30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Medan Peringkat 1 Kekerasan Terhadap Anak

Siantar-Simalungun Peringkat ke-2

SIANTAR – Komisi Perlindungan Anak menempatkan Siantar-Simalungun sebagai peringkat kedua di Sumatera Utara dalam kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi hingga November 2012.

“Untuk Siantar-Simalungun ada 476 kasus kekerasan anak yang tercatat hingga November 2012,” kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait ketika berada di Gedung Juang Siantar, Kamis (29/11) pukul 11.00 WIB.
Kasus 476 itu masih merupakan data yang tercatat di Komisi Nasional Perlindungan Anak dan berbeda lagi dengan kasus kekerasan yang tidak terlaporkan. “62 persen dari kasus yang terlapor di Siantar-Simalungun merupakan kekerasan seksual dan sisanya adalah kekerasan fisik,” ujarnya.

Data kasus kekerasan anak di Siantar Simalungun hingga November 2012 yakni 476 mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang hanya 339 kasus kekerasan anak.
Aris Merdeka menambahkan, peringkat pertama kekerasan anak untuk Sumatera Utara berada di Medan dan disusul Siantar-Simalungun. Kasus kekerasan tersebut terdiri dari dua macam yakni kekerasan seksual dan kekerasan fisik seperti pemukulan, penganiayaan, kekerasan psikis.

Permasalah kekerasan anak ini harus diperhatian pemerintah sebagai suatu problem sosial. Pihak Komnas Perlindungan anak memang belum dapat menyimpulkan secara gambling tentang penyebab kekersan anak di Siantar Simalungun.
Secara umum ada dua faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kekerasan anak. Pertama, tekanan ekonomi dan gaya hidup yang bertolakbelakang. Artinya bahwa gaya hidup telah memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu walaupun kondisi ekonomi yang tidak lemah. Kedua adalah tayangan TV yang tidak mendidik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan anak. Seperti saat ini meraknya jejaring sosial, gaya hidup yang serba konsumeris juga penyebab meningkatnya kekerasan anak.

Tidak berjalannya fungsi keluarga dengan harmonis yang sangat membantu pertumbuhan anak secara ideal. Disamping itu peningkatan ini juga disebabkan terjadinya degradasi moral anggota keluarga. (smg)

Siantar-Simalungun Peringkat ke-2

SIANTAR – Komisi Perlindungan Anak menempatkan Siantar-Simalungun sebagai peringkat kedua di Sumatera Utara dalam kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi hingga November 2012.

“Untuk Siantar-Simalungun ada 476 kasus kekerasan anak yang tercatat hingga November 2012,” kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait ketika berada di Gedung Juang Siantar, Kamis (29/11) pukul 11.00 WIB.
Kasus 476 itu masih merupakan data yang tercatat di Komisi Nasional Perlindungan Anak dan berbeda lagi dengan kasus kekerasan yang tidak terlaporkan. “62 persen dari kasus yang terlapor di Siantar-Simalungun merupakan kekerasan seksual dan sisanya adalah kekerasan fisik,” ujarnya.

Data kasus kekerasan anak di Siantar Simalungun hingga November 2012 yakni 476 mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang hanya 339 kasus kekerasan anak.
Aris Merdeka menambahkan, peringkat pertama kekerasan anak untuk Sumatera Utara berada di Medan dan disusul Siantar-Simalungun. Kasus kekerasan tersebut terdiri dari dua macam yakni kekerasan seksual dan kekerasan fisik seperti pemukulan, penganiayaan, kekerasan psikis.

Permasalah kekerasan anak ini harus diperhatian pemerintah sebagai suatu problem sosial. Pihak Komnas Perlindungan anak memang belum dapat menyimpulkan secara gambling tentang penyebab kekersan anak di Siantar Simalungun.
Secara umum ada dua faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kekerasan anak. Pertama, tekanan ekonomi dan gaya hidup yang bertolakbelakang. Artinya bahwa gaya hidup telah memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu walaupun kondisi ekonomi yang tidak lemah. Kedua adalah tayangan TV yang tidak mendidik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan anak. Seperti saat ini meraknya jejaring sosial, gaya hidup yang serba konsumeris juga penyebab meningkatnya kekerasan anak.

Tidak berjalannya fungsi keluarga dengan harmonis yang sangat membantu pertumbuhan anak secara ideal. Disamping itu peningkatan ini juga disebabkan terjadinya degradasi moral anggota keluarga. (smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/