29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dua Jempol untuk Para Dirut BUMN

MEMBERANTAS korupsi sampai ke akar-akarnya bukanlah perkara mudah. Tapi, bila ada yang punya itikad baik untuk memberangusnya, pelan tapi pasti, tentu pula perlu mendapatkan apresiasi dan dukungan. Sebab korupsilah negara ini sulit berkembang. Sebab korupsi jugalah negara ini tidak kunjung maju.

Keberanian para Dirut BUMN yang bertemu Badan Kehormatan (BK) DPR Selasa (20/11) misalnya. Ini pantas mendapat apresiasi dua jempol bila perlu. Mereka dengan tegas, lugas, dan terbuka sangat berani mengungkapkan kebenaran. Ini yang jadi contoh, perlahan tapi pasti, yang melakukan korupsi, apapun bentuknya supaya bisa ditindak sesuai hukum yang berlaku.

Tiga Dirut BUMN yang hadir bertemu BK kemarin, di antaranya Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Rudy Setyopurnomo, Direktur Utama PT Garam Yulian Lintang, dan Dirut PT PAL Muhammad Firmansyah Arifin. Tak hanya hadir memberi keterangan, mereka bertiga menyatakan kesiapannya untuk dikonfrontir dengan beberapa oknum anggota DPR yang tidak mau mengaku.

Ini artinya apa? Bahwa mereka sudah benar-benar siap untuk menghadapi apapun yang terjadi. Ini juga sebagai bukti, kalau perlawanan terhadap korupsi sudah mulai mengkristal. Ya, selama ini mungkin ada juga keinginan untuk “melawan”, tetapi salurannya yang masih tersumbat. Nah, tentu dukungan dari semua pihak, publik dan media tidak boleh setengah-setengah. Karena kesempatannya sudah sangat tepat saat ini.Keberanian para Dirut BUMN ini jelas tidak bisa lepas dari langkah maju dan terukur yang dilakukan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Bermacam penilaian yang disampaikan ke Dahlan —misalnya ada yang menyebut apa yang dilakukannya sebagai pencitraanlah, atau ada juga yang bilang sebagai upaya mencari simpati publiklah— tetapi Dahlan Iskan ya tetap saja seperti itu. Karena memang, jangankan berhadapan dengan manusia, kesal dan seperti setengah frustasi dengan Tuhan pun sudah dilakukannya.

Seperti dikutip dari Buku Ganti Hati yang ditulisnya sendiri, Dahlan Iskan sempat berdoa, “Tuhan terserah Engkau sajalah! Terjadilah yang harus terjadi. Kalau saya harus mati, matikanlah. Kalau saya harus hidup, hidupkanlah!”
Apalagi soal memberangus korupsi dari bumi pertiwi ini. Dimana Dahlan Iskan mendapat kepercayaan sebagai pimpinan, di situ pulalah dia ingin bersih-bersih. Anehnya, banyak juga yang merasa langkah bersih-bersih itu kurang tepat. Nah, apakah publik juga akan ikut memberikan penilaian kurang tepat pada upaya yang dilakukan seorang Dahlan Iskan ini? Waktulah yang bisa menjawabnya.

Yang pasti, Tuhan tidak akan pernah tidur. Apapun yang dilakukan manusia, pasti diketahui oleh-Nya. Jadi, kalaulah begitu, apa lagi yang perlu disembunyikan. Hanya satu kata untuk kejahatan bernama korupsi, “lawan!”, dan mulailah dari diri sendiri. (*)

MEMBERANTAS korupsi sampai ke akar-akarnya bukanlah perkara mudah. Tapi, bila ada yang punya itikad baik untuk memberangusnya, pelan tapi pasti, tentu pula perlu mendapatkan apresiasi dan dukungan. Sebab korupsilah negara ini sulit berkembang. Sebab korupsi jugalah negara ini tidak kunjung maju.

Keberanian para Dirut BUMN yang bertemu Badan Kehormatan (BK) DPR Selasa (20/11) misalnya. Ini pantas mendapat apresiasi dua jempol bila perlu. Mereka dengan tegas, lugas, dan terbuka sangat berani mengungkapkan kebenaran. Ini yang jadi contoh, perlahan tapi pasti, yang melakukan korupsi, apapun bentuknya supaya bisa ditindak sesuai hukum yang berlaku.

Tiga Dirut BUMN yang hadir bertemu BK kemarin, di antaranya Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Rudy Setyopurnomo, Direktur Utama PT Garam Yulian Lintang, dan Dirut PT PAL Muhammad Firmansyah Arifin. Tak hanya hadir memberi keterangan, mereka bertiga menyatakan kesiapannya untuk dikonfrontir dengan beberapa oknum anggota DPR yang tidak mau mengaku.

Ini artinya apa? Bahwa mereka sudah benar-benar siap untuk menghadapi apapun yang terjadi. Ini juga sebagai bukti, kalau perlawanan terhadap korupsi sudah mulai mengkristal. Ya, selama ini mungkin ada juga keinginan untuk “melawan”, tetapi salurannya yang masih tersumbat. Nah, tentu dukungan dari semua pihak, publik dan media tidak boleh setengah-setengah. Karena kesempatannya sudah sangat tepat saat ini.Keberanian para Dirut BUMN ini jelas tidak bisa lepas dari langkah maju dan terukur yang dilakukan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Bermacam penilaian yang disampaikan ke Dahlan —misalnya ada yang menyebut apa yang dilakukannya sebagai pencitraanlah, atau ada juga yang bilang sebagai upaya mencari simpati publiklah— tetapi Dahlan Iskan ya tetap saja seperti itu. Karena memang, jangankan berhadapan dengan manusia, kesal dan seperti setengah frustasi dengan Tuhan pun sudah dilakukannya.

Seperti dikutip dari Buku Ganti Hati yang ditulisnya sendiri, Dahlan Iskan sempat berdoa, “Tuhan terserah Engkau sajalah! Terjadilah yang harus terjadi. Kalau saya harus mati, matikanlah. Kalau saya harus hidup, hidupkanlah!”
Apalagi soal memberangus korupsi dari bumi pertiwi ini. Dimana Dahlan Iskan mendapat kepercayaan sebagai pimpinan, di situ pulalah dia ingin bersih-bersih. Anehnya, banyak juga yang merasa langkah bersih-bersih itu kurang tepat. Nah, apakah publik juga akan ikut memberikan penilaian kurang tepat pada upaya yang dilakukan seorang Dahlan Iskan ini? Waktulah yang bisa menjawabnya.

Yang pasti, Tuhan tidak akan pernah tidur. Apapun yang dilakukan manusia, pasti diketahui oleh-Nya. Jadi, kalaulah begitu, apa lagi yang perlu disembunyikan. Hanya satu kata untuk kejahatan bernama korupsi, “lawan!”, dan mulailah dari diri sendiri. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/