BINJAI, SUMUTPOS.CO – Warga Kelurahan Limau Sundai, Kec. Binjai Barat, tepatnya di sekitar bantaran Sungai Bingai mendadak heboh. Pasalnya, bocah 9 tahun bernama Galang yang menetap di Jl. Tengku Amaludin, Lingkungan 4, Kel. Limau Sundai, Kec. Binjai Barat hanyut terbawa arus sungai, saat hendak mandi di pinggiran sungai bersama rekannya, Rafli dan Aidil, Minggu (1/12) sekitar pukul 11.00 WIB.
Bersama petugas tim SAR, warga beramai-ramai mendatangi bantaran sungai berusaha mencari dan menyelamatkan Galang.
Kejadian ini membuat rekannya terlihat trauma dan enggan mendatangi sungai. Karena, kata mereka, meski belum lagi masuk ke dalam sungai, Galang seakan ditarik sehingga tergelincir dan tenggelam dibawa arus. Hingga sore, bocah yang masih duduk di bangku kelas 4 SD ini belum juga berhasil ditemukan.
Mencuat kabar dari salah satu paranormal yang turun ke lokasi bernama Ira, jika anak pertama dari dua bersaudara pasangan Novel (35) dan Melati (30), masih berada di sekitar sungai. Namun, bocah tersebut dibawa oleh buaya putih penunggu sungai ke dalam gua persembunyiannya yang berada tak jauh dari lokasi korban terjatuh.
Bahkan, katanya, jasad korban saat ini dikawal empat ekor buaya putih penunggu sungai itu. Untuk itu, mereka melakukan ritual dengan membawa bunga melati dan lainya, agar Galang mau dilepas oleh sang buaya penunggu alam gaib di sana.
Dalam ritual itu, teman Galang yang terlihat trauma diminta untuk mendekati sungai. Meski awalnya dia enggan, namun akhirnya dia mau setelah dibujuk untuk menunjukkan dimana tepatnya Galang terjatuh. Herannya, keberadaan buaya putih penunggu sungai juga sempat diutarakan beberapa warga di sana dan mereka percaya dengan hal-hal gaib di lokasi.
Alasan para warga, dalam kurun waktu setahun sekali, penunggu sungai ini selalu mengambil tumbal. Namun, selama ini tumbal yang tenggelam ini bukan dari orang kampung sekitar, melainkan dari kampung lian. “Memang setiap setahun sekali ada saja orang yang tenggelam. Tapi kebanyakan, mereka bukan warga sini,” terang Aini.
Sementara, Melati, ibu kandung Galang hanya bisa menangis meratapi nasib anaknya. Bahkan, di kediamanya seluruh warga sudah mempersiapkan pemakaman dan membaca doa agar Galang dapat selamat dari arus sungai. “Nggak pernah dia ke sungai. Tapi entah kenapa dia pergi ke sana,” tuturnya menangis dan tak lagi bisa berkata-kata.
Informasi dihimpun di lokasi, raibnya Galang, berawal ketika dia dan kedua rekannya tengah mendatangi sungai. Meski sudah membuka baju, mereka tetap berada di pinggir. Namun, tiba-tiba Galang, terpeleset seperti ditarik ke dalam sungai.
Hal inilah yang membuat kedua rekannya merasa terkejut dan berlari meminta pertolongan kepada warga sekitar. Penduduk di sana pun berusaha menyelusuri sungai. Mulai dari awal jatuh Galang, hingga sepanjang sungai namun sosok Galang belum juga ditemukan. Kemudian warga pun meminta bantuan tim SAR setempat. Hanya saja sampai berita ini naik cetak korban belum juga ditemukan. (bam)