25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Pantang tak Top

Ramadhan Batubara
Redaktur Pelaksana Sumut Pos

PTT. Sebuah akronim yang marak di Kota Medan. Ya, PTT atawa Pantang tak nge-Top ini cenderung diberikan pada orang-orang yang tak mau kalah; orang yang maunya terus tampil; orang yang harus jadi perhatian; dan lain-lain. Intinya, PTT adalah julukan yang diberikan agar si penerima julukan mau mengurangi ke-PTT-annya tadi.

Tapi, Ini Medan, kata warga Sumatera Utara. Soal sindirian sudah tak lagi ampuh; jangankan sindiran, makian pun kadang tak dipedulikan. Maka, biarkan saja dia PTT.

Soal PTT ini sejatinya bak sudah mendarah daging. Lihatlah, pantang ada produk baru yang dikeluarkan sebuah perusahaan, warga Medan seakan tak mau ketinggalan untuk memilikinya. Buktinya, berbagai jenis otomotif terbaru, elektronika teranyar, dan sebagainya seakan tak luput dari kota ini. Maka, ketika seorang kawan dari seberang melihat mobil Hummer melintas di jalanan Medan, dia geleng-geleng kepala. Ayolah, mobil itu harganya lebih dari tiga miliar rupiah. “Gak haruslah pakai mobil seperti itu. Untuk apa sih? Gaya banget,” keluhnya.

Tapi, begitulah, PTT memang soal gaya. Nah, yang namanya gaya, tentunya bisa mencuri perhatian. Maka, bukan sesuatu yang aneh ketika beberapa tokoh ramai-ramai buka suara soal keinginannya untuk mencalonkan diri sebagai gubernur Sumatera Utara yang baru. Bukankah gubernur merupakan posisi yang penuh gaya? Dan, seorang gubernur tentu memiliki posisi paling top alias paling tinggi di sebuah provinsi.

Menariknya, beberapa waktu ke belakang, geliat tokoh untuk maju dalam Pilgubsu tidak hanya milik tokoh lokal alias Sumatera Utara semata. Mereka yang berkecimpung di level nasional pun seakan berebut tampil di Sumut. Tambah menarik, di Partai Demokrat, beberapa kader juga PTT. Sebut saja Sutan Bathoegana, Ruhut Sitompul, dan yang terbaru Jhonny Allen serta Kastorius Sinaga. Pertanyaannya, adakah mereka berempat akan bersaing mewakili Demokrat dalam Pilgubsu 2013?

Pasti, jawabannya belum tentu. Sutan Bathoegana mungkin sudah serius untuk menjadi mewakili Demokrat. Setidaknya, dia telah mengembalikan fomulir pendaftaran atau resmi mendaftar dari partai berlambang mercy itu. Ruhut atau si Poltak Raja Minyak dari Medan? Dia belum melakukan gerakan apa pun selain mengklaim paling beken. Sedangkan Jhonny Allen dan Kastoris Sinaga, dua tokoh ini memang belakangan muncul untuk isu Pilgubsu, jadi belum begitu terlihat, meski kabarnya sudah melakukan survey kecil-kecilan.

Karena itulah, sosok Sutan mungkin paling tampak. Apalagi, dia telah mengklaim mendapat restu dari sang ketua partai, Anas Urbaningrum. Sayangnya, klaim itu malah dibantah Kastoris. Kata Kastoris, Sutan memang sudah mendapat restu, tapi Anas juga memberi restu pada siapa saja yang mau maju dalam Pilgubsu mendatang.

Nah, terlepas dari peluang masing-masing tokoh dari Demokrat tadi, unsur PTT tadi memang lebih tampak dalam geliat mereka bukan? Tidak hanya tokoh dari Demokrat, sosok dari partai lain pun sama saja. Semuanya seakan tak mau tak tampil. Semuanya seakan ingin diperhatikan. Dan, semuanya seakan paling mantap.

Itu namanya panggaron, kata seorang kawan. Orang yang panggaron itu memang aneh. Makin dielus, makin jadi. Contohnya, ketika dia dipuji karena makan satu buah cabai rawit, maka dia akan memakan lebih banyak lagi. Meski merasa kepedasan, dia tetap makan cabai itu karena pujian tadi. Nah, menurut kawan saya, seperti itulah PTT tersebut.

