25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

BPJS Kesehatan Bantu Keselamatan Bayi Nelayan

BERSAMA: Mustari dan istrinya (dua dari kiri) diabadikan bersama Sadari Novita usai menjalani operasi dan kembali ke rumah beberapa waktu lalu.

SUMUTPOS.CO – Ketiadaan biaya, membuat Mustari panik. Itu setelah pria yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan itu mengetahui anak keduanya yang baru lahir, mengalami gangguan pernafasan (respiratory rate).

Warga Dusun I Kampung Tengah Desa Kwala Serapuh Langkat itu pun semakin panik ketika mengetahi bayi laki-lakinya harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) Tanjung Pura. Pria berusia 30 tahun bertambah panik mengingat mahalnya biaya yang akan dikeluarkan.

“Awalnya, isteri saya hanya bersalin di Puskesmas di Kampung kami dibantu Bidan. Namun, karena katanya partus tidak maju, istri saya harus dioperasi sesar,” jelas Mustari membuka obrolan dengan Sumut Pos via telepon, Rabu (31/5) sore.

“Sehingga harus dirujuk ke Rumah Sakit Insani Stabat. Akhirnya, pada 18 Mei 2017 anak kedua kami lahir,” sambungnya seraya mengatakan biaya ditanggung BPJS.

Setelah anak kedua Mustari lahir, ternyata bayi yang belum diberi nama itu menderita gangguan pernafasan. Mencegah hal yang tidak diinginkan, putra Mustari langsung dirujuk ke Rumah Sakit Umum Tanjung Pura.

Hari itu, Mustari panik dan khawatir, karena tak ada biaya. Mustari menduga, biaya perawatan untuk 1 malam saja bisa mencapai sekitar Rp300 ribu.

“Besoknya, langsung kami urus BPJS Kesehatan. Melalui Dinas Sosial, pakai Surat miskin dan lainnya. Jadi langsung bisa dicover BPJS Kesehatan,” ungkap Mustari melanjutkan.

Mustari mengaku merasakan manfaat BPJS Kesehatan. Diharap Mustari, manfaat yang diberi BPJS dapat terus dirasakan semua masyarakat.

Sementara, Sadaria Novita, Bidan di Puskesmas Pembantu Dusun I Kampung Tengah yang mendampingi Mustari dan isterinya juga merasa bersyukur dengan kemudahan yang diberi BPJS Kesehatan.

Menurutnya, kalau tidak menggunakan BPJS Kesehatan, Mustari harus mengeluarkan biaya operasi sesar sebesar Rp5 juta lebih. Sedangkan untuk perawatan intensif, Mustari yang merogoh kocek Rp300 ribu per malam.

“Alhamdulillah, hari ini bayinya sudah boleh pulang dan berkumpul bersama kedua orangtuanya. Namun, perkembangan kesehatannya akan tetap saya pantau, ” ujar Sadaria singkat saat dihubungi Sumut Pos via telepon, Kamis (1/6) siang.(ain/ala)

BERSAMA: Mustari dan istrinya (dua dari kiri) diabadikan bersama Sadari Novita usai menjalani operasi dan kembali ke rumah beberapa waktu lalu.

SUMUTPOS.CO – Ketiadaan biaya, membuat Mustari panik. Itu setelah pria yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan itu mengetahui anak keduanya yang baru lahir, mengalami gangguan pernafasan (respiratory rate).

Warga Dusun I Kampung Tengah Desa Kwala Serapuh Langkat itu pun semakin panik ketika mengetahi bayi laki-lakinya harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) Tanjung Pura. Pria berusia 30 tahun bertambah panik mengingat mahalnya biaya yang akan dikeluarkan.

“Awalnya, isteri saya hanya bersalin di Puskesmas di Kampung kami dibantu Bidan. Namun, karena katanya partus tidak maju, istri saya harus dioperasi sesar,” jelas Mustari membuka obrolan dengan Sumut Pos via telepon, Rabu (31/5) sore.

“Sehingga harus dirujuk ke Rumah Sakit Insani Stabat. Akhirnya, pada 18 Mei 2017 anak kedua kami lahir,” sambungnya seraya mengatakan biaya ditanggung BPJS.

Setelah anak kedua Mustari lahir, ternyata bayi yang belum diberi nama itu menderita gangguan pernafasan. Mencegah hal yang tidak diinginkan, putra Mustari langsung dirujuk ke Rumah Sakit Umum Tanjung Pura.

Hari itu, Mustari panik dan khawatir, karena tak ada biaya. Mustari menduga, biaya perawatan untuk 1 malam saja bisa mencapai sekitar Rp300 ribu.

“Besoknya, langsung kami urus BPJS Kesehatan. Melalui Dinas Sosial, pakai Surat miskin dan lainnya. Jadi langsung bisa dicover BPJS Kesehatan,” ungkap Mustari melanjutkan.

Mustari mengaku merasakan manfaat BPJS Kesehatan. Diharap Mustari, manfaat yang diberi BPJS dapat terus dirasakan semua masyarakat.

Sementara, Sadaria Novita, Bidan di Puskesmas Pembantu Dusun I Kampung Tengah yang mendampingi Mustari dan isterinya juga merasa bersyukur dengan kemudahan yang diberi BPJS Kesehatan.

Menurutnya, kalau tidak menggunakan BPJS Kesehatan, Mustari harus mengeluarkan biaya operasi sesar sebesar Rp5 juta lebih. Sedangkan untuk perawatan intensif, Mustari yang merogoh kocek Rp300 ribu per malam.

“Alhamdulillah, hari ini bayinya sudah boleh pulang dan berkumpul bersama kedua orangtuanya. Namun, perkembangan kesehatannya akan tetap saya pantau, ” ujar Sadaria singkat saat dihubungi Sumut Pos via telepon, Kamis (1/6) siang.(ain/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/