32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Cewek SMP Selamat Setelah Pura-pura Mati

Siswi Alwasliah dirampok anak polisi.
Siswi Alwasliah dirampok anak polisi.

 

BRANDAN, SUMUTPOS.CO – Andai saja Rafiah (15) tak pura-pura tewas, mungkin nyawanya telah melayang di tangan anak polisi yang merampoknya.

Insiden yang membuat pelajar Alwasliyah Pangkalan Brandan itu trauma, berawal ketika dia dan 2 temannya, Fiero (15) dan Rizal (14) nongkrong di sebuah cakruk (pondok) yang agak jauh dari keramaian di Kel. Pelawi Selatan, Selasa (29/4) sekitar pukul 18.10 WIB. Saat asik bercerita, tiba-tiba ketiganya didatangi seorang pria berbadan tegap yang belakangan diketahui bernama Panto Praja (25), anak seorang polisi bermarga Simamora.

Berlagak seorang polisi, Panto langsung menginterogasi ketiga ABG itu di cakruk yang ia sebut sebagai miliknya. Bahkan pelaku menuduh ketiganya berbuat mesum di sana. Meski disangkal, pelaku tetap bersikeras menuduh mereka sudah berbuat tak senonoh.

Beralasan tak percaya, pelaku lantas meminta hape ketiga remaja tersebut. Dalihnya, akan dipakai menghubungi orangtua masing-masing. Sedikit kesal, korban langsung pulang ke rumah setelah hapenya disita. Sementara Fiero dan Rizal masih ditahan pelaku. Kedua remaja itu juga dimintai uang Rp50 ribu untuk menebus hape masing-masing.

Karena ketakutan, Fiero akhirnya menangis dan merengek minta ponselnya dikembalikan. Tak lama berselang, pelaku akhirnya luluh juga. Hape Fiero dan Rizal pun dikembalikan. Keduanya juga diperbolehkan pulang. Nah, sial bagi Rafiah yang malah kembali menemui pelaku.

Penuturan Fachriah (kakak Rafiah), adiknya datang kembali ke lokasi untuk meminta ponselnya. Merasa disepelekan, pelaku langsung mencekik korban dari belakang. “Kata adik, dia dicekik terus. Adik saya berusaha melepaskan cekikannya, dan adik saya dipukuli habis-habisan. Udah tersungkur pun, adik saya didudukkannya dan dipukulinya lagi. Tanpa ampun dia mukuli adik saya, udah bukan manusia lagi dia,” ujar Fachriah dengan deraian air mata pada kru koran ini kemarin (30/4).

Bahkan, sambung Fachriah, adiknya sempat berpura-pura mati untuk mengelabui pelaku. “Adik bilang, saat sudah tersungkur, dia menahan nafasnya supaya dikira mati. Pelaku juga sempat mengecek nafas dan jantung adik saya. Untunglah pelaku percaya kalau adik saya sudah mati. Pelaku juga sempat bilang mampus kau, mati kau kan, gitu cerita adik saya,” bebernya.

“Saat pelaku sudah jauh meninggalkan lokasi, baru adik saya bangkit dan lari dengan sisa tenaganya. Alhamdulillah adik saya ditemukan bersimbah darah oleh Kepling Pelawi Utara dengan wajah serta bibir yang bengkak,” sambung Fachriah saat menemani Rafiah di RS Pertamina Pangkalan Brandan.

Masih kata Fachriah, adiknya merasakan sakit di dadanya dan hasil rontgen Rafiah mengalami luka dalam yang cukup parah. “Lebih baik dihukum mati aja dia bang, udah bukan manusia lagi dia itu. Tega itu dia pukuli adik saya sampai hancur gini, bahkan sampai bibir adik saya dijahit. Lebih baik dia dihukum mati aja bang,” pinta Fachriah terisak.

Kapolsek Brandan, AKP SR. Tambunan ketika dikonfirmasi mengaku akan melimpahkan kasus tersebut ke Mapolres Langkat. “Karena kasus ini adalah kasus anak, dan untuk keterangan yang lebih lengkap silahkan tanya kepada Kanit Reskrim aja,” ujarnya.

