26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Gepeng Bikin Resah Warga Kota Tebingtinggi

TEBINGTINGGI-Dua hari belakangan ini warga Kota Tebingtinggi dibuat resah para gelandangan dan pengemis (gepeng) serta orang gila yang begentayangan di jalan-jalan inti kota. Masuknya gepeng dan orang gila ke Kota Tebingtinggi sejauh ini tidak terdeteksi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja serta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Amatan Sumut Pos, Senin (1/4) di Jalan Sudirman dan Jalan Suprapto Kota Tebingtinggi terlihat beberapa orang gila sedang duduk di depan ruko. Pakaian kumal, rambut acak-acakan, badan tidak terurus. Banyak warga ketakutan begitu dihampirinya untuk meminta uang dan rokok.
Seperti yang dialami Julianto (45) warga Bajenis Kota Tebingtinggi. Ketika dia melintas di depan orang kumuh itu, Julianto merasa terganggu. Dia menganggap orang orang tanpa status itu sangat mengganggu pemadangan Kota Tebingtinggi.

“Banyak kali orang gila sekarang di Tebingtinggi, umumnya perempuan, keberadaan mereka sangat menganggu keindahan kota,” kata Julianto.
Bukan orang gila saja, kata Julianto, tetapi gepeng juga merusak pemandatangan Kota Lemang itu. Kebanyakan gepeng itu adalah anak-anak di bawah umur. Mereka membawa kotak sumbangan yayasan panti asuhan dan pembangunan masjid dengan mendatangi sejumlah rumah makan, toko dan tempat-tempat keramaian.

“Saya tau mereka itu dikoordinir oleh seseorang yang tidak jelas peruntukkannya,” imbuhnya.

Anggapan Julianto itu benar. Menurut pengakuan seorang anak peminta sumbangan itu, Tino (8) warga Kabupaten Batubara mengaku hasil pendapatan infak itu mereka bagi dua; 50 persen untuk anak-anak sedangkan 50 persen lagi untuk koordinator mereka bernama Abah.

“Satu hari bisa mendapatkan Rp30 ribu, iya ada yang mengkoordinir, Abah namanya, kami diantar dan dijemput menggunakan mobil pikap,” beber Tino.
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Tebingtinggi melalui Kabid Pemberdayaan Sosial, Farida menjeleskan pihaknya akan merazia orang gila dan gepeng di Kota Tebingtinggi pada tanggal 10 hingga 11 April mendatang. “Bukan razia itu saja, tetapi kami (Disnaker) juga akan melakukan razia terhadap PSK,”jelas Farida sembari mengatakan masuknya orang gila di Kota Tebingtinggi begitu banyak hingga sekarang belum terpantau dari mana asalnya.

Sementara itu, Kasat Pol PP, M Guntur Harahap mengungkapkan bahwa penanganan ter hadap orang gila dan gepeng harus diakukan pihak Disnaker Kota Tebingtinggi.

“Apabila pihak Disnaker tidak mau melakukan razia, kami (Satpol PP) siap melakukan razia walaupun itu bukan ada anggaran pada kami,”gerah Guntur Harahap. Menindaklanjuti hal tersebut, Guntur Harahap meminta kerja sama sekaligus koordinasi dengan Dinasker Kota Tebingtinggi untuk melakukan razia tersebut dalam waktu dekat. (ian)

TEBINGTINGGI-Dua hari belakangan ini warga Kota Tebingtinggi dibuat resah para gelandangan dan pengemis (gepeng) serta orang gila yang begentayangan di jalan-jalan inti kota. Masuknya gepeng dan orang gila ke Kota Tebingtinggi sejauh ini tidak terdeteksi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja serta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Amatan Sumut Pos, Senin (1/4) di Jalan Sudirman dan Jalan Suprapto Kota Tebingtinggi terlihat beberapa orang gila sedang duduk di depan ruko. Pakaian kumal, rambut acak-acakan, badan tidak terurus. Banyak warga ketakutan begitu dihampirinya untuk meminta uang dan rokok.
Seperti yang dialami Julianto (45) warga Bajenis Kota Tebingtinggi. Ketika dia melintas di depan orang kumuh itu, Julianto merasa terganggu. Dia menganggap orang orang tanpa status itu sangat mengganggu pemadangan Kota Tebingtinggi.

“Banyak kali orang gila sekarang di Tebingtinggi, umumnya perempuan, keberadaan mereka sangat menganggu keindahan kota,” kata Julianto.
Bukan orang gila saja, kata Julianto, tetapi gepeng juga merusak pemandatangan Kota Lemang itu. Kebanyakan gepeng itu adalah anak-anak di bawah umur. Mereka membawa kotak sumbangan yayasan panti asuhan dan pembangunan masjid dengan mendatangi sejumlah rumah makan, toko dan tempat-tempat keramaian.

“Saya tau mereka itu dikoordinir oleh seseorang yang tidak jelas peruntukkannya,” imbuhnya.

Anggapan Julianto itu benar. Menurut pengakuan seorang anak peminta sumbangan itu, Tino (8) warga Kabupaten Batubara mengaku hasil pendapatan infak itu mereka bagi dua; 50 persen untuk anak-anak sedangkan 50 persen lagi untuk koordinator mereka bernama Abah.

“Satu hari bisa mendapatkan Rp30 ribu, iya ada yang mengkoordinir, Abah namanya, kami diantar dan dijemput menggunakan mobil pikap,” beber Tino.
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Tebingtinggi melalui Kabid Pemberdayaan Sosial, Farida menjeleskan pihaknya akan merazia orang gila dan gepeng di Kota Tebingtinggi pada tanggal 10 hingga 11 April mendatang. “Bukan razia itu saja, tetapi kami (Disnaker) juga akan melakukan razia terhadap PSK,”jelas Farida sembari mengatakan masuknya orang gila di Kota Tebingtinggi begitu banyak hingga sekarang belum terpantau dari mana asalnya.

Sementara itu, Kasat Pol PP, M Guntur Harahap mengungkapkan bahwa penanganan ter hadap orang gila dan gepeng harus diakukan pihak Disnaker Kota Tebingtinggi.

“Apabila pihak Disnaker tidak mau melakukan razia, kami (Satpol PP) siap melakukan razia walaupun itu bukan ada anggaran pada kami,”gerah Guntur Harahap. Menindaklanjuti hal tersebut, Guntur Harahap meminta kerja sama sekaligus koordinasi dengan Dinasker Kota Tebingtinggi untuk melakukan razia tersebut dalam waktu dekat. (ian)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/