TOBASA, SUMUTPOS.CO – Timbul Hasudungan Hutagaol (55) menghembuskan nafas terakhir di kediamannya, Dusun III, Desa Hutabulu Mejan, Kecamatan Balige, Tobasa, Senin (30/11). Korban diduga meninggal setelah dipukuli warga.
Informasi dari berbagai sumber menyebutkan, pria yang kesehariannya bekerja sebagai pencari barang bekas (parbotot) ini diduga menjadi korban penganiayaan puluhan orang. Peristiwa terjadi di Jalan SM Raja sekitaran Bundaran Balige, Kelurahan Napitupulu, Kecamatan Balige, Tobasa, Minggu (29/11) sekira pukul 02.00 WIB.
Saat itu, lantaran hari sudah larut malam, warga yang berada di sekita lokasi kejadian meneriaki korban sebagai maling. Mendengar perkataan itu, warga lain seketika berhamburan keluar dari rumah.
Dan tanpa aba-aba, warga yang sudah berkumpul di lokasi itu langsung melayangkan pukulan ke arah tubuh korban. Tak bisa melawan, korban hanya bisa pasrah mendapatkan perlakuan kasar puluhan warga itu.
Usai melakukan aksi penganiayaan, warga meninggalkan korban dengan kondisi luka-luka di lokasi. Dan tak berapa lama, keluarga korban yang mengetahui hal itu tiba di lokasi kejadian.
Benar saja, setibanya di sana, keluarga korban mendapati Timbul sudah dalam kondisi luka-luka. Oleh keluarganya, korban dibawa ke kediamannya. Sejak kejadian hingga menghembuskan nafas terakhir pada Senin (30/11) pagi, korban dirawat di kediamannya.
Tak terima dengan aksi penganiayaan itu, keluarga korban melaporkan kejadian ke Mapolsek Balige.
Menurut keluarga korban, sebelum meninggal, Duda tanpa anak itu sempat muntah darah dan terlihat ada bekas luka di sekitar dadanya.
“Tadi pagi, masih sempat ngomong sama putriku. Katanya (korban, red) mengaku dipukuli orang di depan Indomaret (seputaran Bundaran Balige). Memang, sudah kulihat muntah darah tadi. Kami ajak ke rumah sakit, tak mau. Lalu dia masuk ke rumah dan tidur. Tak berapa lama, kami cek sudah meninggal,” ujar Arta br Sianturi, adik ipar korban ketika ditemui di rumah duka, kemarin.
“Padahal pagi harinya sudah kami ajak ke rumah sakit, tapi tak mau. Katanya tidak sakit, padahal sudah keluar air liur bercampur darah dari mulutnya. Tak lama lagi sudah lewat (meninggal, red),” tambah Mentina br Hutagaol, keponakan korban yang ditemui di Mapolsek Balige.
Sementara Kapolres Tobasa AKBP Jidin Siagian, membenarkan adanya peristiwa itu. Ketika ditemui di Mapolsek Balige, Kapolres menerangkan bahwa hingga kini pihaknya sudah memintai keterangan dari tujuh pelajar warga Balige.
Namun dari keterangan mereka, ada 4 orang yang diduga sebagai pelaku. Yakni MS (17), RS (13), LS (14), JP (17), dan A (masih dalam pencarian).
“Ada tujuh pelajar yang diperiksa. Yang diduga melakukan pelanggaran Pasal 170 KUHPidana dan melakukan kekerasan secara bersama-sama di muka umum ada 4 orang. Masing-masing MS, RS, LS, JP dan satu lagi berinisial A yang masih dalam pencarian. Namun sampai saat ini masih diproses. Jika sudah lengkap berkas, kemungkinan dilakukan penahanan,” terang Kapolres.
Seperti diketahui, guna melengkapi berkas kasus tersebut, jasad almarhum dibawa ke RSUD dr Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar untuk dilakukan otopsi.
“Keluarga sudah setuju. Sekarang diotopsi ke Siantar,” ujar Kapolsek AKP P Simarmata sambari mengaku sedikit kecewa karena ia dan anggotanya yang harus menjadi supir ambulans, lantaran tidak ada supir ambulans milik Pemkab Tobasa itu.
Pantauan di Maposek Balige Senin (30/11), terlihat tujuh pelajar masih menjalani pemeriksaan didampingi orangtuanya.
Sementara di Instalasi Forensik RSUD dr Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar,
proses otopsi yang dimulai pukul 17.00 WIB akhirnya selesai pukul 19.30 WIB.
Usai otopsi berlangsung, Maknur Manurung SH, Kepala Ruangan Instalasi Jenazah RSUD Djasamen Saragih mengatakan, korban tewas akibat mendapatkan hantaman benda tumpul di beberapa bagian tubuhnya.
“Luka-luka hampir di seluruh bagian tubuh yang disebabkan oleh hantaman benda tumpul,” jelasnya. (ft/fes)