Kepling VI Kel. Pelawi Utara, Asral Dinata yang ditemui kru koran ini mengaku sempat terkejut mendengar jerit minta tolong dari korban. “Pertama kudengar ada yang jerit-jerit minta tolong. Kuliatlah ada anak perempuan lari-lari. Pertama kukira cuma main-main, lalu kuliat dia jatuh. Karena curiga kudekatilah dia. Pas kuliat terkejut aku bang, mukanya berdarah. Kutanya kenapa, lalu dia menjawab merintih mau dibunuh orang berbadan tegap, lalu dia pingsan,” beber Asral.

Rafiah lalu dilarikannya ke RSU Insani Pangkalan Brandan. “Setelah kubawa ke rumah sakit, aku langsung lapor bu lurah dan pak camat, lalu aku lapor ke Polsek Brandan. Aku diminta menjadi saksi karena aku yang pertama kali menemukan, aku juga sudah di BAP beserta kedua teman korban. Malam itu juga saya lihat yang diduga pelaku sudah diamankan polisi,” paparnya lagi.

Terpisah Lurah Pelawi Utara, Ros mengakui penganiayaan yang dialami warganya itu. “Saya langsung jumpai si Rafiah, saat itu karena beberapa alasan akhirnya kita rujuk dia ke RSU Pertamina Pangkalanbrandan. Sekitar pukul 23.00, saya bersama Pak Camat Babalan, Faisal Matondang terus mendampingi hingga larut malam. Karena korban ini kan masih dalam kategori anak, saya dan pak camat juga sudah urus administrasi di RSU Insani, agar tidak menambah fikiran keluarga korban,” ujar Ros.

Seorang kerabat korban mengaku, selain hape, Rafiah juga kehilangan sepasang anting-anting. Diakuinya, Rafiah juga mengalami trauma yang cukup berat. Soalnya, saat polisi menunjukkan foto Panto, Rafiah langsung mengiyakan sembari menjerit meraung. Panto sendiri sudah diamankan di polsek. Polsek Pangkalan Brandan juga telah mengamankan baju Rafiah yang bersimbah darah, baju Panto yang diduga ada noda darah, hape milik Rafiah dan kuku tangan milik Panto. (gum/trg/deo)

Siswi Alwasliah dirampok anak polisi.
Siswi Alwasliah dirampok anak polisi.

 

BRANDAN, SUMUTPOS.CO – Andai saja Rafiah (15) tak pura-pura tewas, mungkin nyawanya telah melayang di tangan anak polisi yang merampoknya.

Insiden yang membuat pelajar Alwasliyah Pangkalan Brandan itu trauma, berawal ketika dia dan 2 temannya, Fiero (15) dan Rizal (14) nongkrong di sebuah cakruk (pondok) yang agak jauh dari keramaian di Kel. Pelawi Selatan, Selasa (29/4) sekitar pukul 18.10 WIB. Saat asik bercerita, tiba-tiba ketiganya didatangi seorang pria berbadan tegap yang belakangan diketahui bernama Panto Praja (25), anak seorang polisi bermarga Simamora.

Berlagak seorang polisi, Panto langsung menginterogasi ketiga ABG itu di cakruk yang ia sebut sebagai miliknya. Bahkan pelaku menuduh ketiganya berbuat mesum di sana. Meski disangkal, pelaku tetap bersikeras menuduh mereka sudah berbuat tak senonoh.

Beralasan tak percaya, pelaku lantas meminta hape ketiga remaja tersebut. Dalihnya, akan dipakai menghubungi orangtua masing-masing. Sedikit kesal, korban langsung pulang ke rumah setelah hapenya disita. Sementara Fiero dan Rizal masih ditahan pelaku. Kedua remaja itu juga dimintai uang Rp50 ribu untuk menebus hape masing-masing.

Karena ketakutan, Fiero akhirnya menangis dan merengek minta ponselnya dikembalikan. Tak lama berselang, pelaku akhirnya luluh juga. Hape Fiero dan Rizal pun dikembalikan. Keduanya juga diperbolehkan pulang. Nah, sial bagi Rafiah yang malah kembali menemui pelaku.

