25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Jalan Tol Bukan Satu-satunya Solusi Macet Medan-Berastagi, Kereta Api Dinilai Lebih Efektif dan Efesien

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
KERETA API: Seorang pegawai PT KAI berdiri di lokomotif kereta api yang akan berangkat dari Stasiun Kereta Api Besar Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Wacana pembangunan jalan tol maupun jalan layang Medan-Berastagi hingga kini masih menuai pro dan kontra. Pengamat tata kota, Rafriandi Nasution malah menilai, pembangunan jalan tol bukan satu-satunya solusi yang paling efektif dan efisien mengurangi kemacetan dari Medan ke Berastagi. Dia pun mengusulkan, sebaiknya pemerintah membangun jalur perlintasan kereta api.

Menurut Rafriandi, jalan tol Medan-Berastagi kurang efektif dan efisien karena masyarakat harus mengeluarkan cost atau biaya untuk tarif tol yang ditetapkan nantinya, kemungkinan tidak murah. “Seharusnya bukan jalan tol, tapi dibangun (akses) kereta apin

Kalau dibangun jalan tol ke kawasan pariwisata, itu terlalu mahal, dan kita belum tahu berapa besar biaya yang dihabiskan untuk membangun jalan tol. Selain itu, hanya dinikmati masyarakat menengah ke atas, karena harus memiliki kendaraan pribadi (mobil). Sedangkan masyarakat bawah bagaimana?” kata Rafriandi kepada Sumut Pos, Kamis (28/2).

Menurut Rafriandi, dengan kereta api bisa menampung kapasitas yang lebih banyak dan biaya yang dikeluarkan lebih hemat tentunya. Apalagi, tujuannya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. “Jadi, yang penting kalau untuk daerah pariwisata itu bisa dinikmati semua orang, sehingga jumlah pengunjung meningkat. Makanya, lebih tepat dibangun kereta api karena dapat mengangkut dalam jumlah banyak dan biaya lebih murah. Terlebih, bisa dinikmati masyarakat menengah ke bawah. Beda dengan jalan tol, tidak dinikmati oleh semua kalangan,” papar alumni Manajemen Pembangunan Kota Pascasarjana USU ini.

Ia menyebutkan, dengan moda kereta api nilai ekonominya bisa lebih. Pasalnya, bukan hanya dapat mengangkut orang saja, tetapi barang-barang ekonomi juga bisa seperti sayur, buah dan sebagainya. “Berpikirnya harus lebih modern lagi, kalau hanya jalan tol semua bisa sampaikan ide itu. Jadi, harus lebih berkembang ke arah ekonomi produktif. Saya yakin kalau dibangun akses kereta api jumlah wisatawan yang berkunjung ke Berastagi meningkat, karena masyarakat menengah ke bawah bisa menikmatinya dibanding jalan tol,” sebutnya.

Rafriandi menuturkan, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi diharapkan dapat melakukan kajian terkait wacana jalan tol Medan-Berastagi. Kajian yang akan dilakukan menyangkut berbagai aspek dan dampak multiplier-nya. “Gubernur harus punya studi tentang peningkatan moda transportasi itu, karena tol bukan satu-satunya alternatif yang paling efektif dan efisien. Apalagi, kita kan masih terkendala dengan stok sayur atau buah akibat akses transportasi yang terbatas akibat cuaca buruk. Tapi, kalau dengan kereta api kemungkinan kendala itu bisa teratasi karena ada gerbong yang dapat menampung dengan kapasitas besar,” imbuhnya.

Sementara, Wakil Ketua Komisi D DPRD Medan, Salman Alfarisi menyambut positif rencana dibangun jalan tol Medan-Berastagi ataupun akses kereta api. Namun, ia menilai, jika dilihat dari sisi kemanfaatannya memang kereta api lebih baik. “Kalau memang bisa kedua-duanya kenapa tidak? Ada jalan tol dan kereta api, sehingga semakin meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Namun, kalau kereta api memang dapat dinikmati masyarakat menengah ke bawah karena biaya lebih murah,” ujar dia.

