SAAT liburan Natal dan Tahun Baru 2013, dipastikan mobilitas warga sangat tinggi. Di dua hari libur tersebut, pemerintah menjadikan sebagai hari libur nasional, yakni hari Senin dan Selasa selama dua pekan ini. Libur bersamanya memang dua hari itu, tetapi aktivitas warga yang bekerja di pemerintahan maupun beberapa perusahaan swasta sudah berhenti sejak Sabtu dan Ahad. Ini belum lagi ada yang sudah menghentikan aktivitasnya pada hari Jumat. Alhasil, liburan menjadi panjang dari Jumat hingga Selasa, dan mulai bekerja lagi pada Rabu.
Bagi dunia usaha, libur panjang seperti ini menjadikan produktivitasnya akan berkurang.
Kalau selama empat atau lima hari selama dua pekan aktivitas perbankan terhenti, bisa dibayangkan seperti apa arus uang yang terhenti. Mungkin memang bisa transaksi lewat ATM, tetapi dalam skala yang lebih besar, banyak transaksi yang tak bisa diselesaikan dengan ATM.
Ini belum termasuk pelayanan publik yang juga terhenti. Di instansi pemerintahan, misalnya, hampir semua pelayanan harus menunggu berhari-hari.
Misalnya pembayaran pajak, baik pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan, pengurusan berbagai izin, pengurusan KTP, surat tanah, izin tinggal, segala surat keterangan, dan sebagainya.
Tetapi, memang, almanak tak bisa kita atur. Jatuhnya Natal dan Tahun Baru 2013 pada hari Selasa yang membuat aktivitas mulai berhenti sejak Sabtu, oleh sebagian masyarakat sangat ditunggu, apalagi juga bertepatan dengan liburan sekolah. Inilah yang membuat mobilitas masyarakat akan sangat tinggi, terutama menuju daerah-daerah wisata.
Bagi masyarakat Pekanbaru dan Riau secara umum, mobilitas ke arah barat, yakni ke Sumatera Barat (Sumbar) akan sangat tinggi. Bukittinggi akan menjadi pusat wisata yang paling menarik dan gampang terjangkau baik dengan kendaraan pribadi, sewa, maupun angkutan umum.
Padatnya mobilitas warga ini selain akan membuat jalanan padat, rawan kecelakaan, juga akan menyedot penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) lebih banyak dari hari biasa. Masyarakat memang dituntut super hati-hati dalam berkendaraan saat liburan.
Di pihak lain, pemerintah juga harus waspada dengan lonjakan kebutuhan BBM. Ini penting, jangan sampai mobilitas yang tinggi tersebut terhambat karena pasokan BBM terhenti di SPBU di jalan-jalan utama yang dilewati masyarakat.
Pernyataan Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir, yang menyebut tidak ada pasokan tambahan BBM untuk Natal dan Tahun Baru karena lonjakannya tak setinggi musim libur Idul Fitri, mestinya bukan sebuah keputusan. Fakta yang terjadi hampir setiap tahun, libur Natal dan Tahun Baru selalu terjadi lonjakan pemakaian BBM di setiap SPBU. Bahkan tak jarang antrian panjang dan kelangkaan BBM di SPBU.
Libur panjang memang menimbulkan dua sisi. Sisi pertama, aktivitas ekonomi terhenti karena banyaknya aktivitas bank dan perusahaan yang, terutama jasa, yang tak bergerak. Tetapi aktivitas ekonomi kreatif, terutama di daerah tujuan wisata dan perusahaan jasa transportasi terjadi lonjakan. Dua sisi ini harus diarifi dengan baik, dan pemerintah harus melihatnya sebagai sesuatu yang penting dengan memberikan kenyamanan di semua sektor yang dibutuhkan.(*)