Penuturan Fachriah (kakak Rafiah), adiknya datang kembali ke lokasi untuk meminta ponselnya. Merasa disepelekan, pelaku langsung mencekik korban dari belakang. “Kata adik, dia dicekik terus. Adik saya berusaha melepaskan cekikannya, dan adik saya dipukuli habis-habisan. Udah tersungkur pun, adik saya didudukkannya dan dipukulinya lagi. Tanpa ampun dia mukuli adik saya, udah bukan manusia lagi dia,” ujar Fachriah dengan deraian air mata pada kru koran ini kemarin (30/4).

Bahkan, sambung Fachriah, adiknya sempat berpura-pura mati untuk mengelabui pelaku. “Adik bilang, saat sudah tersungkur, dia menahan nafasnya supaya dikira mati. Pelaku juga sempat mengecek nafas dan jantung adik saya. Untunglah pelaku percaya kalau adik saya sudah mati. Pelaku juga sempat bilang mampus kau, mati kau kan, gitu cerita adik saya,” bebernya.

“Saat pelaku sudah jauh meninggalkan lokasi, baru adik saya bangkit dan lari dengan sisa tenaganya. Alhamdulillah adik saya ditemukan bersimbah darah oleh Kepling Pelawi Utara dengan wajah serta bibir yang bengkak,” sambung Fachriah saat menemani Rafiah di RS Pertamina Pangkalan Brandan.

Masih kata Fachriah, adiknya merasakan sakit di dadanya dan hasil rontgen Rafiah mengalami luka dalam yang cukup parah. “Lebih baik dihukum mati aja dia bang, udah bukan manusia lagi dia itu. Tega itu dia pukuli adik saya sampai hancur gini, bahkan sampai bibir adik saya dijahit. Lebih baik dia dihukum mati aja bang,” pinta Fachriah terisak.

Kapolsek Brandan, AKP SR. Tambunan ketika dikonfirmasi mengaku akan melimpahkan kasus tersebut ke Mapolres Langkat. “Karena kasus ini adalah kasus anak, dan untuk keterangan yang lebih lengkap silahkan tanya kepada Kanit Reskrim aja,” ujarnya.

Kepling VI Kel. Pelawi Utara, Asral Dinata yang ditemui kru koran ini mengaku sempat terkejut mendengar jerit minta tolong dari korban. “Pertama kudengar ada yang jerit-jerit minta tolong. Kuliatlah ada anak perempuan lari-lari. Pertama kukira cuma main-main, lalu kuliat dia jatuh. Karena curiga kudekatilah dia. Pas kuliat terkejut aku bang, mukanya berdarah. Kutanya kenapa, lalu dia menjawab merintih mau dibunuh orang berbadan tegap, lalu dia pingsan,” beber Asral.

Rafiah lalu dilarikannya ke RSU Insani Pangkalan Brandan. “Setelah kubawa ke rumah sakit, aku langsung lapor bu lurah dan pak camat, lalu aku lapor ke Polsek Brandan. Aku diminta menjadi saksi karena aku yang pertama kali menemukan, aku juga sudah di BAP beserta kedua teman korban. Malam itu juga saya lihat yang diduga pelaku sudah diamankan polisi,” paparnya lagi.

Terpisah Lurah Pelawi Utara, Ros mengakui penganiayaan yang dialami warganya itu. “Saya langsung jumpai si Rafiah, saat itu karena beberapa alasan akhirnya kita rujuk dia ke RSU Pertamina Pangkalanbrandan. Sekitar pukul 23.00, saya bersama Pak Camat Babalan, Faisal Matondang terus mendampingi hingga larut malam. Karena korban ini kan masih dalam kategori anak, saya dan pak camat juga sudah urus administrasi di RSU Insani, agar tidak menambah fikiran keluarga korban,” ujar Ros.

Seorang kerabat korban mengaku, selain hape, Rafiah juga kehilangan sepasang anting-anting. Diakuinya, Rafiah juga mengalami trauma yang cukup berat. Soalnya, saat polisi menunjukkan foto Panto, Rafiah langsung mengiyakan sembari menjerit meraung. Panto sendiri sudah diamankan di polsek. Polsek Pangkalan Brandan juga telah mengamankan baju Rafiah yang bersimbah darah, baju Panto yang diduga ada noda darah, hape milik Rafiah dan kuku tangan milik Panto. (gum/trg/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/