Sebelumnya, Direktur Jembatan Direktorat Jenderal (Dirjen) Bina Marga Irwan Zarkasih mengakui, pemerintah berkeinginan membangun ruas tol Medan-Berastagi itu, akan tetapi masih untuk program jangka panjang. Alasannya, selain membutuhkan dana yang besar yakni mencapai Rp7 triliun, geometriknya juga sangat sulit. “Membangun ruas tol Medan-Berastagi harus diawali dengan kerjasama antara pemerintah dan badan usaha supaya itu terwujud dengan mencari investor,” kata Iwan Zarkasih di sela-sela Seminar Nasional Teknik Jalan (SNTJ) 2018 yang digelar DPD Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI) Sumut, di Library Digital Universitas Negeri Medan (Unimed), beberapa waktu lalu.

Iwan Zarkasih yang juga Ketua DPD HPJI DKI Jakarta itu mengakui, sulit mengatasi kemacetan ruas jalan Medan-Berastagi dengan membangun tol karena daerah itu hutan suaka alam yang tidak serta merta dipakai untuk jalan. Hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistem yang juga berfungsi sebagai wilayah penyangga sistem kehidupan.

Agar pembangunan ruas tol Medan-Berastagi bisa terwujud dengan hadirnya investor, Iwan mengharapkan kepada Ikatan Cendikiawan Karo bisa mengumpulkan dan melengkapi data-data soal lahan di wilayah tersebut. “Sehingga kalau ada investor sudah lengkap data-data daerah itu,” katanya.

Iwan juga berharap kemacetan ruas jalan Medan-Berastagi segera teratasi apalagi Kabupaten Karo terkenal penghasil sayur dan buah-buahan, bahkan sejak lama sudah diekspor ke Singapura dan Malayasia. Untuk mengatasi kemacetan dan kesemrawutan lalulintas di ruas jalan itu diusulkan program jangka pendek yakni dengan membuat kantong parkir. Program jangka pendek lainnya pada jam sibuk atau akhir pekan Dinas Perhubungan melarang truk melintas.

Khusus untuk masyarakat Sumut diimbau agar meningkatkan kepatuhan berlalulintas, saling menghargai dengan tidak melakukan serobot menyerobot. “Masyarakat Sumatera Utara kepatuhan lalu lintasnya rendah sekali, akibat menyerobot jalan sering ruas jalan Medan-Berastagi macet,” tandasnya.(ris)

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
KERETA API: Seorang pegawai PT KAI berdiri di lokomotif kereta api yang akan berangkat dari Stasiun Kereta Api Besar Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Wacana pembangunan jalan tol maupun jalan layang Medan-Berastagi hingga kini masih menuai pro dan kontra. Pengamat tata kota, Rafriandi Nasution malah menilai, pembangunan jalan tol bukan satu-satunya solusi yang paling efektif dan efisien mengurangi kemacetan dari Medan ke Berastagi. Dia pun mengusulkan, sebaiknya pemerintah membangun jalur perlintasan kereta api.

Menurut Rafriandi, jalan tol Medan-Berastagi kurang efektif dan efisien karena masyarakat harus mengeluarkan cost atau biaya untuk tarif tol yang ditetapkan nantinya, kemungkinan tidak murah. “Seharusnya bukan jalan tol, tapi dibangun (akses) kereta apin

Kalau dibangun jalan tol ke kawasan pariwisata, itu terlalu mahal, dan kita belum tahu berapa besar biaya yang dihabiskan untuk membangun jalan tol. Selain itu, hanya dinikmati masyarakat menengah ke atas, karena harus memiliki kendaraan pribadi (mobil). Sedangkan masyarakat bawah bagaimana?” kata Rafriandi kepada Sumut Pos, Kamis (28/2).

Menurut Rafriandi, dengan kereta api bisa menampung kapasitas yang lebih banyak dan biaya yang dikeluarkan lebih hemat tentunya. Apalagi, tujuannya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. “Jadi, yang penting kalau untuk daerah pariwisata itu bisa dinikmati semua orang, sehingga jumlah pengunjung meningkat. Makanya, lebih tepat dibangun kereta api karena dapat mengangkut dalam jumlah banyak dan biaya lebih murah. Terlebih, bisa dinikmati masyarakat menengah ke bawah. Beda dengan jalan tol, tidak dinikmati oleh semua kalangan,” papar alumni Manajemen Pembangunan Kota Pascasarjana USU ini.

