25.6 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Jaga Tradisi

Indonesia hanya bisa bermain imbang saat melawan Laos, 2-2. Artinya, Indonesia gagal menjaga tradisi di laga perdana Piala AFF. Ya, dari mulai 1996, 1998, 2000, 2004, 2007, 2008, dan 2010, Timnas Garuda selalu menang.

Memang pada gelaran 2002, Indonesia juga bermain imbang. Saat itu lawannya Thailand. Nah, Laos kan sejatinya tidak sepadan dengan Thailand. Jadi, beberapa kalangan menganggap, imbang dengan Laos berarti kalah juga.

Terserahlah, intinya, tradisi (minimal) dalam empat Piala AFF sebelumnya (yang selalu menang di laga perdana) tidak bisa dipertahankan Bambang Pamungkas dkk. DAn, hal ini memunculkan kekecewaan pecinta bola di Indonesia. Terbayang dalam otak pecinta bola ketika Timnas begitu gagah dalam Piala AFF 2010 lalu.

Laga perdana saat itu, Indonesia membungkam Malaysia dengan skor telak, 5-1! Tidak sampai di situ, di laga yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno itu, Indonesia kembali menunjukkan taringnya. Selang tiga hari setelah mengandaskan Malaysia, Laos pun dilumat dengan skor telak, 6-0. Laga terakhir di grup A, Indonesia pun menghabisi Thailand dengan skor 2-1. Indonesia lolos dengan nilai sempurna.

Di babak semifinal, Indonesia menjungkalkan Filipina. Dan di final, sialnya, Indonesia malah keok dari Malaysia. Tapi, kenangan itu masih cukup membanggakan bagi pecinta bola. Setidaknya, saat itulah Indonesia mulai menerapkan pemain naturalisasi. Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim menjelma menjadi idola. Garuda di Dadaku, lagu yang dipopulerkan Band Netral pun membahana siang malam.

Dan, tradisi sebagai runner up di Piala AFF yang sebelumnya bernama Piala Tiger pun tetap terjaga. Ya, Indonesia memang tidak pernah juara di ajang itu. Tercatat pada 2000, 2002, dan 2004 Indonesia hanya juara dua. Jadi, ketika juara dua pada 2010 bisa dikatakan sebagai tradisi bukan? Fiuh.

Nah, dengan tidak berhasilnya Tim Garuda menjaga tradisi di laga perdana, adakah ini sinyal tradisi sebagai juara dua juga tidak akan bisa dijaga? Maksudnya, mungkinkah Indonesia akan menjadi juara satu? Ya, seperti film India, anak mudanya kan kalah duluan, setelah itu baru menang.

“Bagaimana mungkin, di laga perdana saja sudah gagap gitu? Untung kalau bisa lewat babak penyisihan,” begitu kawan saya berkomentar usai pertandingan tadi malam. Ya, saya maklum dengan sikap dia. Saya yakin, dari dalam hatinya, dia begitu menginginkan Indonesia juara. Tapi, itu dia tadi, ketika 2010 Indonesia yang begitu hebat hanya bisa juara dua, bagaimana dengan 2012 ini?

Hm, mungkinkah Indonesia tidak akan lolos dari babak penyisihan? Ya, sesuai tradisi, Indonesia kan selalu lolos dari fase grup, kecuali pada 2007. Intinya, dari awal even ini digelar, sejak 1996, tradisi Indonesia dalam Piala AFF selalu lolos. Nah, apakah hasil tadi malam juga sebagai sinyal kalau Indonesia tidak akan lolos dari fase grup?

Entahlah, yang jelas Piala AFF memang baru bergulir. Masih cukup banyak yang bisa terjadi. Bisa saja Indonesia menang. Bisa saja Indonesia kalah. Bisa saja Indonesia Imbang. Bisa saja Indonesia tersingkir. Bisa saja Indonesia Lolos. Dan, bisa saja Indonesia menjaga tradisi atau  membuat sejarah baru. Kita tunggu sajalah. (*)

Indonesia hanya bisa bermain imbang saat melawan Laos, 2-2. Artinya, Indonesia gagal menjaga tradisi di laga perdana Piala AFF. Ya, dari mulai 1996, 1998, 2000, 2004, 2007, 2008, dan 2010, Timnas Garuda selalu menang.

