30 C
Medan
Thursday, July 4, 2024

Menangis Nonton Beauty and the Beast

Ketika lagu Beauty and the Beast dinyanyikan oleh Mrs. Potts (suara Emma Thompson), saya benar-benar meleleh. Tak terasa, air mata menetes dari kedua mata…

Magic!

Film baru ini tetap memiliki kekuatan magis ala film kartun 1991 lalu. Cerita yang baik akan selalu menjadi cerita yang baik. Walau format berubah dari gambar menjadi aktor beneran, kekuatan cerita, lagu, dan lain-lain membentuk kekuatan yang bisa membuat dada terasa hangat.

Begitu film selesai, saya langsung bilang ke keluarga: Kita harus balik nonton lagi film ini!

***

Saya heran, kenapa elemen yang sangat kecil dari film ini, menyangkut karakter LeFou, begitu menghebohkan. Hanya gara-gara sang sutradara, Bill Condon, menyebut bahwa karakter itu adalah seorang gay, dan memiliki ’’gay moment’’ di dalam film tersebut.

Pemerannya sendiri, Josh Gad, adalah seorang komedian kocak, dan bukan gay. Asal tahu saja, Bill Condon secara terbuka mengaku sebagai gay. Dan yang dalam hidup aslinya secara terbuka gay adalah Luke Evans, aktor yang memerankan si ganteng macho jahat Gaston.

Istri saya sempat bertanya, kenapa kok banyak temannya yang heboh gara-gara komentar itu. Walau belum menonton filmnya, saya langsung bilang, aneh orang-orang itu begitu berlebihan.

Kalau tidak mau nonton, ya sudah. Wong mau beli tiket itu kan pilihan, bukan paksaan. Toh, kalau takut pada karakter LeFou, ya sekalian saja matikan itu TV di rumah.

Banyak karakter seperti itu, yang menunjukkan banyak ’’gay moment’’, di berbagai stasiun televisi yang bisa ditonton secara gratis, disaksikan semua orang dengan mudah.

Heran deh sama orang-orang itu, ngomel tentang suatu hal yang belum dilihat, tapi tidak sadar kalau yang serupa sebenarnya sudah ada di depan mata mereka setiap hari selama bertahun-tahun.

Dan setelah melihat Beauty and the Beast, saya jadi agak tergelitik. Ealaaaah! Apanya yang bikin heboooohhhhh… Biasa aja lageeee! Tidak ada apa-apanyaaaaa… Yang di TV banyak yang lebih paraaaaahhh…

Dan yang di TV itu belum tentu punya nilai mendidik seperti cerita Beauty and the Beast!

***

Walau secara keseluruhan bahagia dan meleleh, saya tetap punya satu keberatan dari film ini. Yaitu, ketika lagu istimewa Beauty and the Beast dinyanyikan lagi oleh Ariana Grande dan John Legend.

Ketika lagu Beauty and the Beast dinyanyikan oleh Mrs. Potts (suara Emma Thompson), saya benar-benar meleleh. Tak terasa, air mata menetes dari kedua mata…

Magic!

Film baru ini tetap memiliki kekuatan magis ala film kartun 1991 lalu. Cerita yang baik akan selalu menjadi cerita yang baik. Walau format berubah dari gambar menjadi aktor beneran, kekuatan cerita, lagu, dan lain-lain membentuk kekuatan yang bisa membuat dada terasa hangat.

Begitu film selesai, saya langsung bilang ke keluarga: Kita harus balik nonton lagi film ini!

***

Saya heran, kenapa elemen yang sangat kecil dari film ini, menyangkut karakter LeFou, begitu menghebohkan. Hanya gara-gara sang sutradara, Bill Condon, menyebut bahwa karakter itu adalah seorang gay, dan memiliki ’’gay moment’’ di dalam film tersebut.

Pemerannya sendiri, Josh Gad, adalah seorang komedian kocak, dan bukan gay. Asal tahu saja, Bill Condon secara terbuka mengaku sebagai gay. Dan yang dalam hidup aslinya secara terbuka gay adalah Luke Evans, aktor yang memerankan si ganteng macho jahat Gaston.

Istri saya sempat bertanya, kenapa kok banyak temannya yang heboh gara-gara komentar itu. Walau belum menonton filmnya, saya langsung bilang, aneh orang-orang itu begitu berlebihan.

Kalau tidak mau nonton, ya sudah. Wong mau beli tiket itu kan pilihan, bukan paksaan. Toh, kalau takut pada karakter LeFou, ya sekalian saja matikan itu TV di rumah.

Banyak karakter seperti itu, yang menunjukkan banyak ’’gay moment’’, di berbagai stasiun televisi yang bisa ditonton secara gratis, disaksikan semua orang dengan mudah.

Heran deh sama orang-orang itu, ngomel tentang suatu hal yang belum dilihat, tapi tidak sadar kalau yang serupa sebenarnya sudah ada di depan mata mereka setiap hari selama bertahun-tahun.

Dan setelah melihat Beauty and the Beast, saya jadi agak tergelitik. Ealaaaah! Apanya yang bikin heboooohhhhh… Biasa aja lageeee! Tidak ada apa-apanyaaaaa… Yang di TV banyak yang lebih paraaaaahhh…

Dan yang di TV itu belum tentu punya nilai mendidik seperti cerita Beauty and the Beast!

***

Walau secara keseluruhan bahagia dan meleleh, saya tetap punya satu keberatan dari film ini. Yaitu, ketika lagu istimewa Beauty and the Beast dinyanyikan lagi oleh Ariana Grande dan John Legend.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/