Ia menyebutkan, dengan moda kereta api nilai ekonominya bisa lebih. Pasalnya, bukan hanya dapat mengangkut orang saja, tetapi barang-barang ekonomi juga bisa seperti sayur, buah dan sebagainya. “Berpikirnya harus lebih modern lagi, kalau hanya jalan tol semua bisa sampaikan ide itu. Jadi, harus lebih berkembang ke arah ekonomi produktif. Saya yakin kalau dibangun akses kereta api jumlah wisatawan yang berkunjung ke Berastagi meningkat, karena masyarakat menengah ke bawah bisa menikmatinya dibanding jalan tol,” sebutnya.

Rafriandi menuturkan, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi diharapkan dapat melakukan kajian terkait wacana jalan tol Medan-Berastagi. Kajian yang akan dilakukan menyangkut berbagai aspek dan dampak multiplier-nya. “Gubernur harus punya studi tentang peningkatan moda transportasi itu, karena tol bukan satu-satunya alternatif yang paling efektif dan efisien. Apalagi, kita kan masih terkendala dengan stok sayur atau buah akibat akses transportasi yang terbatas akibat cuaca buruk. Tapi, kalau dengan kereta api kemungkinan kendala itu bisa teratasi karena ada gerbong yang dapat menampung dengan kapasitas besar,” imbuhnya.

Sementara, Wakil Ketua Komisi D DPRD Medan, Salman Alfarisi menyambut positif rencana dibangun jalan tol Medan-Berastagi ataupun akses kereta api. Namun, ia menilai, jika dilihat dari sisi kemanfaatannya memang kereta api lebih baik. “Kalau memang bisa kedua-duanya kenapa tidak? Ada jalan tol dan kereta api, sehingga semakin meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Namun, kalau kereta api memang dapat dinikmati masyarakat menengah ke bawah karena biaya lebih murah,” ujar dia.

Sebelumnya, Direktur Jembatan Direktorat Jenderal (Dirjen) Bina Marga Irwan Zarkasih mengakui, pemerintah berkeinginan membangun ruas tol Medan-Berastagi itu, akan tetapi masih untuk program jangka panjang. Alasannya, selain membutuhkan dana yang besar yakni mencapai Rp7 triliun, geometriknya juga sangat sulit. “Membangun ruas tol Medan-Berastagi harus diawali dengan kerjasama antara pemerintah dan badan usaha supaya itu terwujud dengan mencari investor,” kata Iwan Zarkasih di sela-sela Seminar Nasional Teknik Jalan (SNTJ) 2018 yang digelar DPD Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI) Sumut, di Library Digital Universitas Negeri Medan (Unimed), beberapa waktu lalu.

Iwan Zarkasih yang juga Ketua DPD HPJI DKI Jakarta itu mengakui, sulit mengatasi kemacetan ruas jalan Medan-Berastagi dengan membangun tol karena daerah itu hutan suaka alam yang tidak serta merta dipakai untuk jalan. Hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistem yang juga berfungsi sebagai wilayah penyangga sistem kehidupan.

Agar pembangunan ruas tol Medan-Berastagi bisa terwujud dengan hadirnya investor, Iwan mengharapkan kepada Ikatan Cendikiawan Karo bisa mengumpulkan dan melengkapi data-data soal lahan di wilayah tersebut. “Sehingga kalau ada investor sudah lengkap data-data daerah itu,” katanya.

Iwan juga berharap kemacetan ruas jalan Medan-Berastagi segera teratasi apalagi Kabupaten Karo terkenal penghasil sayur dan buah-buahan, bahkan sejak lama sudah diekspor ke Singapura dan Malayasia. Untuk mengatasi kemacetan dan kesemrawutan lalulintas di ruas jalan itu diusulkan program jangka pendek yakni dengan membuat kantong parkir. Program jangka pendek lainnya pada jam sibuk atau akhir pekan Dinas Perhubungan melarang truk melintas.

Khusus untuk masyarakat Sumut diimbau agar meningkatkan kepatuhan berlalulintas, saling menghargai dengan tidak melakukan serobot menyerobot. “Masyarakat Sumatera Utara kepatuhan lalu lintasnya rendah sekali, akibat menyerobot jalan sering ruas jalan Medan-Berastagi macet,” tandasnya.(ris)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/