Memang pada gelaran 2002, Indonesia juga bermain imbang. Saat itu lawannya Thailand. Nah, Laos kan sejatinya tidak sepadan dengan Thailand. Jadi, beberapa kalangan menganggap, imbang dengan Laos berarti kalah juga.

Terserahlah, intinya, tradisi (minimal) dalam empat Piala AFF sebelumnya (yang selalu menang di laga perdana) tidak bisa dipertahankan Bambang Pamungkas dkk. DAn, hal ini memunculkan kekecewaan pecinta bola di Indonesia. Terbayang dalam otak pecinta bola ketika Timnas begitu gagah dalam Piala AFF 2010 lalu.

Laga perdana saat itu, Indonesia membungkam Malaysia dengan skor telak, 5-1! Tidak sampai di situ, di laga yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno itu, Indonesia kembali menunjukkan taringnya. Selang tiga hari setelah mengandaskan Malaysia, Laos pun dilumat dengan skor telak, 6-0. Laga terakhir di grup A, Indonesia pun menghabisi Thailand dengan skor 2-1. Indonesia lolos dengan nilai sempurna.

Di babak semifinal, Indonesia menjungkalkan Filipina. Dan di final, sialnya, Indonesia malah keok dari Malaysia. Tapi, kenangan itu masih cukup membanggakan bagi pecinta bola. Setidaknya, saat itulah Indonesia mulai menerapkan pemain naturalisasi. Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim menjelma menjadi idola. Garuda di Dadaku, lagu yang dipopulerkan Band Netral pun membahana siang malam.

Dan, tradisi sebagai runner up di Piala AFF yang sebelumnya bernama Piala Tiger pun tetap terjaga. Ya, Indonesia memang tidak pernah juara di ajang itu. Tercatat pada 2000, 2002, dan 2004 Indonesia hanya juara dua. Jadi, ketika juara dua pada 2010 bisa dikatakan sebagai tradisi bukan? Fiuh.

Nah, dengan tidak berhasilnya Tim Garuda menjaga tradisi di laga perdana, adakah ini sinyal tradisi sebagai juara dua juga tidak akan bisa dijaga? Maksudnya, mungkinkah Indonesia akan menjadi juara satu? Ya, seperti film India, anak mudanya kan kalah duluan, setelah itu baru menang.

“Bagaimana mungkin, di laga perdana saja sudah gagap gitu? Untung kalau bisa lewat babak penyisihan,” begitu kawan saya berkomentar usai pertandingan tadi malam. Ya, saya maklum dengan sikap dia. Saya yakin, dari dalam hatinya, dia begitu menginginkan Indonesia juara. Tapi, itu dia tadi, ketika 2010 Indonesia yang begitu hebat hanya bisa juara dua, bagaimana dengan 2012 ini?

Hm, mungkinkah Indonesia tidak akan lolos dari babak penyisihan? Ya, sesuai tradisi, Indonesia kan selalu lolos dari fase grup, kecuali pada 2007. Intinya, dari awal even ini digelar, sejak 1996, tradisi Indonesia dalam Piala AFF selalu lolos. Nah, apakah hasil tadi malam juga sebagai sinyal kalau Indonesia tidak akan lolos dari fase grup?

Entahlah, yang jelas Piala AFF memang baru bergulir. Masih cukup banyak yang bisa terjadi. Bisa saja Indonesia menang. Bisa saja Indonesia kalah. Bisa saja Indonesia Imbang. Bisa saja Indonesia tersingkir. Bisa saja Indonesia Lolos. Dan, bisa saja Indonesia menjaga tradisi atau  membuat sejarah baru. Kita tunggu sajalah. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/