Oleh: Ramadhan Batubara
Redaktur Pelaksana Sumut Pos
Menyeleweng atau berselingkuh sudah bukan menjadi hal yang mewah lagi. Dia sudah sangat biasa didengar, ditonton, atau diketahui. Tapi, ketika selingkuh melibatkan anggota dewan, tentu kabar itu menjadi mahal. Seperti kabar yang menghentak Medan dan Sumatera Utara belakangan ini; anggota dewan berselingkuh dengan rekan satu partainya.
Mungkin karena itulah – maksudnya perselingkuhan menjadi gaya hidup populer –Dr Doug Weiss, presiden American Association for Sex Addictionn
Therapy dan pendiri situs konseling SexAddict.com menelaah soal selingkuh. Baginya, ada 6 jenis peselingkuh. Yakni tipe pemburu, tipe pahlawan, tipe korban, tipe oportunis, tipe profesional, dan tipe pemuja.
Nah, dari enam tipe yang ditawarkan Doug, memang jelas kenapa seseorang berselingkuh. Misalnya, pemuja. Tipe ini hanya menginginkan satu tipe pasangan tertentu. Mereka bisa membagi-bagi hatinya, dan seringkali merasa memiliki hak untuk melakukan perselingkuhan.Tipe ini cukup berbahaya karena mereka siap mengambil risiko meski memiliki keluarga yang nyaman. Atas dasar ingin saja, mereka sudah menggadaikan rumah tangga mereka. Tentu, tipe seperti ini seakan mengarah pada anggota dewan dan rekan separtainya tadi.
Ada juga selingkuh untuk mendapatkan sesuatu yang lebih (dengan mewakili salah satu tipe yang sudah dijabarkan Dr Doug Weiss). Dalam arti, tidak sekadar seks. Ada niat-niat lain yang terselebung dalam perselingkuhan tersebut. Misalnya, kekuasaan.
Kisah semacam ini dapat dilihat di kitab Pararaton. Dari kitab itu, diketahui dari perselingkuhanlah dinasti (trah) kerajaan Singasari yang menjadi cikal bakal kerajaan Majapahit yang berpusat di Kota Singasari (Malang) berdiri.
Kitab ini menceritakan bagaimana tokoh Ken Arok yang berangkat dari seorang ‘preman’ berhasil menjadi raja Singasari dan bergelar Rajasanegara Sang Amurwabhumi. Keberhasilan Ken Arok menjadi raja terinspirasi ketika secara tidak sengaja melihat kain yang dipakai Ken Dedes tersingkap. Perempuan yang katanya mahacantik ini adalah istri Tunggul Ametung yang saat itu memegang tampuk kekuasaan di Kerajaan Tumapel. Setelah melihat aurat yang bersinar milik Ken Dedes, Ken Arok tidak bisa menahan rasa. Istilah kerennya, terbayang-bayang.
Dia pun langsung ‘curhat’ pada sang guru, Lohgawe, seorang pendeta dari India. Menurut Lohgawe, wanita dengan ciri-ciri seperti yang diceritakan Ken Arok itu disebut sebagai wanita nareswari yang diramalkan akan menurunkan raja-raja. Mendengar ramalan tersebut, Ken Arok semakin berhasrat untuk menyingkirkan Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes.
Tidak sulit bagi Ken Arok untuk menyingkirkan Tunggul Ametung. Dia adalah tangan kanan suami Ken Dedes tersebut. Maka, dengan menggunakan keris buatan Mpu Gandring, Ken Arok berhasil membunuh Tunggul Ametung sewaktu tidur. Yang dijadikan kambing hitam adalah rekan kerjanya, sesama pengawal bernama Kebo Hijo. Ken Arok kemudian menikahi Ken Dedes, bahkan menjadi penguasa baru di Tumapel.
Beberapa kalangan menganggap, tersingkapnya kain Ken Dedes dapat dimaknai sebagai sebuah simbol seksual, yakni Ken Dedes dan Ken Arok melakukan perselingkuhan yang lalu melebar menjadi motif politik untuk menyingkirkan Tunggul Ametung, penguasa Tumapel, dan mengangkat dirinya menjadi penguasa baru.
Nah, adakah perselingkuhan anggota dewan tersebut juga mengarah seperti Ken Dedes? Setidaknya, sang anggota dewan adalah perempuan cantik dan masih muda. Apalagi, latar belakang keluarganya cukup bisa diandalkan. Sementara sang rekan separtai, berpikir semacam Ken Arok. Bisa saja dia berpikir kalau meraih sang anggota dewan, dia juga akan mendapat posisi lebih aman.
Entahlah, yang jelas sudah ada kabar perselingkuhan tentang mereka. Masalah apa yang mendasari mereka selingkuh, kan hanya mereka yang tahu. Mirip atau tidaknya dengan kisah Ken Arok dan Ken Dedes, kan belum ada yang tahu. Selesai. (*)