Jadi, bisa saja apa yang dilakukan para tokoh tak murni untuk benar-benar maju dalam Pilgubsu. Bukankah bisa diartikan mereka memanfaatkan waktu yang panjang sebelum pendaftaran resmi calon gubsu untuk ajang PTT?  Hm, bagaimana Anda menyikapinya sajalah. (*)

 

Ramadhan Batubara
Redaktur Pelaksana Sumut Pos

PTT. Sebuah akronim yang marak di Kota Medan. Ya, PTT atawa Pantang tak nge-Top ini cenderung diberikan pada orang-orang yang tak mau kalah; orang yang maunya terus tampil; orang yang harus jadi perhatian; dan lain-lain. Intinya, PTT adalah julukan yang diberikan agar si penerima julukan mau mengurangi ke-PTT-annya tadi.

Tapi, Ini Medan, kata warga Sumatera Utara. Soal sindirian sudah tak lagi ampuh; jangankan sindiran, makian pun kadang tak dipedulikan. Maka, biarkan saja dia PTT.

Soal PTT ini sejatinya bak sudah mendarah daging. Lihatlah, pantang ada produk baru yang dikeluarkan sebuah perusahaan, warga Medan seakan tak mau ketinggalan untuk memilikinya. Buktinya, berbagai jenis otomotif terbaru, elektronika teranyar, dan sebagainya seakan tak luput dari kota ini. Maka, ketika seorang kawan dari seberang melihat mobil Hummer melintas di jalanan Medan, dia geleng-geleng kepala. Ayolah, mobil itu harganya lebih dari tiga miliar rupiah. “Gak haruslah pakai mobil seperti itu. Untuk apa sih? Gaya banget,” keluhnya.

Tapi, begitulah, PTT memang soal gaya. Nah, yang namanya gaya, tentunya bisa mencuri perhatian. Maka, bukan sesuatu yang aneh ketika beberapa tokoh ramai-ramai buka suara soal keinginannya untuk mencalonkan diri sebagai gubernur Sumatera Utara yang baru. Bukankah gubernur merupakan posisi yang penuh gaya? Dan, seorang gubernur tentu memiliki posisi paling top alias paling tinggi di sebuah provinsi.

Menariknya, beberapa waktu ke belakang, geliat tokoh untuk maju dalam Pilgubsu tidak hanya milik tokoh lokal alias Sumatera Utara semata. Mereka yang berkecimpung di level nasional pun seakan berebut tampil di Sumut. Tambah menarik, di Partai Demokrat, beberapa kader juga PTT. Sebut saja Sutan Bathoegana, Ruhut Sitompul, dan yang terbaru Jhonny Allen serta Kastorius Sinaga. Pertanyaannya, adakah mereka berempat akan bersaing mewakili Demokrat dalam Pilgubsu 2013?

Pasti, jawabannya belum tentu. Sutan Bathoegana mungkin sudah serius untuk menjadi mewakili Demokrat. Setidaknya, dia telah mengembalikan fomulir pendaftaran atau resmi mendaftar dari partai berlambang mercy itu. Ruhut atau si Poltak Raja Minyak dari Medan? Dia belum melakukan gerakan apa pun selain mengklaim paling beken. Sedangkan Jhonny Allen dan Kastoris Sinaga, dua tokoh ini memang belakangan muncul untuk isu Pilgubsu, jadi belum begitu terlihat, meski kabarnya sudah melakukan survey kecil-kecilan.

Karena itulah, sosok Sutan mungkin paling tampak. Apalagi, dia telah mengklaim mendapat restu dari sang ketua partai, Anas Urbaningrum. Sayangnya, klaim itu malah dibantah Kastoris. Kata Kastoris, Sutan memang sudah mendapat restu, tapi Anas juga memberi restu pada siapa saja yang mau maju dalam Pilgubsu mendatang.

Nah, terlepas dari peluang masing-masing tokoh dari Demokrat tadi, unsur PTT tadi memang lebih tampak dalam geliat mereka bukan? Tidak hanya tokoh dari Demokrat, sosok dari partai lain pun sama saja. Semuanya seakan tak mau tak tampil. Semuanya seakan ingin diperhatikan. Dan, semuanya seakan paling mantap.

Itu namanya panggaron, kata seorang kawan. Orang yang panggaron itu memang aneh. Makin dielus, makin jadi. Contohnya, ketika dia dipuji karena makan satu buah cabai rawit, maka dia akan memakan lebih banyak lagi. Meski merasa kepedasan, dia tetap makan cabai itu karena pujian tadi. Nah, menurut kawan saya, seperti itulah PTT tersebut.

Jadi, bisa saja apa yang dilakukan para tokoh tak murni untuk benar-benar maju dalam Pilgubsu. Bukankah bisa diartikan mereka memanfaatkan waktu yang panjang sebelum pendaftaran resmi calon gubsu untuk ajang PTT?  Hm, bagaimana Anda menyikapinya sajalah. (*)

 

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/