersebut. “Ini termasuk baru, karena kalau ada transfer ilmu, kita tidak perlu menggunakan teknisi dari Rusia,” katanya.

Selain itu, Kementerian Pertahanan juga akan mendatangkan enam jet tempur Sukhoi MK2 dari Rusia pada tahun ini. “Nanti akan datang sekitar Desember secara bertahap,” kata jenderal bintang satu ini.

Target TNI AU dan Kementerian Pertahanan akan membuat satu skuadron Sukhoi (16 pesawat). “Saat ini baru 10 dan berbasis di skuadron 11 Sukhoi Lanud hasanuddin Makassar,” jelasnya.

Pencarian Korban Resmi Dihentikan

Sementara itu, pencarian korban Sukhoi Superjet (SSJ) 100 resmi dihentikan sejak sore Jumat (18/5). Tapi tidak semua personel ditarik. Sesuai rencana sebelumnya, 186 personel akan disisakan dengan misi mencari flight data recorder (FDR) sampai ketemu. Misi tersebut kini disarahkan ke aparat wilayah tapi tetap dalam komando Kabasarnas.

“Sesuai dengan peraturan pemerintah, operasi SAR yang sudah dilangsungkan selama tujuh hari dapat dihentikan,” kata Ketua Basarnas Marsekal Madya Daryatmo di Bandara Halim Perdana Kusuma sore kemarin. Operasi SAR SSJ 100 dimulai sejak 9 Mei, terhitung saat SSJ 100 kehilangan kontak.
Dengan begitu, kemarin adalah hari ke 10 operasi pencarian. Menurut Daryatmo, berdasarkan perkembangan, kini tim di lapangan sudah tidak lagi menemukan tanda-tanda akan ditemukannya korban. Kedua alasan itulah yang membuat Basarnas memutuskan untuk menutup operasi evakuasi korban Sukoi SSJ 100. Tapi, jika dalam perkembangannya ditemukan kembali tanda kemungkinan ada korban yang belum dievakuasi, maka operasi bisa dibuka kembali.

Bukan berarti ditutupnya operasi permasalah di lapangan selesai. Kini pekerjaan rumah selanjutnya adalah menemukan FDR yang hingga sore kemarin keberadaannya masih misterius.

Menurut Daryatmo, selain Basarnas kini misi pencarian FDR hanya diserahkan pada aparat kewilayahan. “Dalam hal ini Korem 061 Surya Kencana, Lanud Atang Sanjaya. Semuanya bawah koordinasi Kabasarnas,” terangnya.

Komposisi personel pemburu FDR adalah, Korem 061 Surya Kencana menerjunkan 2 SST (Satuan Setingkat Pleton, 30 personel per SST). Kekuatan Korem akan diback up Kopassus dan Kopaskhas yang masing juga menerjunkan 2 SST. Sedangkan Lanud Atang Sanjaya tetap akan mengerahkan helikopter-helikopternya untuk keperluan logistik dan evakuasi.

Pencarian FDR akan dilakukan sekuat tenaga sampai barang yang berfungsi merekam segala perilaku pesawat itu ditemukan. Dia tidak menyebut kapan batas waktu pencarian FDR. Yang jelas, tim dilapangan berupaya penuh menemukannya.

Ya, FDR memang sangat penting untuk keperluan investigasi. Jika alat tersebut ditemukan, maka penyebab jatuhnya SSJ 100 hampir bisa dipastikan diketahui, mengingat komponen CVR yang merekam pembicaraan di pesawat sudah lebih dulu ditemukan. Seperti diberitakan FDR merekam manuver-manuver yang dilakukan pesawat sebelum jatuh. Misalnya ketinggian, kecepatan, pergerakan mesin, belokan dan lain sebagainya.

Selain personel dari Indonesia, tim Rusia juga masih ngotot ikut mencari FDR. Hingga kemarin, tim Rusia masih berada di  Gunung Salak. Daryatmo pun menegaskan bahwa pihaknya akan tetap memfasilitasi dan bekerjasama dengan Rusia untuk mencari kotak misterius tersebut. “Kami juga paham bagaimana kepentingan mereka (Rusia) untuk mencari FDR dan puing-puing pesawat,” imbuhnya.

Pergerakan tim Rusia akan selalu berdampingan dengan tim pencari FDR Indonesia. Mereka tidak bisa bergerak sendiri di lapangan. Lebih lanjut, jenderal TNI AU bintang tiga ini menegaskan, bila FDR berhasil ditemukan, maka akan langsung diserahkan ke KNKT dan tidak akan dibawa ke Rusia. Dia membantah tudingan bahwa FDR sebenarnya sudah ditemukan dan disembunyikan pihak Rusia.

Sementara itu, Ketua KNKT Tatang Kurniadi yang ikut mendampingi Daryatmo kemarin mengaku optimis FDR bisa segera ditemukan. Menurutnya, berdasarkan standar internasioal, posisi CVR dan FDR selalu berdekatan di buntut pesawat. Jadi, bila CVR bisa ditemukan, Tatang pun yakin FDR juga bisa ditemukan.

Begitu juga kondisinya. CVR yang kini sudah berada di markas KNKT kondisinya relatif baik. “Kalau kondisi CVR baik, kemungkinan besar FDR nya juga dalam kondisi baik,” tuturnya.

Terpisah, Prof.Dr. Mardjono Siswosuwarno di kantor KNKT mengatakan, saat mendengarkan isi rekaman, pihaknya juga akan mengundang tim investigator Rusia yang kemudian akan ditranskrip bersama.

Salah satu pihak Rusia yang akan diundang langsung untuk memperdengarkan isi rekaman itu adalah anggota KNKT Rusia Sergei Korostiev. Sergei ternyata juga teman pilot Alexander Yablontsev. “Tentu saja ini bisa membantu proses,” katanya.

Tak hanya Sergei, KNKT juga akan menghadirkan Anatoly Foronkov yang akan mentranslate bahasa Rusia ke bahasa Inggris untuk kemudian ditranskrip. Tapi KNKT juga akan menghadirkan orang Indonesia yang lihai berbahasa Indonesia dengan tugas yang sama. “Tapi hasil transkrip tidak bisa dipaparkan ke publik. Itu dilarang keras peraturan International Civil Aviation Organization,” terang Mardjono. (rdl/kuh/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/